Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Tentara Jerman akan Bertahan di Afghanistan hingga 2022

Ilustrasi personel militer. (pexels.com/pixabay)

Berlin, IDN Times - Musyawarah kesepakatan damai antara pemerintah Afghanistan dengan Taliban sampai saat ini belum selesai. Kedua belah pihak masih terus melakukan pembicaraan dengan alot di Doha, Qatar, dan belum sepakat dalam beberapa masalah. Di sisi lain, ancaman serangan secara sporadis kelompok militan masih sering terjadi di negara tersebut.

Amerika Serikat di bawah Donald Trump telah menarik pasukannya secara sepihak dari Afghanistan. Kini militer AS hanya ada sekitar 2.500 personel dan masih belum jelas apakah Joe Biden akan menarik pasukan tersebut atau tetap tinggal.

Dengan situasi Afghanistan yang tidak sesuai rencana, di mana kesepakatan damai antara pemerintah dengan Taliban belum selesai, Jerman memilih untuk bertahan. Batas waktu personel militer Jerman di negara tersebut sampai Maret ini tapi kesepakatan damai Afghanistan sepertinya belum akan selesai di bulan tersebut.

1. Personel militer Jerman terbanyak kedua setelah AS

Ilustrasi pasukan militer Jerman-AS. (Instagram.com/german.armed.forces)

Aliansi NATO memiliki sekitar 10.000 personel militer yang ada di Afghanistan. Namun sekarang jumlah tersebut terus menyusut dan kini jumlah mereka telah berkurang. Dengan kondisi yang masih tak menentu di Afghanistan, personel militer Jerman yang berada di negara tersebut diusulkan untuk tetap bertahan dalam mandat pengarahan militer yang terbaru.

Melansir dari laman Al Arabiya, Jerman memiliki personel lebih dari 1.100 tentara, jumlah terbanyak kedua setelah Amerika Serikat. Pada hari Rabu (24/2) pemerintah Jerman sepakat untuk memperpanjang waktu tinggal pasukannya hingga 10 bulan ke depan.

Ini berarti pasukan Jerman masih akan bertahan di Afghanistan hingga 31 Januari 2022. Akan tetapi, persetujuan memperpanjang waktu tinggal personel militer oleh pemerintah di bawah kabinet Angela Merkel tersebut masih membutuhkan tindak lanjut dari parlemen di Bundestag. Keputusan parlemen yang akan menentukannya.

2. Penarikan pasukan asing di Afghanistan harus sesuai dengan kemajuan negosiasi damai

Ilustrasi personel militer. (instagram.com/german.armed.forces)

Amerika Serikat dibawah pemerintahan Joe Biden saat ini sedang melakukan peninjauan kembali atas penarikan personel militernya yang memiliki tenggat waktu hingga 1 Mei mendatang dari Afghanistan. Namun Washington mendapatkan seruan agar tetap menahan pasukan mereka dan melakukan negosiasi ulang kesepakatan dengan kehadiran pasukan yang lebih kecil berbasis intelijen.

Pihak Jerman sendiri, melansir dari laman Associated Press, mengatakan bahwa penarikan pasukan asing dari Afghanistan harus mempertimbangkan kemajuan negosiasi damai antara Taliban dan pemerintah Afghanistan.

Hal ini disepakati oleh Menteri Luar Negeri Jerman, Heiko Maas. Negosiasi perdamaian yang saat ini masih dilakukan berjalan dengan lambat sehingga penarikan pasukan "secara membabi buta" hingga tenggat 1 Mei mungkin bukan pilihan terbaik.

Berbagai serangan dari kelompok militan di Afghanistan masih kerap terjadi. Serangan dilancarkan mengincar tokoh publik, pasukan keamanan pemerintah dan kelompok minoritas dengan bom bunuh diri, bom kendaraan atau rudal mortir. Namun jarang ada kelompok yang mengklaim bertanggung jawab atas berbagai serangan yang terjadi.

3. Keraguan NATO

Jens Steltonberg (kanan), Sekjen NATO. (Wikimedia.org/U. S. Secretary of Defense)

Langkah yang dilakukan oleh Jerman adalah dampak dari "tidak ada keputusan akhir" oleh aliansi NATO tentang masa depan misi di Afghanistan. Jens Stoltenberg, Sekjen NATO, mengaku bahwa aliansi menghadapi situasi "banyak dilema" untuk kondisi saat ini, katanya seperti dilansir dari laman Deutsche Welle.

Jerman melangkah lebih cepat. Juru bicara pemerintah Jerman, Steffen Seibert mengatakan bahwa draft baru untuk memperpanjang mandat kehadiran pasukan Jerman di Afghanistan telah disetujui oleh Kabinet Angela Merkel sehingga pasukan bisa tetap bertahan hingga Januari 2022.

Seibert juga mengatakan level maksimum jumlah personel militer Jerman adalah 1.300 tentara dan itu tidak akan berubah di mandat yang terbaru. Menjelaskan tentang langkah baru pemerintah Jerman, Seibert mengatakan bahwa harus "memperhitungkan secara tepat situasi kompleks di Afghanistan dan juga agar  bisa memungkinkan fleksibilitas yang diperlukan untuk dapat bereaksi jika situasi dan ancaman keamanan berubah," katanya.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Siantita Novaya
EditorSiantita Novaya
Follow Us