Rusia Sebut Ukraina Tak Ingin Ada Perdamaian Berkelanjutan

- Rusia kembali luncurkan serangan setelah pertemuan Putin-Trump
- Lavrov ingin perjanjian damai Rusia-Ukraina ditandatangani orang yang punya legitimasi
- Kiev tuduh Rusia hindari pertemuan Zelenskyy-Putin
Jakarta, IDN Times - Menteri Luar Negeri Rusia, Sergey Lavrov, pada Kamis (21/8/2025) mengatakan bahwa Ukraina tidak tertarik pada perdamaian yang berkelanjutan, adil, dan berjangka panjang, dan menuduhnya mencari jaminan keamanan yang tidak sesuai dengan tuntutan Moskow.
Komentar Lavrov muncul ketika Presiden Ukraina, Volodymyr Zelenskyy, mengumumkan kesiapannya bertemu dengan Presiden Rusia, Vladimir Putin, meski dengan syarat para sekutu Kiev menyetujui jaminan keamanan bagi Ukraina untuk mencegah serangan Rusia di masa mendatang.
Diplomat Rusia itu juga memperingatkan bahwa pengerahan pasukan asing di Ukraina sama sekali tidak dapat diterima bagi Kremlin dan semua kekuatan politik yang berakal sehat di Eropa.
1. Rusia kembali luncurkan serangan setelah pertemuan Putin-Trump
Rusia kembali melancarkan serangan terbesarnya ke Ukraina dalam lebih dari sebulan. Para pejabat mengatakan, serangan tersebut bersama dengan penembakan di Ukraina timur telah menewaskan sembilan warga sipil.
Zelenskyy mengatakan, dalam serangannya Rusia meluncurkan total 574 drone dan 40 rudal ke Ukraina, yang menghantam wilayah barat hingga kota Lviv.
Serangan itu terjadi hanya beberapa hari setelah Presiden AS, Donald Trump, bertemu dengan Putin di Alaska, yang dilanjutkan dengan pertemuan di Gedung Putih bersama Zelensky dan para pemimpin Eropa, dalam upaya mengakhiri konflik.
"Rusia melancarkan serangan ini seolah-olah tidak ada yang berubah sama sekali. Seolah-olah tidak ada upaya dunia untuk menghentikan perang ini. Tanggapan diperlukan. Masih belum ada sinyal dari Moskow bahwa mereka benar-benar berniat untuk terlibat dalam negosiasi yang berarti dan mengakhiri perang ini," kata Zelenskyy.
2. Lavrov ingin perjanjian damai Rusia-Ukraina ditandatangani orang yang punya legitimasi

Mengutip CNN, Lavrov juga mengatakan bahwa dalam hal penandatanganan perjanjian damai Rusia-Ukraina, dirinya ingin masalah legitimasi orang yang akan menandatangani perjanjian tersebut di masa mendatang atas nama Ukraina akan terselesaikan.
Diplomat Rusia itu merujuk pada klaim Kremlin bahwa Zelensky adalah presiden yang tidak sah karena masa jabatannya secara teknis berakhir pada Mei 2024, dan mengabaikan fakta bahwa kondisi masa perang secara hukum melarang pemilihan umum dan memungkinkannya untuk tetap menjabat.
Lavrov menegaskan kembali bahwa Putin siap bertemu dengan Zelenskyy, tetapi hanya setelah isu-isu utama sebelumnya telah diselesaikan dalam proses negosiasi kedua negara.
3. Kiev tuduh Rusia hindari pertemuan Zelenskyy-Putin

Zelenskyy memperingatkan bahwa Rusia dan Ukraina sedang bersiap untuk pertempuran lebih lanjut. Dia mengklaim bahwa Moskow sedang membangun pasukan di garis depan selatan, sementara pihaknya sedang menguji coba rudal jelajah jarak jauh terbaru.
Pemimpin Ukraina itu menuduh Rusia menghindari pertemuan antara dirinya dan Putin. Zelenskyy menyebut sinyal yang datang dari Kremlin sungguh keterlaluan.
Zelenskyy mengatakan bahwa setiap pertemuan dengan pemimpin Rusia harus diadakan di negara Eropa yang netral. Dirinya menolak gagasan China berperan dalam menjamin keamanan Ukraina, dan mengutip dugaan dukungan Beijing terhadap Moskow.
Zelenskyy mengatakan satu-satunya cara untuk mengakhiri perang adalah pertemuan dengan Putin, serta melibatkan Trump.