Icip-Icip Panas Ekstrem Haji saat Orientasi PPIH 2025

- Asrama Haji Hotel Grand El Hajj di Cipondoh penuh sesak saat orientasi calon petugas haji Arab Saudi Tahun 1446H/2025M.
- Suhu panas di aula tempat orientasi PPIH 2025, membuat peserta kipas-kipas dengan pecinya dan memilih duduk dekat AC.
- Peserta mendapat materi tentang kondisi di Tanah Suci, tata cara menangani jemaah tersesat, sakit, meninggal dunia, hingga depresi. Kemenag mengimbau jemaah mewaspadai cuaca panas ekstrem di Arab Saudi selama musim haji.
Jakarta, IDN Times - Minggu, 4 Mei 2025 sekitar pukul 08.00 WIB, Asrama Haji Hotel Grand El Hajj Cipondoh, Kota Tangerang, Banten, sudah penuh sesak. Ratusan peserta Orientasi dan Pembekalan Calon Petugas Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Arab Saudi Tahun 1446H/2025M gelombang II itu terus berdatangan dari berbagai daerah.
Registrasi acara orientasi calon petugas haji 2025 ini memang dibuka mulai pukul 08.00 hingga 10.00 WIB. Halaman asrama haji yang masih dalam proses pembangunan ini becek penuh lumpur, dipenuhi kendaraan pribadi, baik roda empat maupun roda dua.
Lumpur dan debu ada di mana-mana, karena menempel di sepatu calon PPIH beserta keluarganya yang ikut mengantar mereka. Lantai aula kotor, toilet juga becek dan penuh lumpur.
Tak hanya aula, beberapa ruang yang ada di asrama haji ini pun penuh sesak peserta. Mulai dari ruang registrasi, ruang penyerahan berkas, hingga pemvisaan. Hampir semua ruangan penuh antrean. Belum lagi antrean di stan provider serta pengambilan seragam dan atribut.
Total, ada 535 peserta orientasi yang hadir. Termasuk IDN Times. Bayangkan, jika diasumsikan setiap peserta diantar orang tuanya, adik, kakak, serta istri atau suaminya, bahkan anak-anak mereka. Bisa tiga kali lipat dari jumlah peserta.
Cuaca cerah pagi itu membuat aula tempat acara orientasi berlangsung cukup panas. Pendingin udara memang ada di setiap sudut ruangan, tapi rasanya seperti ruangan tak berpendingin udara. Semakin siang makin gerah. Sampai-sampai wajah panitia dan para narasumber terlihat mengkilap. Peserta pun mandi keringat.
1. Simulasi panas ekstrem di Arafah

Meski suhu di aula cukup panas, peserta orientasi calon PPIH 2025 tetap bersemangat pada hari pertama. Beranjak siang, sebagian peserta ada yang masih mengantre menyerahkan dan melengkapi berkas, meski acara sudah berjalan.
Beberapa peserta terlihat ada yang kipas-kipas dengan peci hitamnya, untuk mengusir panas. Tak sedikit pula peserta memakai sobekan pembungkus snack atau lembaran kertas sebagai kipas. Ada juga yang berebut duduk dekat AC standing.
Acara dibuka dengan yel-yel dan beberapa lagu penyemangat. Salah seorang pegawai Kemenag yang memandu acara, mengingatkan kepada peserta orientasi tentang rasa syukur, karena telah terpilih sebagai calon PPIH 2025 dari ribuan orang yang mendaftar.
Sebagai wujud rasa syukur tersebut, peserta diminta bersungguh-sungguh dan disiplin mengikuti orientasi, karena akan menjadi bekal peserta untuk menjalankan tugas sebagai PPIH; melayani, membimbing, dan melindungi jemaah di Tanah Suci.
"Kalian adalah orang-orang terpilih untuk melayani jemaah haji tahun ini, harus bersyukur," ujar dia.
Direktur Bina Haji di Kementerian Agama (Kemenag) Mustain Ahmad, saat menyapa peserta orientasi, mengakui aula Asrama Haji Cipondoh memang masih dalam proses pembangunan, meski sebagian besar bangunan sudah berdiri megah.
Mustain menyebut, suhu ruangan yang membuat gerah peserta ini, anggap sebagai simulasi untuk menghadapi cuaca ekstrem yang diprediksi terjadi pada saat musim haji di Arab Saudi.
