Skandal Korupsi Uni Eropa, 2 Anggota Parlemen Dicabut Imunitasnya

Jakarta, IDN Times - Presiden Parlemen Eropa Roberta Metsola, pada Senin (2/1/2023), telah meluncurkan prosedur untuk mendesak penghapusan kekebalan dua anggota parlemen yang sedang diselidiki atas dugaan korupsi. Sebelumnya sudah ada anggota parlemen yang dicabut kekebalannya dan ditangkap atas kasus yang sama.
Skandal korupsi di parlemen UE ini mulai diketahui publik pada bulan lalu setelah sejumlah penggerebakan dilakukan. Ada laporan bahwa negara yang menyuap para anggota parlemen adalah Qatar dan Maroko.
1. Mereka yang dituduh melakukan korupsi

Melansir Associated Press, parlemen belum mengungkap siapa kedua anggota yang hak kekebalannya akan dihapus. Ada laporan bahwa mereka adalah Andrea Cozzolino dari Italia dan Marc Tarabella dari Belgia.
Cozzolino merupakan anggota Demokrat dan Tarabella anggota Sosialis. Tarabella, yang rumahnya digerebek bulan lalu, membantah telah melakukan kesalahan.
Anggota parlemen yang telah ditahan dalam kasus ini adalah Eva Kaili dari Yunani, yang hak imunitasnya telah dicabut, dibebaskan dari tugasnya dan didakwa. Jaksa menuduh Kaili melakukan korupsi, menjadi anggota organisasi kriminal dan pencucian uang.
Kaili adalah salah satu wakil ketua di parlemen, ditangkap pada 9 Desember. Pasangannya, Francesco Giorgi, seorang penasihat di parlemen juga ditangkap atas tuduhan yang sama. Kaili dan Giorgi diduga bekerja dengan mantan bos Giorgi, Pier Antonio Panzeri, mantan anggota parlemen UE.
Panzeri juga telah ditangkap atas tuduhan melakukan intervensi politik dengan anggota parlemen UE untuk kepentingan Qatar dan Maroko. Istri dan putri Panzeri yang berada di Italia telah ditetapkan sebagai tahanan rumah dan jaksa Belgia berusaha mengekstradisinya.
Satu orang lagi yang telah ditangkap dan didakwa di Belgia adalah Niccolo Figa-Talamanca, sekretaris jenderal organisasi non-pemerintah No Peace Without Justice.
2. Proses mencabut kekebalan anggota parlemen

Melansir BBC, polisi telah melakukan kontak dengan kantor Metsola pada 30 Desember untuk mencabut kekebalan anggota parlemen. Permintaan itu harus diajukan ke seluruh parlemen UE pada 16 Januari, sebelum diajukan ke komite urusan hukum badan tersebut. Laporan tuduhan kemudian akan disiapkan, sebelum pemungutan suara parlemen untuk menghapus kekebalan.
Metsola telah meminta agar semua prosedur pencabutan hak kekebalan dapat selesai pada 13 Februari.
"Sejak saat pertama Parlemen Eropa telah melakukan segala daya untuk membantu penyelidikan dan kami akan terus memastikan bahwa tidak akan ada impunitas. Mereka yang bertanggung jawab akan menemukan parlemen ini di sisi hukum. Kami akan melakukan segalanya untuk melawannya," kata Metsola.
Semua anggota parlemen di blok tersebut memiliki kekebalan terbatas, berarti mereka dapat menjalankan tugas mereka, mengungkapkan, pendapat dan memilih secara bebas tanpa harus ketakutan terhadap penangkapan atau penganiayaan politik.
Namun, majelis dapat memilih untuk mencabut kekebalan mereka setelah proses penyelidikan secara rahasia. Proses ini memungkinkan anggota parlemen yang dituduh untuk menyajikan bukti dan membela diri.
Yasmina Yakimova, juru bicara Parlemen Eropa, mengatakan pada pekan lalu bahwa tujuan kekebalan adalah untuk memastikan parlemen dapat berfungsi optimal. Tapi, dia juga menyampaikan, hal itu bukan celah untuk melanggar hukum dengan mudah.
3. Penggerebekan polisi menemukan banyak uang tunai

Saat ini, parlemen telah menghentikan semua pekerjaan yang melibatkan Qatar, karena sedang menyelidiki dampak skandal suap uang tunai dan hadiah yang diberikan untuk memengaruhi keputusan ekonomi dan politik UE.
Qatar telah menyangkal terlibat dalam korupsi tersebut. Belum ada juga tanggapan dari Maroko atas tuduhan bahwa duta besarnya untuk Polandia mungkin terlibat.
Skandal itu menjadi perhatian publik setelah polisi melancarkan lebih dari 20 penggerebekan, sebagian besar di Belgia dan Italia. Dalam penggeledahan itu, polisi menemukan ratusan ribu euro dan menyita ponsel serta peralatan komputer.
Dalam pemeriksaan di rumah Kaili di Brussel, polisi menemukan uang sebanyak 150 ribu euro (Rp2,4 miliar). Uang tunai 600 ribu euro (Rp9,9 miliar) juga dilaporkan ditemukan di rumah salah satu terdakwa, dan 750 ribu euro (Rp12,4 miliar) lainnya di dalam koper di kamar hotel di Brussel.