Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Trump Mau Bikin Golden Dome untuk Lindungi AS, Berapa Biayanya?

Presiden Amerika Serikat, Donald Trump. (Staff Sgt. Danny Gonzalez, Public domain, via Wikimedia Commons)
Intinya sih...
  • Presiden AS Donald Trump umumkan rencana sistem pertahanan rudal "Golden Dome" untuk melindungi AS dari serangan rudal.
  • Proyek senilai Rp2.866 triliun ini akan rampung dalam tiga tahun dengan sensor dan pencegat berbasis ruang angkasa.
  • Pihak tertentu meragukan klaim Trump, sementara Kanada tertarik bergabung dan China mengecam proyek tersebut.

Jakarta, IDN Times - Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump secara resmi mengumumkan rencana pembangunan sistem pertahanan rudal "Golden Dome" atau Kubah Emas pada Selasa (20/5/2025). Sistem ini akan dilengkapi sensor dan pencegat berbasis ruang angkasa untuk melindungi AS dari serangan rudal.

Kubah Emas dirancang untuk mencegat rudal hipersonik, balistik, dan jelajah lanjutan dari segala arah. Trump mengklaim proyek senilai 175 miliar dolar AS (sekitar Rp2.866 triliun) ini akan rampung dalam tiga tahun. Jenderal Michael Guetlein dari Space Force AS ditunjuk memimpin proyek tersebut.

"Ketika Kubah Emas selesai dibangun, sistem ini akan mampu menangkis rudal yang ditembakkan dari belahan dunia lain," ujar Trump. 

1. Trump siapkan Rp409 triliun untuk dana awal

Trump mengalokasikan dana awal 25 miliar dolar AS (sekitar Rp409 triliun) dari RUU pemotongan pajak yang masih dibahas Kongres. Angka dari Trump jauh lebih rendah dibanding perkiraan Congressional Budget Office yang memproyeksikan biaya mencapai 542 miliar dolar AS (sekitar Rp8.800 triliun) selama 20 tahun.

Menteri Pertahanan AS Pete Hegseth memuji proyek tersebut sebagai lompatan besar.

"Ini adalah terobosan baru dan investasi jangka panjang untuk keamanan Amerika dan warganya," kata Hegseth, dilansir Al Jazeera.

Pentagon telah menyiapkan tiga versi rencana Kubah Emas dengan skala "menengah", "tinggi", dan "sangat tinggi". Tingkatan ini menentukan jumlah satelit, sensor, dan pencegat yang akan ditempatkan di luar angkasa. Trump memilih versi "tinggi" dengan biaya awal 30 hingga 100 miliar dolar AS (sekitar Rp491-1.600 triliun).

Teknologi ini akan memanfaatkan ribuan satelit kecil untuk mendeteksi dan menghancurkan rudal saat baru diluncurkan. SpaceX dengan Starlink-nya yang kini memiliki sekitar 7 ribu satelit dianggap sebagai bukti bahwa teknologi semacam itu mungkin untuk diwujudkan.

2. Keraguan akan target tiga tahun penyelesaian

Beberapa pihak meragukan klaim Trump bahwa sistem ini bisa rampung dalam tiga tahun. Laksamana Mark Montgomery menyatakan sistem serupa membutuhkan waktu 7 hingga 10 tahun, itupun dengan kemampuan terbatas hanya melindungi gedung federal penting dan kota-kota besar.

Melansir NYT, proyek ini mengingatkan pada program "Star Wars" gagasan mantan Presiden Ronald Reagan. Proyek tersebut akhirnya gagal pada tahun 1983 karena keterbatasan teknologi dan anggaran.

"Kita akan menyelesaikan pekerjaan yang dimulai Presiden Reagan 40 tahun lalu, mengakhiri ancaman rudal terhadap daratan Amerika," ujar Trump.

Jenderal Guetlein menyebut sistem ini penting untuk menghadapi ancaman rudal hipersonik musuh berkecepatan 9.600 km/jam yang bisa mencapai AS dalam waktu kurang dari satu jam. Mencegat rudal secepat ini dinilai masih menjadi tantangan teknis yang besar.

Laura Grego dari Union of Concerned Scientists memperingatkan bahwa Kubah Emas bisa dikalahkan dengan serangan massal atau langsung ke satelitnya. Rusia dilaporkan sedang mempelajari cara menempatkan senjata nuklir di orbit yang bisa melumpuhkan sistem pertahanan luar angkasa, dilansir NPR.

3. China kecam rencana AS

Ilustrasi bendera China. (unsplash.com/Yan Ke)

Kanada menjadi negara pertama yang berminat bergabung dalam proyek Kubah Emas. Trump mengungkapkan bahwa Kanada telah menghubungi AS untuk membahas keterlibatannya.

Namun, China justru mengecam rencana ini. "Proyek ini sangat bersifat ofensif dan dapat meningkatkan militerisasi ruang angkasa, perlombaan senjata, serta merusak keamanan global," kata Juru bicara Kementerian Luar Negeri China, Mao Ning, dilansir CNN.

Sementara itu, 42 anggota parlemen Demokrat meminta penyelidikan terhadap peran Elon Musk dalam proyek Kubah Emas. Mereka mengkhawatirkan adanya konflik kepentingan mengingat posisi Musk sebagai penasihat Trump dan sumbangan kampanyenya yang besar.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Sonya Michaella
EditorSonya Michaella
Follow Us