"Ini menjadi simulasi nanti di sana (Tanah Suci)," guyon Mustain, tersenyum.
Hal sama juga disampaikan Kepala Badan Penyelenggara Haji, Mochammad Irfan Yusuf atau yang akrab disapa Gus Irfan. Menurut dia, hangatnya ruang orientasi yang baru pertama kali digelar di Asrama Haji Cipondoh ini bisa menjadi simulasi menghadapi cuaca ekstrem di Tanah Suci.
"Ini jadi simulasi ya, karena nanti saat puncak haji di Arafah diperkirakan suhunya 44 sampai 48 derajat," gurau Gus Irfan.
Sekitar pukul 13.30 WIB, peserta mendapat kesempatan beristirahat 30 menit, makan dan salat. Antrean pun mengular, karena panitia menyiapkan peresmanan. Sebagian ada yang tidak mendapat makanan karena kehabisan. Begitu juga air minum, pun terbatas, hingga air kencing terlihat kecokelatan. Nyaris dehidrasi.
Praktis, waktu istirahat molor hingga sebagian besar peserta terlambat masuk ruangan untuk materi selanjutnya. Pembekalan materi terus berjalan, seiring suhu ruangan yang semakin panas. Peserta kegerahan, sebagian peserta yang duduk di bagian tengah banyak yang kipas-kipas dengan pecinya. Sedangkan peserta yang duduk di deretan kursi dekat AC, terlihat sedikit lebih nyaman.
"Mohon maaf tadi ada masukan soal konsumsi, sebaiknya memakai nasi kotak, agar tidak mengantre," ujar Mustain, selaku ketua panitia orientasi.
Hari kedua dan ketiga, panitia akhirnya menambah kipas angin besar di setiap sudut ruangan. Lumayan, suhu ruangan sedikit lebih sejuk. Panitia juga menyediakan air minum di penginapan, sehingga peserta tak lagi kehausan saat orientasi hari kedua dan ketiga. Hari pertama memang kami sempat berjalan kaki berpuluh-puluh meter ke permukiman warga, membeli air minum.
2. PPIH tak boleh berkhianat dan niatkan ibadah

Gus Irfan berharap PPIH Arab Saudi bisa bekerja dengan baik, melayani jemaan calon haji di Tanah Suci, setelah mereka mengikuti orientasi.
"Bimbingan teknis sekitar tiga hari untuk PPIH Arab Saudi telah dilaksanakan. Insyaallah mereka sudah siap berangkat. Lewat niat dan pengabdian, mereka bisa bekerja sebaik-baiknya," ujar dia.
Gus Irfan menjelaskan PPIH gelombang dua ini ada sekitar 600-an orang, dan mereka memang sudah terprogram sampai akhinya terpilih. Untuk jenis layanan, mereka tersebar di beberapa layanan seperti lansia, disabilitas, akomodasi, transportasi, hingga konsumsi.
"Rencananya para PPIH ini akan berangkat nanti malam, besok juga ada, dan terakhir lusa. Mereka bertugas 50-60 hari," ujar politikus Partai Gerindra itu.
Sementara, Mantan Direktur Bina Haji Ditjen Haji dan Umrah Kementerian Agama (Kemenag), Khoirizi H Dasir, mengatakan petugas haji mendapatkan amanah melayani jemaah haji.
Karena itu, Khoirizi mengingatkan, petugas haji diminta melayani jemaah dengan sepenuh hati. Jangan sampai mengkhianati amanah sebagai petugas haji.
"Kita adalah petugas yang terpilih untuk melayani jemaah haji. Yang utama adalah melayani, bukan berhaji," kata Dosen UIN Sunan Gunung Djati Bandung itu dalam Orientasi dan Pembekalan PPIH Arab Saudi di Asrama Haji Cipondoh, Minggu, 4 Mei 2025.
"Ibadah boleh, tapi tujuan utama adalah melayani jemaah, ibadah bukan tujuan utama, itu bonus. Tujuan utama adalah melayani jemaah, insyaallah kalau kita ikhlas melayani, kita dapat dua pahala karena melayani tamu Allah," sambungnya.
Khoirizi mewanti-wanti petugas haji tidak berkhianat terhadap tugasnya. Apabila berkhianat, Allah SWT akan menempatkan ke tempat paling hina. Dia juga meminta petugas melaksanakan amanah dengan baik dan maksimal.
