Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Rusia Tolak Usulan AS Lanjutkan Pengendalian Senjata Nuklir

Sergei Lavrov saat berpidato di Majelis Umum PBB di New York.(twitter.com/ МИД России )

Jakarta, IDN Times - Menteri Luar Negeri Rusia, Sergey Lavrov menolak usulan Amerika Serikat (AS) untuk melanjutkan dialog mengenai pengendalian senjata nuklir pada Kamis (18/1/2024). 

Lavrov mengatakan, usulan tersebut tidak mungkin dilakukan jika AS menawarkan bantuan dukungan militer kepada Ukraina. Dia juga menuduh Barat meningkatkan resiko keamanan global dengan mendorong Kiev meningkatkan serangannya terhadap Moskow.

Mengomentari usulan AS, Lavrov menyebutnya sebagai usulan yang tidak dapat diterima. Dia juga mengatakan bahwa Rusia telah menyampaikan pendiriannya dalam surat dipomatik tahun lalu.

1. Lavrov tuduh AS ingin lanjutkan inspeksi situs senjata nuklir Rusia

Juni tahun lalu, Penasihat Keamanan Nasional Gedung Putih, Jake Sullivan mengatakan, pemerintahan Joe Biden siap melakukan pembicaraan dengan Rusia tanpa syarat mengenai pengendalian senjata nuklir. Bahkan ketika hubungan Moskow-Washington berada di titik terendah.

“Hal ini tidak termasuk dalam kedua hal tersebut. Kepentingan negara kita untuk mulai membuka persaingan dalam kekuatan nuklir strategis,” tulis Sullivan saat itu.

Akan tetapi, Lavrov menuduh dorongan AS menghidupkan kembali perundingan nuklir karena keinginan untuk melanjutkan inspeksi terhadap situs senjata nuklir Rusia. Dia juga menggambarkan tuntutan AS sebagai sesuatu yang tidak senonoh, mengingat serangan Kiev terhadap pengkalan pembom berkemampuan nuklir Rusia selama konflik Rusia-Ukraina sejak Februari 2022.

“Kami telah menyatakan Anda sebagai musuh, tetapi kami siap untuk berbicara tentang bagaimana kami dapat melihat kembali persenjataan nuklir strategis Anda, itu adalah sesuatu yang berbeda,” kata Lavroh saat mengejek tawaran AS.

2. Lavrov tuduh Barat menghasut Ukraina untuk terus menyerang Rusia

Dilansir Al Jazeera, Lavrov menuduh negara-negara Barat menghalangi perundingan untuk mengakhiri konflik. Dia juga mengatakan, Barat telah menghasut Kiev untuk meningkatkan serangan terhadap Rusia.

“Dorongan dan transfer senjata yang relevan menunjukkan bahwa Barat tidak menginginkan solusi konstruktif apa pun,” kata Lavrov. “Barat berupaya meningkatkan krisis Ukraina, dan hal ini menimbulkan risiko strategis baru,” katanya.

Lavrov menegaskan, Rusia akan terus melanjutkan operasi militer khusus di Ukraina terlepas dari tekanan Barat. “Kami akan secara konsisten dan gigih mencapai tujuan operasi militer khusus dan kami akan mencapainya,” katanya.

“Mereka seharusnya tidak mempunyai harapan bahwa Rusia bisa dikalahkan dengan cara apa pun. Mereka yang berfantasi tentang hal ini di Barat telah gagal mengambil pelajaran sejarah,” kata Lavroh.

3. Rusia akan hormati batasan senjata nuklir dalam perjanjian New START

Inspeksi timbal balik terhadap lokasi senjata nuklir telah direncanakan dalam perjanjian New START yang ditandatangani presiden saat itu Barach Obama dan Dmitry Medvedev pada tahun 2010. Inspeksi tersebut terhenti karena COVID-19 dan tidak pernah dilanjutkan.

Februari 2023, Presiden Rusia, Vladimir Putin menangguhkan partisipasi Moskow dalam perjanjian tersebut. Dia mengatakan Rusia tidak mengizinkan inspeksi AS terhadap situs nukirnya ketika Washington dan sekutunya, NATO, menyatakan kekalahan Rusia di Ukraina sebagai tujuan mereka.

Akan tetapi, Rusia menekankan bahwa mereka tidak sepenuhnya menarik diri dari perjanjian tersebut. Moskow akan terus menghormati batasan senjata nuklir yang ditetapkan dalam perjanjian itu.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Anata Siregar
EditorAnata Siregar
Follow Us