Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Taliban Bakar Alat Musik karena Dianggap Menyesatkan

Ilustrasi gitar (unsplash.com/Roman Melnychuk)
Ilustrasi gitar (unsplash.com/Roman Melnychuk)

Jakarta, IDN Times - Polisi agama Taliban membakar sejumlah alat musik di provinsi Herat, Afghanistan barat, pada Minggu (30/7/2023).

Sheikh Aziz al-Rahman al-Muhajir, kepala Kementerian Promosi Kebajikan dan Pencegahan Kejahatan provinsi, menyebut bahwa musik menyebabkan penyesatan kaum muda dan kehancuran masyarakat.

Para pejabat mengatakan bahwa musik menyebabkan orang telah dikorupsi. Taliban juga melarang musik nonreligius terakhir kali mereka memerintah negara itu pada 1990-an, dikutip dari DW.

1. Afghanistan punya budaya musik yang kuat

ilustrasi gitar (unsplash.com/Jefferson Santos)
ilustrasi gitar (unsplash.com/Jefferson Santos)

Gambar yang dirilis oleh Taliban menunjukkan para pejabat berkumpul di sekitar api dengan alat musik, termasuk gitar, harmonium, dan pengeras suara.

Afghanistan memiliki tradisi musik yang kuat, dipengaruhi oleh musik klasik Iran dan India. Afghanistan juga memiliki kancah musik pop yang berkembang pesat, menambahkan instrumen elektronik dan ketukan tarian ke ritme yang lebih tradisional.

Keduanya telah berkembang selama 20 tahun terakhir sebelum Taliban merebut kekuasaan pada Agustus 2021. Tetapi, Taliban telah memberlakukan tindakan keras sejak merebut kendali Afghanistan ketika pasukan Amerika Serikat (AS) dan NATO mundur.

2. Taliban pernah janjikan pemerintahan moderat

Tentara Taliban terlihat di salah satu alun-alun utama kota di Kabul, Afghanistan, Rabu (1/9/2021). ANTARA FOTO/WANA (West Asia News Agency) via REUTERS.
Tentara Taliban terlihat di salah satu alun-alun utama kota di Kabul, Afghanistan, Rabu (1/9/2021). ANTARA FOTO/WANA (West Asia News Agency) via REUTERS.

Siswa dan guru Institut Musik Nasional Afghanistan, yang pernah terkenal dengan inklusivitasnya, belum kembali ke kelas sejak pengambilalihan Taliban. Banyak musisi juga meninggalkan negara itu.

Taliban sempat menjanjikan pemerintahan yang lebih moderat daripada masa kekuasaan mereka sebelumnya. Mereka telah berjanji untuk mengizinkan hak-hak perempuan dan minoritas. Namun sebaliknya, mereka justru memperkenalkan kembali tindakan keras sejalan dengan interpretasi mereka yang ketat terhadap hukum Islam.

3. Akses perempuan di Afghanistan terbatas

Anggota Taliban mengarahkan senjatanya ke arah pengunjuk rasa, saat warga berdemo dan menyerukan slogan selama protes anti-Pakistan, dekat kedutaan Pakistan di Kabul, Afghanistan, Selasa (7/9/2021). ANTARA FOTO/REUTERS/Stringer.
Anggota Taliban mengarahkan senjatanya ke arah pengunjuk rasa, saat warga berdemo dan menyerukan slogan selama protes anti-Pakistan, dekat kedutaan Pakistan di Kabul, Afghanistan, Selasa (7/9/2021). ANTARA FOTO/REUTERS/Stringer.

Taliban telah melakukan eksekusi publik, melarang pendidikan untuk anak perempuan di atas kelas enam, dan melarang perempuan dari sebagian besar bentuk pekerjaan.

Awal pekan ini, Taliban mengumumkan bahwa semua salon kecantikan harus ditutup karena menawarkan layanan yang dilarang oleh Islam dan menyebabkan kesulitan ekonomi bagi keluarga mempelai pria selama pesta pernikahan.

Di sisi lain, kembalinya Taliban ke tampuk kekuasaan justru meningkatkan teror dan kekerasan di Afghanistan. Kendati begitu, Taliban membantah bahwa mereka menyembunyikan atau menjadikan Afghanistan sebagai basis terorisme.  

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Vanny El Rahman
EditorVanny El Rahman
Follow Us