Biografi Bung Tomo sang Pengobar Semangat Pertempuran Surabaya

Jakarta, IDN Times - Soetomo atau kerap disapa Bung Tomo adalah pahlawan nasional, yang berperan dalam membangkitkan semangat rakyat Surabaya melawan kolonial Belanda, hingga berakhir dengan pertempuran 10 November 1945.
Kini, pertempuran ini diperingati sebagai Hari Pahlawan, karena banyak pahlawan yang gugur dalam pertempuran ini.
Bung Tomo dilahirkan di Kampung Blauran, Surabaya, 3 Oktober 1920. Ayahnya bernama Kartawan Tjiptowidjojo, pegawai kelas menengah yang mengabdi di pegawai pemerintahan. Ibunda Bung Tomo memiliki darah campuran antara Jawa Tengah, Madura dan Sunda.
Berikut biografi bung Tomo yang harus kamu tahu untuk menambah pengetahuan sejarah bangsa Indonesia!
1. Bung Tomo dilahirkan dari keluarga religius

Di balik sosok pemberaninya yang tak gentar menghadapi penjajah itu, Bung Tomo rupanya pria yang religius dan saleh. Hal itu tentu banyak diketahui oleh orang terdekat yang mengenalnya.
Dikutip dari biografi Bung Tomo dari Abdul Wahid pada 2019, sifat religius itu sudah ditanamkan keluarganya sejak Bung Tomo kecil. Amalan ibadah wajib dalam syariat Islam seperti salat, puasa, ngaji, dan zakat menjadi fondasi kuat kehidupannya sehari-hari.
2. Kedekatan Bung Tomo dengan banyak tokoh Islam

Karena pengetahuan agamanya yang luas, Bung Tomo pun memiliki kedekatan dengan sejumlah tokoh Islam di Nahdlatul Ulama (NU), termasuk KH Hasyim Asy’ari sebagai pendiri organisasi terbesar di Indonesia itu.
Bahkan, ia sering meminta nasihat dari para ulama NU ketika akan berjuang melawan penjajah. Kalimat takbir menjadi ciri khas Bung Tomo setiap membuka orasinya yang membuat rakyat Surabaya bergetar.
3. Bung Tomo pernah mengkritik Sukarno soal poligami

Saking religiusnya, Bung Tomo kerap mengkritik sejumlah elite negeri yang suka berpoligami alias memiliki banyak istri. Tak tanggung-tanggung, Presiden Sukarno salah satu orang yang pernah dikritiknya.
Menurut Bung Tomo, poligami bisa merusak keutuhan rumah tangga. Sampai akhir hidupnya, Bung Tomo setia dengan istrinya, yaitu Sulistina. Bersama Sulistina, Bung Tomo memiliki empat anak.
4. Bung Tomo wafat ketika sedang menjalankan ibadah haji

Bung Tomo wafat pada 7 Oktober 1981 di Padang Arafah, ketika sedang menjalankan ibadah haji. Berbeda dengan tradisi memakamkan jemaah haji yang meninggal dimakan di tanah suci, jenazah Bung Tomo dibawa kembali ke Tanah Air.
Jenazah Bung Tomo dimakamkan bukan di sebuah Taman Makam Pahlawan, melainkan di Tempat Pemakaman Umum Ngagel di Surabaya, sesuai permintaannya.
Bung Tomo ditetapkan sebagai pahlawan nasional bertepatan pada peringatan Hari Pahlawan pada 10 November 2008, melalui Keputusan Presiden Nomor 041/TK/TH 2008. Keputusan ini disampaikan Menteri Komunikasi dan Informatika Kabinet Indonesia Bersatu, Muhammad Nuh.
Itulah tadi biografi Bung Tomo seorang pahlawan yang membangkitkan semangat pertempuran Surabaya.