"Kita harus berniat sungguh-sungguh dan melaksanakan amanah dengan baik, maka Allah akan membantu kita," kata dia.
Pesan yang sama juga disampaikan Menteri Agama Nasaruddin Umar, dia mengingatkan kepada PPIH Arab Saudi 2025 agar ikhlas menjalankan tugas dan diniatkan sebagai ibadah.
"Ini tugas suci, harus ikhlas melayani, melayani kekasih Allah, pahalanya luar biasa. Maka kalau orang ikhlas tak marah-marah, kalau ada orang marah itu tandanya tidak ikhlas. Orang ikhlas tak pernah merasa capek, lelah, jangan biasakan keluar di mulutnya kata-kata kotor, itu membuat akidah cacat," ujar Menag saat melepas keberangkatan PPIH Arab Saudi gelombang II di Asrama Haji Cipondoh, Kota Tangerang, Banten, 7 Mei 2025.
"Apapun kita lakukan niatkan ibadah, jadi tidak capek. Orang ikhlas itu semangat awal, semangat pula di akhir, lupa sakitnya," sambungnya.
3. Pembekalan materi dan gambaran kendala di Tanah Suci

Materi kegiatan orientasi dan pembekalan PPIH Arab Saudi gelombang II ini meliputi kebijakan penyelenggaraan ibadah haji tahun 1446H/2025M; kebijakan kesehatan haji; kebijakan penyelenggaraan haji dalam negeri; manajemen krisis dan mitigasi risiko.
Ada juga materi tentang tata kelola proses bisnis layanan transportasi, akomodasi, konsumsi; penilaian kinerja petugas haji; dan bimbingan ibadah serta pelayanan lansia, disabilitas, dan PKPPJH serta Media Center Haji (MDH); servise excellence petugas haji; hingga simulasi pelayanan jemaah di Arab Saudi (Gladi Posko Armuzna).
Adapun kegiatan ini dilaksanakan dengan metode ceramah interaktif, diskusi kelompok,
simulasi dan role play, serta evaluasi individu dan kelompok.
"Kami berharap hasil pelatihan ini dapat diimplementasikan secara nyata dalam pelaksanaan operasional haji di Arab Saudi nantinya. Kami juga menyampaikan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah mendukung dan menyukseskan kegiatan oerinetasi dan pembekalan PPIH Arab Saudi ini," ujar Direktur Bina Haji Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah Kemenag, Mustain Ahmad, saat menutup orientasi, 7 Mei 2025.
"Terutama kepada kepala kanwil Kementerian Agama Provinsi Banten beserta Kabid PHU, Pengelola Asrama Grand El Hajj yang telah menfasilitasi tempat sekaligus memperkenalkan adanya asrama haji baru di Provinsi Banten," sambungnya.
Sementara, seorang peserta PPIH dari unit Media Center Haji (MCU) Syahdan mengaku cukup banyak mendapat materi dan sedikit gambaran kondisi di Tanah Suci, sebagai bekal menjadi petugas haji di Tanah Suci.
"Alhamdulillah, materi lumayan banyak ya, cukup paham untuk tugas-tugas sebagai MCH. Tetapi karena belum melihat langsung ke sana (Tanah Suci) jadi skema penugasan di lapangan belum paham sepenuhnya. Waktunya juga terburu-buru, gak semua ada tanya jawabnya kemarin. Kalau yang gelombang satu kan seminggu, kita tiga hari," ujar dia, di Asrama Haji Cipondoh.
Ramdani dari MCH juga menyebutkan hal yang sama, dia mengaku cukup jelas mendapat materi tentang gambaran tugasnya di Tanah Suci. Namun belum sepenuhnya paham tugas-tugas melayani, membimbing dan melindungi jemaah.
"Kalau tugas sebagai MCH sih sudah paham, cuma kondisi riil di sana belum sepenuhnya paham," ujar dia, di lokasi yang sama.
Sementara, pada akhir masa orientasi, peserta mendapat simulasi gambaran tentang kondisi di Tanah Suci beserta tugasnya, serta bagaimana tata cara menolong dan menangani jemaah tersesat, sakit, meninggal dunia, hingga depresi.
4. Jemaah haji diimbau waspadai cuaca ekstrem

Kementerian Agama (Kemenag) mengimbau jemaah calon haji Indonesia untuk mewaspadai potensi cuaca panas ekstrem di Arab Saudi selama musim haji 1446 Hijriah/2025 Masehi, terutama saat puncak haji atau saat ibadah wukuf di Arafah yang diperkirakan berlangsung pada 5 Juni 2025.
