Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Cerita Pencari Suaka Asal Afganistan yang Hidup Mengandalkan Bantuan

IDN Times/Gregorius Aryodamar P

Jakarta, IDN Times - Ketika sedang melintas di jalan Kebon Sirih, Jakarta Pusat, Minggu (16/9) malam, ada sebuah pemandangan tak biasa terlihat di sisi jalan. Belasan tenda yang biasa digunakan untuk berkemah, berdiri di lahan parkir milik Bank Perkreditan Rakyat. 

Berdasarkan informasi yang dihimpun IDN Times di lokasi, tenda-tenda tersebut ditempati warga negara asing (WNA) dari Afganistan dan Sudan, yang mengungsi ke Indonesia. 

Pengungsi bernama Nilofar mengaku datang bersama pengungsi lainnya dari Kalideres, Jakarta Barat, sejak Kamis (12/9). Perempuan berusia 17 tahun itu mengaku kembali ke Kebon Sirih karena berharap mendapatkan bantuan tempat tinggal yang layak.

1. Mereka hidup bergantung pada bantuan

IDN Times/Gregorius Aryodamar P

Isi perut Nilofar dan pengungsi lainnya bergantung pada bantuan yang datang dari warga. Pantauan IDN Times di lokasi, ada sejumlah warga lokal yang sengaja datang maupun tak sengaja, untuk memberikan bantuan pada mereka. 

Satu keluarga Warga Negara Indonesia (WNI) yang terdiri dari tiga anak kecil, ibu, dan bapak terlihat datang ke lokasi dengan mobil sedan warna hitam. Mereka parkir di sisi jalan Kebon Sirih, lalu menghampiri beberapa pengungsi yang bermalam di trotoar.

Raut wajah bahagia terpancar dari kedua belah pihak, setelah bantuan diberikan dari keluarga itu. Sebelum pergi, keluarga itu sempat mengabadikan momentum tersebut melalui foto bersama.

Tak hanya datang secara khusus, bantuan juga datang dari dua wanita yang kebetulan melintas di kawasan tersebut. Mereka terlihat memberikan mi instan.

"Selama di sini kami berbagi makanan dari sumbangan," kata Nilofar.

2. Para pengungsi sudah bertahun-tahun di Indonesia

IDN Times/Gregorius Aryodamar P

Kepada IDN Times, Nilofar mengaku dirinya telah berada di Indonesia selama tiga tahun. Ia dan pengungsi lainnya tak tahu sampai kapan berada di Indonesia, karena sampai saat ini nasibnya belum jelas.

"Kami lagi nunggu untuk ke negara ketiga antara Australia, Kanada, atau Amerika Serikat. Tapi sampai sekarang belum ada proses," ujar dia.

3. Ada pengungsi yang baru melahirkan

xxx

Para pengungsi yang kembali ke Kebon Sirih dari Kalideres berjumlah 53 orang. Tak semuanya adalah orang dewasa, banyak anak-anak kecil serta lansia yang hidup di tenda-tenda. Bahkan, menurut Nilofar, ada dua bayi yang baru lahir di sana.

"Di sini ada semua kecil-kecil, dua tahun, tiga tahun, ada lima, enam tahun. Ada orang sudah baru lahir dua bayi," kata Nilofar yang cukup fasih berbahasa Indonesia.

4. Mereka terganggu teriknya matahari saat siang hari dan ganasnya nyamuk pada malam hari

IDN Times/Gregorius Aryodamar P

Sebanyak 53 pengungsi yang berada di Kebon Sirih itu tidur di dalam tenda. Bagi yang tak kebagian tenda, mereka terpaksa tidur dengan alas seadanya dengan beratap langit. Nyamuk-nyamuk nakal pun menemani mereka.

Nilofar mengatakan, hingga saat ini mereka belum mengidap penyakit selama tidur di luar rumah. Hanya saja, panas matahari saat siang hari membuat mereka tak begitu nyaman. Sementara, ketika malam hari banyak nyamuk yang mengganggu tidur.

"Buat anak kecil dan orang tua susah," kata dia.

5. Mereka hanya mendirikan tenda pada malam hari

Pencari suaka. IDN Times/Gregorius Aryodamar P

Menurut Nilofar, tenda-tenda tersebut hanya boleh dibuka ketika malam hari. Saat siang hari, mereka dilarang mendirikan tenda, karena lahan yang mereka gunakan akan digunakan pejalan kaki.

"(Kalau siang) tinggal duduk di sini, tapi gak boleh pakai tenda," ujar dia.

Nilofar dan teman-teman pengungsi lainnya mengaku akan berada di jalanan, hingga mereka kembali mendapatkan bantuan tempat tinggal untuk hidup.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Rochmanudin Wijaya
Aryodamar
Rochmanudin Wijaya
EditorRochmanudin Wijaya
Aryodamar
EditorAryodamar
Follow Us