Survei: Mayoritas Warga Australia Bela Taiwan jika Diserang China

Jakarta, IDN Times - Mayoritas warga Australia setuju untuk membantu Taiwan apabila diserang China. Pemerintah Australia juga diminta menawarkan bantuan berupa sanksi ekonomi, pasokan senjata, dan mengerahkah angkatan laut untuk mencegah blokade Beijing terhadap Taipei.
Ini merupakan survei tahunan oleh Lowy Institute, yang dirilis pada Selasa (20/6/2023), dengan fokus kebijakan luar negeri Australia. Jajak pendapat ini menunjukkan bahwa warga Australia setuju membantu Taiwan tanpa terlibat perang secara langsung.
Sebelumnya, Canberra mengatakan menentang segala upaya sepihak yang ditujukan mengubah status quo Taiwan. Sementara, Amerika Serikat (AS) menegaskan bakal melindungi jika Taiwan diserang.
1. Mayoritas warga Australia dukung aliansi keamanan dengan AS

Melansir Reuters, survei menunjukkan bahwa 82 persen warga Australia mendukung aliansi keamanan Canberra-Washington. Sedangkan, tiga perempatnya beranggapan langkah ini akan menyeret Australia ke dalam perang.
Kemudian, 64 persen warga memandang ketegangan China-AS terkait Taiwan sebagai ancaman kritis. Hasil ini meningkat dua kali lipat dari survei dua tahun lalu. Adapun 68 persen responden menilai ancaman teratas bagi Australia adalah serangan siber dari negara lain.
Direktur Lowy Institute, Ryan Neelam, mengatakan hasil voting menunjukan warga Australia begitu hati-hati soal konflik. Ia menambahkan, warga bersedia membantu tanpa mengirim pasukan Australia ke Taiwan.
“Ketika sampai pada skenario tertentu, di mana Taiwan berada di bawah ancaman militer dan AS terlibat, warga Australia merasa cukup condong ke depan untuk mengambil tindakan mendukung Taiwan dalam hal menerima pengungsi, menjatuhkan sanksi, mengirim senjata dan pasokan, tapi tidak sampai mengirim pasukan ke sana," kata Neelam, dikutip dari Reuters.
2. Warga bersedia bantu tanpa mengirim pasukan Australia
Secara spesifik, 80 persen warga Australia bersedia menerima pengungsi Taiwan. Lalu, 76 persen mendukung pemberian sanksi ekonomi dan diplomatik terhadap China.
Kemudian, 61 persen mendukung pemerintah mengerahkan Angkatan Laut untuk mencegah China memberlakukan blokade di sekitar Taiwan.
Tetapi, hanya 42 persen yang mendukung Australia menempatkan pasukannya di Taiwan untuk melawan agresi dari China. Sementara, 87 persen mengaku khawatir bahwa Beijing dapat membuka pangkalan militer di kepulauan Pasifik.
Hasil ini juga mencerminkan adanya hubungan stabil antara Australia dan China, yang merupakan mitra dagang utama. Adapun 56 persen mendukung Canberra agar melanjutkan hubungan diplomatik demi kepentingan nasional.
Ini merupakan hasil survei terhadap 2 ribu responden pada Maret dan 4 ribu orang pada April 2023, dilansir dari Street Insider.
3. Australia dukung dialog AS-China untuk hindari konflik Taiwan

Melansir Anadolu Agency, Perdana Menteri Anthony Albanese sebelumnya mengatakan, Australia mendukung dialog antara AS dan China untuk mencegah konflik di Taiwan yang dapat menghancurkan dunia.
"Konsekuensi dari kerusakan seperti itu (antara AS dan China), baik di Selat Taiwan atau di tempat lain, tidak akan terbatas pada kekuatan besar di pihak konflik mereka. Ini akan menghancurkan dunia," ujar Albanese dalam forum Shangri-La Dialogue ke-20 di Singapura pada 2 Juni 2023.
"Australia sangat mendukung upaya baru dari pemerintahan Presiden AS Joe Biden untuk membangun saluran komunikasi yang andal dan terbuka di antara pemerintah AS dan China," sambung dia.