Trump: Tidak Ada Perkembangan di Ukraina sebelum Bertemu Putin

Jakarta, IDN Times - Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump, mengatakan tidak ada perkembangan lanjutan di Ukraina sebelum dirinya bertemu langsung dengan Presiden Rusia Vladimir Putin.
"Tidak akan ada yang terjadi hingga Putin dan saya bertemu langsung. Dia tidak akan pergi, dan dia tidak akan pergi jika saya tidak bersedia pergi ke sana. Saya tidak percaya sesuatu akan terjadi. Namun, kami harus menyelesaikannya karena terlalu banyak orang yang tewas," terangnya pada Kamis (15/5/2025), dikutip dari Politico.
Sebelumnya, Trump memastikan tidak akan hadir dalam perundingan damai di Turki. Kemudian, Putin juga tidak akan datang dalam dialog perdamaian dengan Ukraina di Istanbul.
1. NATO sebut Putin melewatkan kesempatan untuk dialog damai
Sekretaris Jenderal NATO, Mark Rutte, mengatakan bahwa Putin telah melewatkan kesempatan besar untuk bernegosiasi damai dengan Zelenskyy. Ia mengaku kecewa karena Rusia hanya mengirimkan delegasi dari pejabat level rendah ke Istanbul.
"Rusia tidak mengambil kesempatan yang ditawarkan Zelenskyy yang sudah siap duduk bersama dengan Putin. Ini menunjukkan Ukraina sudah siap untuk memainkan bola. Sedangkan bola ini sekarang ada di tangan Rusia," terangnya.
Ia menambahkan, gencatan senjata atau perjanjian perdamaian di Ukraian harus bertujuan jangka panjang. Ia memperingatkan agar tidak mengulangi kesalahan dalam Perjanjian Minsk pada 2014-2015 yang sangat mudah dilanggar.
2. UE desak Rusia setujui gencatan senjata selama 30 hari

Uni Eropa (UE) menyerukan Rusia untuk menyetujui gencatan senjata selama 30 hari. Brussels menyebut, semua ini sekarang tergantung pada keseriusan Rusia untuk berdamai.
"UE tetap berkomitmen pada perdamaian jangka panjang yang komprehensif di Ukraina. Semua harus didasarkan pada prinsip Piagam PBB dan hukum internasional. Kami akan mendukung segala upaya untuk mencapai perdamaian. Kami menyerukan gencatan senjata tanpa syarat setidaknya selama 30 hari," tuturnya, dilansir Ukrinform.
UE menyebut penangguhan konflik sementara akan menjadi langkah penting untuk mengurangi dampak buruk kepada warga sipil. Gencatan senjata juga akan memberikan ruang lebih luas untuk perundingan damai.
3. Lavrov sebut Rusia berniat menyelesaikan akar masalah di Ukraina

Pada hari yang sama, Menteri Luar Negeri Rusia, Sergey Lavrov, mengungkapkan bahwa tujuan utama Rusia adalah menyelesaikan masalah di Ukraina hingga ke akarnya, bukan sekadar sebuah gencatan senjata.
"Negosiasi seharusnya memberikan sebuah kesempatan luas bagi kedua belah pihak untuk menyelesaikan masalah. Kami juga tidak bisa menjamin bahwa negosiasi damai akan berjalan dengan lancar tanpa adanya masalah," ungkapnya, dikutip The Kyiv Independent.
Sementara itu, delegasi Rusia yang dipimpin oleh Asisten Kepresidenan Rusia, Vladimir Medinsky, sudah tiba di Ankara pada Kamis sore. Ia sudah bertemua dengan Menlu Turki Hakan Fidan di Istana Dolmabahce.
Keesokan harinya, Turki akan memfasilitasi dialog berformat trilateral antara Rusia, Ukraina, dan Turki. Tak hanya itu, adapun dialog trilateral antara Rusia, Ukraina, dan AS.