Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Curhat Warga Mimika Imbas Harga BBM Naik, Keluhkan Tarif Ojek Segini

Suasana antrean di salah satu SPBU di Kabupaten Mimika, IDN Times/ Ricky Lodar

Timika, IDN Times - Kebijakan kenaikan harga BBM yang turut berlaku di Mimika Papua menuai pro dan kontra di kalangan masyarakat, terlebih khusus bagi penarik ojek.

Salah seorang penarik ojek, Jimi mengungkapkan, kenaikan harga BBM sangat memberatkan mereka. Sebab kenaikan harga BBM tak diiringi dengan kenaikan tarif ojek dan angkutan lain. Bahkan kondisi ini sudah terjadi sejak 10 tahun terakhir.

1. Adanya kesepakatan harga antara tukang ojek dan penumpang

Suasana di salah satu SPBU Kabupaten Mimika saat kehabisan BBM, IDN Times/ Ricky Lodar

Akhirnya, mereka memilih menetapkan tarif ojek berdasarkan kesepakatan bersama antara tukang ojek dan penumpang.

"Kenaikan BBM ini, kami tukang ojek ini merasa berat dengan kondisi saat ini, apalagi habis COVID. Istilahnya kami pertimbangkan, ongkosnya ojek juga tetap cukup dari zaman dulu walaupun harga BBM naik, tidak ada perubahan," kata Jimi di sebuah warung gorengan di bilangan Jalan Serui Mekar, Kelurahan Otomona, Distrik Miru, Mimika, Papua, Senin (5/9/2022).

Sebagai masyarakat kalangan bawah, dia bersama para penarik ojek lainnya berharap agar harga BBM kembali normal.

"Kalau ekonomi stabil kita mungkin imbangi dengan harga. Jadi kami berharap BBM kembali normal," sebutnya.

2. Harga ojek gunakan tarif lama

Ilustrasi ojek (IDN Times/Sukma Shakti)

Sebetulnya Jimi sempat menaikan tarif harga ojeknya, tetapi dia mengaku langsung dikomplain oleh para penumpang. Alhasil, katanya, tarif ojek tetap mentok di harga Rp5 ribu untuk lokasi dalam kota.

Jimi mengungkap, sebelum kenaikan harga BBM, dia bisa mengisi penuh tangki motornya dengan Rp35 ribu. Sementara saat ini, dia harus merogoh kocek Rp55 ribu.

"Hari ini saya antar penumpang, dan sudah saya sampaikan harga BBM sudah naik, jadi harga ojek juga naik, tapi masyarakat tetap membayar sesuai tarif yang lama, kalau seperti ini, kami mau makan apa," ungkapnya.

3. Tidak masalah harga BBM naik, asal stok tetap ada

Mudik dilarang, pangkalan ojek di Pelabuhan Speed Boat Penajam terlihat sepi penumpang (IDN Times/Ervan Masbanjar)

Sementara itu, Terry, warga Kelurahan Inauga, Distrik Wania, Mimika, Papua tidak mempersoalkan adanya kenaikan harga BBM. Dia merasa itu merupakan kebijakan pemerintah pusat dan sudah menjadi yang terbaik.

Akan tetapi, dia mengaku meminta agar pemerintah pusat tetap bisa memastikan stok BBM di daerah selalu ada. Sehingga tidak disalahgunakan oleh pihak-pihak yang memanfaatkan situasi.

"Pemerintah dan kepolisian juga harus mengawasi penyaluran BBM, sebab bisa saja disalahgunakan oleh oknum-oknum tertentu, sehingga terjadi kelangkaan dan menyebab terjadi kenaikan harga," ungkap Terry.

Selain itu, dampak kenaikan BBM akan berpengaruh pada sejumlah bahan kebutuhan pokok. "Kami di Papua minta harga barang sudah tinggi, jangan sampai naik lagi imbas dari kenaikan BBM," ungkapnya. 

4. Pemerintah perlu menerbitkan tarif baru dan pengawasan harga kebutuhan pokok

Sejumlah kebutuhan pokok yang dijual di toko sembako, IDN Times/ Ricky Lodar

Untuk itu, ia meminta kepada pemerintah daerah agar menerbitkan tarif angkutan yang baru, serta menetapkan harga eceran tertinggi untuk semua item kebutuhan pokok, sehingga para pedagang tidak sesuka hati menetapkan harga kebutuhan pokok.

"Jadi kalau bisa tarif angkut disesuaikan, dan pemerintah menetapkan HET untuk semua kebutuhan pokok," katanya. 

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Rendra Saputra
Riky Lodar
Rendra Saputra
EditorRendra Saputra
Follow Us