Rusia Tuding Barat Ingin Rusak Stabilitas di Kaukasus Selatan

Jakarta, IDN Times - Menteri Luar Negeri (Menlu) Rusia Sergey Lavrov mengungkapkan Amerika Serikat (AS) dan negara Barat lain ingin merusak stabilitas kawasan Kaukasus. Dalam pernyataan pada Jumat (12/4/2024), dia menyebut Barat hendak merusak kesepakatan perdamaian di Kaukasus Selatan.
Situasi di Kaukasus Selatan terus memanas di tengah kedekatan Armenia dengan negara-negara Barat setelah pecahnya konflik dengan Azerbaijan hingga menduduki seluruh area Nagorno-Karabakh. Alhasil, Armenia kecewa atas keputusan Rusia dan berniat keluar dari anggota CSTO.
1. Barat ingin menancapkan pengaruhnya di Kaukasus dan Asia Tengah
Lavrov mengungkapkan, AS dan negara-negara Barat lain ingin menancapkan pengaruhnya di seluruh negara yang masuk dalam anggota CIS (Commonwealth of Independent States) atau negara-negara pecahan Uni Soviet.
"Mereka berusaha merusak kesepakatan soal stabilisasi situasi di Kaukasus, terutama Kaukasus Selatan. Mereka tidak ingin membiarkan implementasi kesepakatan damai antara Armenia-Azerbaijan tercapai melalui mediasi Rusia," terangnya, dikutip RFE/RL.
"Mereka terus berusaha untuk mempenetrasi sejumlah negara di Asia Tengah. Mereka juga sudah menciptakan berbagai format secara terbuka yang ditujukan untuk melawan Federasi Rusia," tambahnya.
Ia menambahkan agar seluruh negara anggota CIS terus berkomitmen pada prinsip kerja sama di dalam organisasi tersebut dalam melawan pengaruh Barat.
2. Lavrov yakin kebijakan Barat di negara CIS akan gagal
Lavrov menambahkan bahwa secara strategi kebijakan Barat di Kaukasus Selatan tidak akan berjalan dengan baik. Ia pun percaya semua negara anggota CIS tetap mengikuti prinsip di dalam keanggotaan CIS.
"Di tengah tekanan hebat ini, sekutu kami akan tetap berkomitmen pada prinsip dasar kerja sama di dalam CSI, CSTO (Collective Security Treaty Organization), dan Uni Ekonomi Eurasia (UEE), dan SCO (Shanghai Cooperation Organization)," ungkapnya.
"Kami sangat yakin dan percaya diri bahwa secara strategi kebijakan yang diterapkan oleh Barat akan berakhir dengan kegagalan," sambungnya.
Pada saat yang sama, Menlu Armenia Ararat Mirzoyan tidak hadir dalam KTT CIS di Minsk, Belarus pada Jumat. Pertemuan tersebut akhirnya hanya diwakilkan oleh Wakil Menlu Armenia Mnatsakan Safarian.
3. Armenia tuding Rusia memanfaatkan konflik Nagorno-Karabakh

Sehari sebelumnya, Perdana Menteri (PM) Nikol Pashinyan menyinggung Rusia terkait dengan masalah Nagorno-Karabakh. Ia menyebut Rusia telah memanfaatkan konflik Nagorno-Karabakh untuk mengontrol Armenia.
"Apa yang terjadi di Nagorno-Karabakh sebenarnya bukan terkait dengan Nagorno-Karabakh, tapi mengenai konspirasi untuk membawa kenegaraan Armenia bertekuk lutut di bawah pengaruhnya," ungkap Pashinyan, dikutip OC Media.
"Menyeret Armenia ke dalam perang akan menciptakan kekacauan politik di dalam negeri. Ini bertujuan untuk melengserkan pemerintahan dan menciptakan pemerintahan boneka yang artinya membunuh Republik Armenia," sambungnya.
Menanggapi terkait hubungan dengan Rusia, Pashinyan mengungkapkan bahwa kedua negara memang tidak berada dalam situasi terbaiknya.