Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

WHO Imbau Turis Pakai Masker Selama di Pesawat

Bendera berkibar di kantor pusat WHO di Jenewa, Swiss (who.int)

Jakarta, IDN Times - Organisasi Kesehatan Dunia atau WHO menyarankan agar negara-negara yang mulai menerima turis asing, merekomendasikan agar pelancong memakai masker di dalam penerbangan jarak jauh.

Sebab, menurut WHO, penyebaran subvarian Omicron COVID-19 baru yang terdeteksi di Amerika Serikat (AS), cukup cepat.

1. Aturan untuk pelancong dari seluruh dunia

Pengunjung memakai masker berjalan melewati Shanghai Disney Resort, yang akan ditututp selama liburan Tahun Baru Imlek menyusul penularan virus corona baru di Shanghai, Tiongkok, pada 24 Januari 2020. ANTARA FOTO/REUTERS/Aly Song

Dilansir dari Channel News Asia, Rabu (11/1/2023), pejabat WHO, Catherine Smallwood, mengatakan pemakaian masker harus menjadi rekomendasi yang dikeluarkan untuk pelancong yang datang dari mana saja yang ada penyebaran COVID-19 di negaranya.

“Di Eropa, subvarian XBB.1.5 terdeteksi dalam jumlah kecil, tetapi terus bertambah,” kata Smallwood.

Subvarian XBB.1.5 disebut yang paling mudah menular dan menyumbang 27,6 persen kasus COVID-19 di AS pada pekan lalu.

2. Aturan perjalanan tidak boleh diskriminatif

Ilustrasi. Pengoperasian laboratorium PCR COVID-19. (ANTARA FOTO/Makna Zaezar)

Sementara itu, Smallwood menilik aturan-aturan yang dikeluarkan sejumlah negara yang menyasar China. Mereka mewajibkan agar pelancong dari China menunjukkan hasil negatif tes PCR 48 jam sebelum keberangkatan.

“Negara-negara perlu melihat basis bukti untuk pengujuan pra-keberangkatan. Langkah-langkah perjalanan harus diterapkan dengan cara yang tidak diskriminatif,” tuturnya.

3. Lonjakan kasus COVID-19 di China tidak berdampak ke Eropa

Ilustrasi Paris, Prancis (ANTARA FOTO/Christophe Ena/Pool via REUTERS)

Sementara itu, Direktur WHO Eropa, Hans Kluge, mengungkapkan lonjakan kasus COVID-19 di China tidak akan berdampak signifikan pada situasi di Eropa.

“Lonjakan yang sedang berlangsung di China diperkirakan tidak akan berdampak signifikan terhadap situasi epidemiologis COVID-19 di wilayah Eropa WHO saat ini,” kata Kluge.

Kluge juga mengatakan, tidak masuk akal bagi negara-negara mengambil tindakan pencegahan untuk melindungi populasi mereka. Namun, dia menyerukan, tindakan seperti itu harus berakar pada sains, proporsional, dan tidak diskriminatif.

Sekelompok pakar Uni Eropa, pekan lalu, sangat mendorong 27 negara anggota untuk menuntut tes COVID-19 bagi mereka yang kembali dari China dan melakukan tes acak pada saat kedatangan.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Rochmanudin Wijaya
EditorRochmanudin Wijaya
Follow Us