Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

WHO: Butuh 10 Tahun untuk Evakuasi Semua Pasien Gaza 

salah satu sudut kota Gaza. (unsplash.com/Mohammed Ibrahim)

Jakarta, IDN Times - Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengungkapkan, proses evakuasi medis pasien Gaza berlangsung sangat lambat. Dalam kondisi kecepatan evakuasi saat ini, WHO memperkirakan dibutuhkan waktu 5 hingga 10 tahun untuk mengevakuasi seluruh pasien yang membutuhkan perawatan medis dari Gaza.

Menurut PBB, hanya 78 dari 12 ribu pasien yang berhasil dievakuasi belakangan ini. Di antara mereka yang menunggu evakuasi terdapat 2.500 anak-anak.

Beberapa di antaranya telah meninggal dunia setelah menunggu berbulan-bulan. Sebelum konflik pecah, sekitar 100 pasien per hari bisa ditransfer keluar Gaza. Namun, kini rata-rata kurang dari dua orang yang berhasil dievakuasi setiap harinya.

1. Proses evakuasi medis terhambat birokrasi keamanan

Sejak perang dimulai pada 7 Oktober 2023, total 5.230 pasien telah berhasil dievakuasi dari Gaza. Angka ini jauh dari memadai mengingat jumlah pasien yang membutuhkan evakuasi medis terus bertambah seiring berlangsungnya konflik.

Pihak militer Israel seringkali membutuhkan waktu berbulan-bulan hanya untuk merespons satu permintaan evakuasi medis. Mereka kerap menolak permohonan evakuasi baik untuk pasien maupun pendampingnya dengan alasan yang tidak jelas.

"Keputusan Israel terlihat sewenang-wenang dan tidak dibuat berdasarkan kriteria atau logika yang jelas," tutur Moeen Mahmood, Direktur Dokter Tanpa Batas (MSF) untuk Yordania, dilansir The Guardian. 

Seorang pejabat militer Israel mengatakan mereka mewajibkan setiap pasien dan pendamping melewati pemeriksaan keamanan ketat. Pemeriksaan ini diperlukan untuk mencegah adanya pasien yang memiliki hubungan dengan kelompok yang dianggap sebagai teroris.

2. Kisah pilu anak-anak di Gaza

Islam al-Rayahen, bocah 12 tahun penderita leukemia, meninggal dunia setelah permintaan evakuasinya ditolak hingga enam kali. Pejabat UNICEF Rosalia Bollen sempat mengunjungi Islam yang terbaring lemah di rumah sakit Gaza tengah pada akhir Oktober lalu. Islam akhirnya meninggal tiga hari kemudian.

Osaid Shaheen, balita berusia dua tahun, terancam kehilangan kedua matanya karena kanker retina. WHO telah mengajukan permohonan evakuasinya melalui perbatasan Rafah. Namun perbatasan tersebut ditutup pada Mei lalu ketika tentara Israel mengambil alih kawasan itu.

MSF melaporkan pada Agustus lalu mereka mengajukan 32 anak untuk dievakuasi bersama pendampingnya. Namun hanya enam anak yang diizinkan keluar Gaza.

Pada November, organisasi ini kembali mengajukan delapan anak lainnya, termasuk balita dua tahun dengan amputasi kaki. Israel menolak permohonan tersebut.

"Anak-anak ini tidak bisa menunggu. Mereka sedang sekarat. Sangat mengejutkan dunia membiarkan hal ini terjadi," ujar Bollen, dilansir AP. 

3. Sistem kesehatan Gaza di ambang kehancuran

sudut kota Gaza. (unsplash.com/Emad El Byed)

WHO mencatat setidaknya 14 ribu pasien dari berbagai usia membutuhkan evakuasi medis dari Gaza. Kementerian Kesehatan Gaza menyebut angka yang lebih tinggi yakni 22 ribu pasien. Sekitar 7 ribu orang berada dalam kondisi kritis dan terancam meninggal jika tidak segera mendapat perawatan.

Sistem kesehatan Gaza kini berada di ambang kehancuran total. Hanya 17 dari 36 rumah sakit yang masih beroperasi, itupun dengan kapasitas terbatas. Para tenaga medis berjuang menangani gelombang korban perang di tengah keterbatasan alat dan obat-obatan.

Rumah sakit khusus kanker satu-satunya di Gaza kini telah ditutup setelah diambil alih tentara Israel di awal perang. Kondisi ini membuat pasien kanker semakin sulit mendapatkan perawatan yang mereka butuhkan. Pelaksanaan operasi khusus atau perawatan spesialis nyaris tidak mungkin dilakukan di Gaza.

Para pasien yang menunggu evakuasi medis juga harus hidup dalam kondisi pengungsian yang memprihatinkan. Mereka kesulitan mengakses air bersih dan makanan. Kondisi ini semakin memperburuk kesehatan mereka yang sudah rentan. 

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Leo Manik
EditorLeo Manik
Follow Us