Suriah Janji Hancurkan Senjata Kimia Peninggalan Assad

Jakarta, IDN Times - Menteri Luar Negeri Suriah, Asaad Hassan al-Shaibani, berjanji bahwa negaranya akan menghancurkan sisa senjata kimia peninggalan pemerintahan Bashar al Assad.
Pernyataan ini disampaikan dalam pertemuan Organisasi Pelarangan Senjata Kimia (OPCW) di Den Haag, Belanda pada Rabu (5/3/2025). Shaibani menjadi Menlu Suriah pertama yang hadir di pertemuan OPCW.
"Kami siap menyelesaikan masalah senjata kimia yang sudah berlangsung puluhan tahun ini. Kami akan menghancurkan semua senjata yang tersisa dan membawa Suriah selaras dengan standar internasional, meski masalah ini warisan rezim sebelumnya," ujar Shaibani, dilansir The Guardian.
Kepala OPCW Fernando Arias menyambut positif perubahan politik di Suriah. Menurutnya, situasi ini membuka kesempatan baru bagi komunitas internasional mengungkap skala sebenarnya program senjata kimia Suriah.
1. Rencana penghancuran senjata kimia Suriah
OPCW akan mengirim tim ahli teknis ke Damaskus dalam beberapa hari mendatang. Tim tersebut berencana mengunjungi sekitar 100 lokasi yang diduga terkait program senjata kimia era Assad.
Suriah sendiri telah memulai perencanaan proses penghancuran senjata kimia. Namun, Al-Shaibani menyampaikan bahwa Suriah membutuhkan bantuan teknis, logistik dan keahlian di lapangan dari komunitas internasional.
"Rezim Assad memang menunda ini bertahun-tahun. Kami paham harus bertindak cepat dan teliti. Namun, kami tidak bisa melakukan ini sendirian," ujarnya.
Pengawas OPCW menyimpulkan stok senjata kimia yang dilaporkan Suriah selama ini tidak mencerminkan situasi sebenarnya di lapangan. Mereka berharap kunjungan ini akan mengungkap angka sebenarnya.
2. Sejarah program senjata kimia Assad
Program senjata kimia Assad mulai terungkap setelah tragedi di Ghouta pada 2013. Serangan gas sarin di wilayah yang dikuasai pemberontak tersebut menewaskan ratusan warga sipil. Peristiwa tersebut memaksa Suriah bergabung dengan OPCW melalui kesepakatan Amerika Serikat dan Rusia.
Kesepakatan tersebut berhasil menghancurkan 1.300 ton senjata kimia Suriah dan bahan bakunya. Namun, selama lebih dari 10 tahun berikutnya, rezim Assad menghalangi OPCW melakukan investigasi menyeluruh terhadap program senjata kimianya.
Pemerintahan Assad selalu membantah penggunaan senjata kimia selama perang saudara yang berlangsung 14 tahun. Meski demikian, tiga penyelidikan berbeda oleh PBB dan OPCW mengonfirmasi militer Suriah menggunakan gas sarin dan bom klorin yang menewaskan ribuan orang.
3. Bukti pelanggaran rezim Assad

Tim Investigasi dan Identifikasi OPCW mendokumentasikan lima kasus penggunaan senjata kimia oleh militer Suriah pada 2017 dan 2018.
Salah satu serangan paling mematikan terjadi di Douma, April 2018. Saat itu, helikopter militer Suriah menjatuhkan dua silinder berisi gas klorin konsentrasi tinggi ke gedung apartemen.
Tim pencari fakta OPCW menemukan 20 kasus lain kemungkinan penggunaan senjata kimia selama konflik. Temuan-temuan ini mendorong komunitas internasional mendesak pertanggungjawaban atas kejahatan perang di Suriah.
Shaibani juga mengadakan pertemuan dengan Jaksa Mahkamah Pidana Internasional (ICC) Karim Khan. Mereka membahas kemungkinan penuntutan hukum atas kejahatan perang Suriah.
Saat ini. Suriah belum bergabung dengan ICC. Namun, Khan menyatakan bahwa Suriah dapat memilih tunduk pada wewenang ICC seperti yang dilakukan Ukraina dalam kasusnya dengan Rusia, dilansir BBC.