Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Seorang Pria Selandia Baru Divaksinasi 10 Dosis, Otoritas Turun Tangan

Ilustrasi pemberian vaksin COVID-19. (Pixabay.com/huntlh)
Ilustrasi pemberian vaksin COVID-19. (Pixabay.com/huntlh)

Jakarta, IDN Times - Pihak otoritas Selandia Baru pada Senin (13/12) waktu setempat melakukan investigasi terhadap seorang pria yang telah menerima 10 dosis vaksin COVID-19 dalam waktu sehari penuh. Kementerian Kesehatan Selandia Baru menilai ini merupakan masalah yang serius.

1. Pria tersebut diketahui telah mengunjungi beberapa pusat vaksinasi dan dibayar untukmendapatkan dosisnya

Dilansir dari The Guardian, otoritas kesehatan Selandia Baru sedang menyelidiki klaim bahwa seorang pria menerima hingga 10 dosis vaksin COVID-19 dalam satu hari dengan
menggunakan nama orang lain, sebuah upaya terbaru oleh anggota masyarakat untuk
menghindari pembatasan ketat pada yang tidak divaksinasi.

Juru bicara Vaksinasi dan Imunisasi COVID-19 Selandia Baru, Astrid Koornneef, mengatakan pihaknya sangat prihatin dengan situasi ini dan bekerja sama dengan lembaga terkait.

Sebuah sumber setempat melaporkan pria itu diyakini telah mengunjungi beberapa pusat
vaksinasi dan dibayar untuk mendapatkan dosisnya.

Di Selandia Baru, vaksin dapat dipesan melalui situs web, melalui dokter, atau orang dapat datang ke pusat kunjungan.

Untuk memberikan vaksin, seseorang harus memberikan nama, tanggal lahir, dan alamat
fisik kepada petugas kesehatan setempat, tetapi tidak diperlukan identifikasi lebih lanjut.

"Menganggap identitas orang lain dan menerima perawatan medis berbahaya. Ini justru
membahayakan orang yang menerima vaksinasi dengan identitas yang diasumsikan dan orang yang catatan kesehatannya akan menunjukkan bahwa mereka telah divaksinasi padahal sebenarnya belum," ungkap pernyataan dari Astrid Koornneef yang dilansir dari The Guardian.

Kementerian Kesehatan setempat juga mendesak siapa pun yang memiliki dosis vaksin lebih dari yang direkomendasikan untuk mencari saran klinis.

2. Ahli vaksin setempat menilai kemungkinan pria tersebut tidak mengalami bahaya serius

Ilustrasi vaksin COVID-19. (Pixabay.com/mufidpwt)
Ilustrasi vaksin COVID-19. (Pixabay.com/mufidpwt)

Ahli vaksin dari University of Auckland, Helen Petousis-Harris, mengatakan tidak ada data khusus tentang penggunaan vaksin dengan cara ini, sehingga kemungkinan pria itu tidak mengalami bahaya serius.

"Kami tahu bahwa dosis yang lebih tinggi menghasilkan reaksi vaksin yang lebih umum,
seperti demam dan sakit kepala serta nyeri, jadi anda mungkin mengantisipasi dia akan
merasa sangat penting keesokan harinya," ungkap pernyaytaan dari Helen Petousis-Harris
yang dilansir dari The Guardian.

Menurutnya, kasus ini bukanlah kasus yang terisolasi sambil menambahkan bahwa dia
telah mendengar orang lain dibayar untuk menerima vaksin atas nama orang lain.

Orang tidak diharuskan menunjukkan identifikasi foto saat mendapatkan vaksin, agar
prosesnya dapat diakses semudah mungkin, tetapi itu membuat sistem rentan
disalahgunakan oleh sebagian kecil orang.

Ia menilai itu adalah tindakan yang sangat egois atas nama pembeli dan mengeksploitasi
yang kemungkinan seseorang perlu mendapatkan uang dan bersedia mengambil risiko itu,
yang tidak terlalu dipikirkan oleh mereka.

3. Selandia Baru diharapkan bisa mencapai tingkat vaksinasi 80 persen

Suasana di sekitar wilayah Auckland, Selandia Baru. (Pixabay.com/Barni1)
Suasana di sekitar wilayah Auckland, Selandia Baru. (Pixabay.com/Barni1)

Sampai Minggu (12/12) waktu setempat, beberapa pinggiran di wilayah Auckland masih
belum mencapai tingkat vaksinasi 80 persen menjelang pembukaan perbatasan.

Setelah lebih dari 3 bulan, perbatasan di Auckland akan dibuka pada (15/12) ini yang
memungkinkan warga Auckland yang divaksinasi penuh atau mereka yang hasil tesnya
negatif untuk bepergian ke seluruh wilayah Selandia Baru.

Negara tersebut diharapkan mencapai 90 persen sasaran vaksinasi penuh untuk populasi
yang memenuhi syarat, yakni berusia 12 tahun ke atas, sebelum Natal ini.

Akan tetapi, sekelompok kecil orang yang terus menyuarakan keenggannya untuk ikut
vaksinasi hingga saat ini.

Sistem lampu lalu lintas baru di Selandia Baru, yang diumumkan oleh Perdana Menteri
Selandia Baru, Jacinda Ardern, pada akhir November 2021 lalu, mengakhiri lockdown demi\
pembatasan pada yang tidak divaksinasi.

Tingkat merah, jingga, dan hijau bergantung pada tingkat vaksinasi serta tingkat ketegangan pada sistem kesehatan, tetapi bahkan pada tingkat merah, tingkat yang paling
ketat, bisnis sepenuhnya terbuka untuk divaksinasi, dengan beberapa batasan pada ukuran pengumpulan.

Pekan lalu, sebuah video menayangkan seorang dokter berlisensi yang membagikan
sertifikat medis sebagai sertifikat pengecualian vaksin di kliniknya dan memberi tahu
pasiennya bahwa dia tidak divaksinasi.

Pengecualian medis yang tepat hanya dapat diberikan melalui Kementerian Kesehatan
Selandia Baru serta profesional medis diharuskan untuk ikut vaksinasi.

Kepolisian telah mengkonfirmasi bahwa mereka sedang menyelidiki peristiwa tersebut.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Siantita Novaya
EditorSiantita Novaya
Follow Us