Tolak Tambang Lithium, Ribuan Rakyat Serbia Blokir Jalanan

Jakarta, IDN Times - Rakyat Serbia bergabung dengan aktivis lingkungan untuk melakukan protes pada minggu ketiga. Protes tersebut adalah penolakan penambangan lithium di bagian barat negara.
Ribuan orang turun ke jalanan pada Sabtu, 11 Desember 2021. Mereka menerjang hujan dan cuaca dingin untuk menghentikan lalu lintas di ibu kota Beograd dan di kota-kota lainnya di Serbia.
Para demonstran meminta pemerintah untuk menghentikan penambangan lithium perusahaan Rio Tinto. Lithium adalah bahan baku pembuatan baterai listrik dan aktivitas penambangan Rio Tinto dinilai akan menimbulkan berbagai kerusakan seperti pencemaran udara, tanah dan air.
1. Upaya menghentikan penambangan lithium
Sejak akhir bulan November 2021, ribuan warga Serbia ikut serta para aktivis lingkungan dalam melakukan protes tambang lithium di negaranya. Sampai saat ini, protes tersebut terus berulang dan ini adalah minggu ketiga.
Rakyat Serbia menuntut pemerintah menghapuskan undang-undang yang membuat segala kemungkinan perusahaan dapat melakukan atau memulai proyek penambangan.
Dilansir Al Jazeera, demonstrasi minggu ketiga kali ini jumlah partisipan lebih sedikit dibandingkan dua minggu sebelumnya. Ini seperti terlihat ada perpecahan di antara pemimpin protes tentang bagaimana melanjutkan protesnya.
Salah satu penyelenggara protes yang bernama Aleksandar Jovanovic mengatakan "tidak akan ada perdamaian sampai eksploitasi lithium dilarang dan Rio Tinto diusir dari Serbia."
Pemerintah Serbia telah mencabut dua undang-undang utama pertambangan itu, yang disebut dapat membantu perusahaan membuka proyek pertambangan di bagian barat Serbia yang kaya akan lithium.
2. Demonstran meminta penambangan lithium dilarang
Naiknya industri kendaraan bertenaga listrik telah memicu permintaan meluas lithium, bahan dasar baterai kendaraan tersebut. Pihak berwenang Serbia berusaha untuk mengambil kesempatan tersebut dan telah menerima banyak investasi dari perusahaan penambang tembaga Zijin China dan Rio Tinto.
Namun, Serbia yang sudah sering bermasalah dengan isu lingkungan seperti pencemaran, mendapatkan penolakan keras dari rakyat dan aktivis lingkungan.
Perusahaan Rio Tinto sebelumnya mengatakan akan mematuhi semua standar lingkungan domestik dan Uni Eropa (UE), meski Serbia belum diterima sebagai anggota UE. Namun, para pemerhati dan aktivis lingkungan menilai bahwa tambang Rio yang direncanakan, akan mencemari air minum di daerah itu secara permanen.
Dilansir Reuters, salah satu mahasiswa dari Beograd yang ikut aksi protes pada hari Sabtu bernama Irena Radovanovic mengatakan "kita (harus) membela diri dari proyek-proyek gila yang membayangi pembangunan puluhan tambang di Serbia."
Aleksandar Jovanovic mengatakan kepada wartawan, "tidak akan ada jeda (protes) sampai Rio Tinto diusir dari Serbia dan sampai penambangan lithium dilarang secara permanen."
3. Presiden Serbia nilai protes beraroma 'politis'

Dalam suasana hujan dan dingin, para demonstran memblokir jalanan. Dua pekan sebelumnya, para demonstran yang turun ke jalanan melakukan pemblokiran terhadap jalan dan jembatan di kota-kota Serbia.
Di Nova Beograd, sempat terjadi sedikit kericuhan saat seorang pengemudi mencoba menerobos pemblokiran tersebut, sehingga terjadi cekcok dan bentrokan. Secara umum, protes berlangsung damai.
Dilansir Euro News, para demonstran menilai bahwa pihak berwenang lebih menyukai investor asing dan keuntungan dari pada perlindungan lingkungan. Meski sebagian besar tuntutan penyelenggara protes telah dikabulkan, akan tetapi demonstran meminta kepastian agar perusahaan penambangan lithium secara permanen dihapuskan.
Aleksander Vucic, Presiden Serbia yang mendukung proyek penambangan lithium menyebut protes tersebut "politis." Vucic yang dinilai sebagai seorang pemimpin otoriter, pada bulan April tahun depan akan kembali mencalonkan diri.
Serbia telah mengajukan permintaan untuk bergabung dengan UE. Tapi UE masih belum menerima karena berbagai syarat seperti praktik industri yang melindungi lingkungan harus diterapkan terlebih dahulu.