Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Serangan Rafah Berlanjut, Hamas Enggan Negosiasi dengan Israel 

Ilustrasi pasukan Hamas (mfa.gov.il/Israel Ministry of Foreign Affairs)

Jakarta, IDN Times – Hamas pada Kamis (30/5/2024) mengatakan bahwa pihaknya tak akan melanjutkan upaya negosiasi dengan Israel selama serangan di Rafah terus berlanjut. Pernyataan itu disampaikan kepada pihak mediator, yakni Mesir dan Qatar.

“Hamas dan faksi-faksi Palestina tidak akan menerima untuk menjadi bagian dari kebijakan ini dengan melanjutkan perundingan (gencatan senjata) mengingat agresi, pengepungan, kelaparan dan genosida terhadap rakyat kami,” bunyi pernyataan Hamas dilansir Reuters.

Pernyataan Hamas muncul di tengah kondisi di mana Israel aktif menggempur Rafah, Gaza Selatan. Tindakan Israel itu terus berlangsung meskipun ada desakan Mahkamah Internasional (ICJ) untuk menghentikan serangan tersebut.

1. Akan melanjutkan negosiasi jika serangan disetop

Anak-anak di Gaza. (twitter.com/@UNICEF)

Gerakan perlawanan itu mengatakan, pihaknya hanya akan melanjutkan mediasi konflik secara tuntas, termasuk membebaskan tawanan, jika Israel menghentikan perang.

“Hari ini, kami memberi tahu para mediator mengenai posisi kami yang jelas bahwa jika pendudukan menghentikan perang dan agresi terhadap rakyat kami di Gaza, kesiapan kami adalah mencapai kesepakatan lengkap yang mencakup kesepakatan pertukaran komprehensif,” tambah pernyataan itu.

Sebelumnya, Israel telah menolak proposal gencatan senjata Hamas karena dianggap tidak cukup menguntungkan bagi pihak Israel. Pemerintahan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu mengatakan pihaknya bertekad untuk memusnahkan Hamas di Gaza secara total.

Menurutnya, serangan Israel di Rafah terfokus pada penyelamatan sandera dan membasmi pejuang Hamas.

2. Perang di Rafah berlanjut

Pasukan militer Israel dalam sebuah aksi penyelematan nyawa yang dilakukan oleh Unit 669 (Unit Penyelamatan Khusus Taktis) selama perang di Gaza. (instagram.com/@israeliairforce)

Israel kini menjadikan Rafah sebagai pusat serangannya. Wilayah ini menjadi tempat penampungan terakhir bagi para pengungsi di Jalur Gaza.

Serangan Israel di Rafah yang dimulai sejak awal Mei telah menuai kecaman dari berbagai pihak di seluruh dunia. Beberapa negara seperti Mesir mengancam akan memutuskan hubungan diplomatik dengan Israel jika kebiadaban itu terus berlanjut.

Mesir selama ini telah menjadi mediator konflik antara Hamas dan Israel. Di samping itu, Mesir juga semakin vokal dalam mengkritik serangan Israel di Gaza.

Serangan Israel di Rafah telah membuat jumlah korban semakin meningkat. Sebanyak 36 ribu lebih warga Gaza yang tewas sejak konflik pecah pada 7 Oktober 2023 lalu.

3. Warga Gaza harus dilindungi di bawah hukum internasional

Bendera Perserikatan Bangsa-Bangsa, PBB. (un.org)

Filippo Grandi, Komisaris Tinggi PBB untuk Pengungsi, mengatakan peristiwa mengerikan di Rafah telah membuat dunia menyaksikan kepanikan ratusan ribu orang di ruang terbatas di Gaza selatan.

“Di antara banyak gambaran dari konflik ini yang akan menghantui kita untuk waktu yang lama adalah orang-orang yang putus asa terjebak dan sering terbunuh di dalam zona perang,” kata Grandi kepada Dewan Keamanan PBB, dilansir Al Jazeera.

Grandi menekankan, warga Palestina harus dilindungi dimanapun mereka berada. Warga Palestina berada di bawah perlindungan hukum internasional.

“Eksodus paksa warga Palestina hanya akan menciptakan satu masalah lagi yang sulit diselesaikan dan membuat solusi terhadap konflik yang telah berlangsung puluhan tahun ini menjadi mustahil ditemukan,” tambahnya.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Vanny El Rahman
EditorVanny El Rahman
Follow Us