Heboh Toilet Gender Netral di Sekolah, Dinas Pendidikan DKI: Tidak Ada

Jakarta, IDN Times - Jagad media sosial sedang dihebohkan dengan toilet gender netral di sebuah sekolah internasional di Jakarta. Hal itu berawal dari pernyataan artis, Daniel Mananta dalam sebuah podcast.
Menanggapi hal tersebut, Plt Kepala Dinas Pendidikan DKI Jakarta, Purwosusilo, menegaskan, pihaknya sudah mengecek ke seluruh sekolah yang berada di naungan Dinas Pendidikan DKI, baik TK, SD, SMP, SMA, SMK, maupun yang setara. Hasilnya, tidak ditemukan toilet yang dimaksud.
"Kami sudah lakukan pengecekan di seluruh satuan pendidikan di DKI Jakarta bahwa tidak ditemukan toilet gender netral, yang ada adalah toilet yang jelas, laki-laki dan perempuan," ujar Purwo saat dihubungi IDN Times, Senin (7/8/2023) malam.
1. Dinas Pendidikan masih lakukan penelusuran di sekolah internasional

Sementara untuk sekolah kerja sama atau sekolah internasional, kata dia, saat ini pihaknya masih memerlukan waktu untuk mengumpulkan data.
Hal itu dikarenakan sekolah internasional berada di bawah kewenangan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi serta berbagai pihak.
"Namun karena ini berada di wilayah DKI Jakarta, maka kami juga sedang dalami hal itu. Kami lakukan pengecekan dan sedang berlangsung. Saat ini, kami utamakan sekolah di satuan pendidikan mulai TK, SD, SMP, SMA baik negeri maupun swasta. Kami tidak temukan seperti itu. Artinya, clear, hanya ada dua toilet untuk laki-laki dan untuk perempuan," paparnya.
2. Daniel Mananta kaget temukan sekolah sediakan toilet gender netral di Jakarta

Sebelumnya, Daniel Mananta mengatakan dalam podcast-nya soal toilet gender netral di salah satu sekolah internasional di Jakarta. Presenter berusia 41 tahun tersebut mengaku sedikit terkejut.
"Saya datang, saya ke resepsionisnya, di situ udah ada WC untuk laki, boys, perempuan, girls, sama gender neutral atau apa, ya? Bilangnya di situ gender netral," ungkap Daniel.
"Dan saya cukup kaget. Saya tanya sama gurunya. Kalian kok terbuka, ya, soal ini?" lanjut dia.
3. Sekolah mengaku hormati pilihan identitas setiap murid

Di podcast tersebut, Daniel juga menyampaikan tanggapan dari pihak sekolah. Mereka mengaku menghormati pilihan identitas setiap muridnya.
"Dan gurunya bilang. Oh iya, ya, karena kita sangat menghormati banget sama murid-murid kita," ujar Daniel, menirukan ucapan salah satu guru.
Daniel kembali bercerita soal tanggapan pihak sekolah melalui wawancara bersama salah satu stasiun televisi swasta.
"Yang pertama, kita tidak akan pernah mengajarkan apa yang benar dan apa yang salah dalam hal identitas atau dalam hal feeling yang mereka rasakan," ungkap Daniel.
"Kedua, kita akan justru meng-encourage mereka untuk lebih mengeksplor feeling yang mereka punya. Apabila mereka suka sesama jenis, ya, udah coba dieksplor lagi saja. Mereka tidak akan menghakimi," ujar Daniel
"Apa pun yang anak kecil ini bicarakan dengan counselor di sekolahnya, itu adalah hak buat si anak tersebut sehingga apa pun yang dibicarakan tidak akan di-share ke orang tua murid," kata Daniel menjelaskan tanggapan ketiga pihak sekolah.
4. Sayangkan gerakan LGBT menyusup di sekolah
.jpg)
Daniel secara tegas berkata tidak membenci orang-orang yang memang sudah meyakini identitas mereka.
Namun, ia menyayangkan ketika Woke Agenda atau gerakan untuk menormalisasikan perasaan setiap individu, menyasar anak-anak di bawah 18 tahun.
"Jujur kalau gue sangat respect banget sama orang-orang yang mungkin sudah memutuskan untuk mengambil keputusan yang sangat sulit untuk menjadi LGBT, ketika dia umur 18 tahun," ungkap Daniel.
"Tapi kalau misalnya gerakan ini justru menyusupnya ke anak-anak kecil, di bawah umur 18 tahun yang mungkin masih (melakukan) pencarian jati diri (sangat disayangkan)," ujar dia.