“Juni di Tanah Suci dipastikan masuk musim panas. Kami sudah menyiapkan langkah-langkah antisipasi melalui petugas, termasuk tim medis, agar jemaah tetap dalam kondisi fit saat puncak ibadah,” kata Direktur Jenderal Penyelenggara Haji dan Umrah Kemenag, Hilman Latief, di Asrama Haji Pondok Gede, Jakarta, dilansir ANTARA, Kamis, 1 Mei 2025.
Karena itu, Hilman mengingatkan pentingnya menjaga stamina dengan mengatur ritme ibadah, khususnya ibadah sunah, sebelum puncak haji. Ia menyarankan agar jemaah rutin mengonsumsi air dalam jumlah kecil, namun sering untuk mencegah dehidrasi.
“Minum cukup air secara berkala, tidak sekaligus dalam jumlah besar. Ini penting untuk menjaga daya tahan tubuh,” katanya.
Selain itu, jemaah diminta bijak memilih waktu beraktivitas di luar ruangan, guna menghindari paparan langsung sinar matahari. Kemenag telah menyiapkan pendampingan khusus di setiap kloter, untuk memandu dan memantau kondisi jemaah secara berkala.
Guna mendukung kelancaran dan keamanan ibadah, Hilman juga memastikan akan ada sistem informasi "Kabar Haji Indonesia" untuk menyampaikan secara rutin ragam aktivitas calon jemaah haji, atau pun bila ada peristiwa penting kepada masyarakat di Indonesia.
Informasi ini akan mencakup perkembangan operasional, cuaca, situasi kesehatan, hingga dinamika di Arab Saudi selama musim haji berlangsung.
“Insyaallah, setiap hari informasi tentang haji akan terus diperbarui dan disampaikan kepada masyarakat di Tanah Air,” katanya.
Ada 221 ribu jemaah calon haji Indonesia pada 2025. Mereka diberangkatkan dari 14 embarkasi dengan dukungan tiga maskapai, yakni Garuda Indonesia Airlines, Saudia Airlines, dan Lion Air. Pemberangkatan perdana dimulai Jumat, 2 Mei 2025, dini hari melalui kloter JKG 01 dari embarkasi Jakarta Pondok Gede.
5. Panas ekstrem setiap musim haji

Musim haji memang biasa bertepatan dengan musim panas di Arab Saudi. Mengingat panas ekstrem, teringat pula tragedi Mina pada 2 Juli 1990. Peristiwa paling mematikan dalam sejarah penyelenggaraan ibadah haji, yang diperkirakan menewaskan 1.426 jemaah haji.
Tragedi itu bermula ketika terowongan al-Muaisim disesaki sekitar 50 ribu jemaah yang sedang berangkat ke tempat lempar jumrah, Jamarat. Ribuan jemaah tiba-tiba tak bisa bergerak. Sementara, mereka yang berada di Jamarat tak sanggup beranjak, hingga terjadi saling desak antar-jemaah yang menuju dan keluar dari Jamarat, yang berjarak sekitar 200 meter dari mulut terowongan.
Puluhan ribu manusia merasakan kondisi sesak dan pengap di terowongan. Oksigen terbatas dan udara pengap. Ventilasi udara kala itu diduga mati. New York Times pada 3 Juli 1990 melaporkan, jemaah haji terlibat saling dorong karena ingin menghindari panas 112 derajat Fahrenheit atau 44,44 derajat celsius.
Melihat panas ektrem pada saat musim haji di Saudi, rasa-rasanya belum ada apa-apanya bila dibandingkan dengan panas di Asrama Haji Cipondoh Banten. Meski terasa panas menyengat membakar kulit saat siang hari di area asrama, suhu panas baru di angka 33 derajat celsius. Terpaut jauh.
Kita boleh waspada, tetapi tidak perlu takut menghadapi cuaca ekstrem di Tanah Suci, karena sejatinya ini semua bagian dari ujian dari Allah subhanallahuwataala, agar kita tunduk atas kebesaran-Nya. Karena sejatinya haji bukan melulu kekuatan fisik, tetapi seberapa kuat kita tunduk di hadapan-Nya. Labaikallah humma labaik.