Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

[KALEIDOSKOP] Deretan Penyakit Baru dan Misterius Sepanjang 2022

Ilustrasi tenaga medis. ANTARA FOTO/Raisan Al Farisi

Jakarta, IDN Times - Pandemik COVID-19 masih membayangi sepanjang 2022. Di tengah kasus COVID-19 yang naik turun, Indonesia juga dikejutkan dengan berbagai masalah kesehatan yang tidak terduga.

Dalam catatan IDN Times, ada berbagai penyakit baru dan misterius yang tiba-tiba muncul di tengah pandemik COVID-19 di Tanah Air. Meski akhirnya terkuak penyebabnya, namun adanya penyakit baru tersebut menimbulkan wabah yang menyebabkan banyak korban meninggal.

Berikut deretan penyakit baru yang muncul sepanjang 2022!

1. Hepatitis akut misterius menyerang anak-anak

ilustrasi hepatitis akut (IDN Times/Nathaniel Tegar)

Belum reda pandemik COVID-19, dunia dihadapkan dengan temuan virus baru yang menyerang anak-anak pada awal Mei. Virus hepatitis akut misterius merebak di sejumlah negara di dunia, tak terkecuali Indonesia.

Bahkan Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan, Kejadian Luar Biasa (KLB) pada kasus hepatitis akut yang menyerang anak-anak di Eropa, Amerika, dan Asia.

Kementerian Kesehatan mengumumkan tiga pasien anak meninggal dengan dugaan hepatitis akut setelah dirawat di RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo, Jakarta.

Ketua Satgas COVID-19 Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI), Zubairi Djoerban, menilai, kasus hepatitis ini sangat serius dan menyerang bayi berusia satu bulan hingga remaja 16 tahun.

2. Penyebab hepatitis akut masih misterius

ilustrasi hepatitis akut (IDN Times/Nathaniel Tegar)

Juru Bicara Kementerian Kesehatan, Mohammad Syahril, mengatakan, sampai saat ini kasus hepatitis akut misterius di Indonesia belum diketahui penyebabnya.

Meski demikian, Syahril menduga, ada enam penyebab kasus hepatitis akut misterius yang menyerang anak-anak.

Syahril menerangkan, hipotesis penyebab hepatitis akut misterius tersebut berdasarkan data UK Health Security Agency yang dirilis pada 19 Mei 2022.

"Penyebab tersebut antara lain adenovirus biasa, adenovirus varian baru, sindrom post-infeksi SARS-CoV-2, paparan obat, lingkungan atau toksin, patogen baru, kemudian varian baru SARS-CoV-2," ujar Syahril dalam siaran tertulis, Rabu (25/5/2022).

Adapun gejala dari pasien terlapor berupa urin berwarna gelap, feses berwarna pucat, kulit menguning, dan demam tinggi.

3. Indonesia umumkan kasus pertama cacar monyet pada Agustus

Ilustrasi cacar monyet

Pada 20 Agustus 2022, Kementerian Kesehatan mengumumkan penemuan kasus pertama cacar monyet atau Monkeypox. 

Kasus cacar monyet teridentifikasi pada seorang warga DKI Jakarta berumur 27 tahun yang sempat melakukan perjalanan luar negeri.

Juru Bicara Kementerian Kesehatan, Muhammad Syahril, mengatakan, pasien kasus pertama cacar monyet dari luar negeri pada 8 Agustus 2022, kemudian mulai bergejala Monkeypox pada 14 agustus 2022 dengan merasakan demam. Pada 16 Agustus mulai muncul ruam di tubuh pasien ini. 

"Baru pada 18 Agustus dia datang ke fasilitas kesehatan dan hasilnya ternyata positif Monkeypox pada 19 Agustus 2022 malam," ujarnya saat itu.

4. Pasien cacat monyet bisa sembuh sendiri

iustrasi cacar monyet (pixabay.com/geralt)

Kemenkes mengungkapkan, pasien Monkeypox memiliki gejala ringan serta bisa sembuh sendiri sehingga cukup dengan menjalani isolasi mandiri selama 21 hari sampai sembuh.

“Kabarnya sudah baik, masih isolasi. Jadi isolasi dihitung dari gejala awal atau klinis, (pasien) sudah jalani isolasi 15 hari. Kita melihat kondisinya, gejalanya, lesinya sudah mengering, sudah ganti kulit baru, makanya kita kategorikan sembuh,” ujar Syahril di sela-sela peresmian Gedung IDI, Selasa (30/8/2022).

Meski pasien pertama dinyatakan sembuh, namun terdapat 23 orang yang dinyatakan suspek. Cacar monyet ini bisa dicegah dengan pemberian vaksin cacar monyet.

5. Gagal ginjal akut misterius menyerang ratusan anak

Infografis jumlah gagal ginjal akut berdasarkan umur (IDN Times/Aditya Pratama)

Pada Oktober, publik kembali tersentak dengan munculnya gagal ginjal akut misterius. Penyakit yang menyerang anak-anak ini dikatakan misterius karena penyebabnya juga belum diketahui. Awalnya, Kementerian Kesehatan menduga adanya bakteri atau virus baru dan melakukan serangkaian penelitian.

Hingga pada pertengahan September 2022, WHO merilis hasil penelitian terkait penyebab dari kematian puluhan anak di Gambia, Afrika. WHO mengungkap, gagal akut anak di Gambia disebabkan adanya cemaran zat kimia pada obat cair sirop.

Kemenkes mengeluarkan aturan penghentian penjualan obat sirop cair yang tertuang dalam Surat Edaran (SE) Nomor SR.01.05/III/3461/2022 tentang Kewajiban Penyelidikan Epidemiologi dan Pelaporan Kasus Gangguan Ginjal Akut Atipikal (Atypical Progressive Acute Kidney Injury) pada Anak yang diteken oleh Plt Direktur Jenderal Pelayanan Kesehatan Murti Utami pada Selasa (18/10/2022).

6. Kasus gagal ginjal akut turun setelah penghentian obat sirop, tapi ada 200 anak meninggal

Ilustrasi warga tengah menjaga pasien anak yang menderita gagal ginjal akut (ANTARA FOTO/Iggoy el Fitra)

Pasca penghentian obat sirop anak, Menteri Kesehatan, Budi Gunadi Sadikin, mengungkapkan jumlah kasus baru gangguan ginjal akut pada anak menurun signifikan.

"Kita sudah berhasil menurunkan secara drastis kasus baru dan kasus kematian," ujar Budi dalam paparan yang dibagikan, Minggu (6/11/2022).

Budi mengatakan, kasus pada 29 Oktober sampai 1 November, masih tinggi karena pasien banyak yang mengkonsumsi obat sirop.

Berdasarkan data Kemenkes pada 23 November 2022, tercatat sebanyak ada 324 kasus gagal ginjal akut dan 200 pasien di antaranya meninggal.

7. Kemenkes umumkan KLB polio setelah ditemukan satu kasus

ilustrasi pemberian vaksin polio (unicef.org/Raphael Pouget)

Setelah kasus gagal ginjal akut menyerang anak mereda, tak berselang lama Kementerian Kesehatan mengumumkan Kejadian Luar Biasa (KLB) polio di Indonesia. 

Satu kasus tersebut ditemukan di Kabupaten Pidi, Provinsi Aceh, Indonesia menjadi negara ke-16 yang masih melaporkan kasus poliovirus tipe 2 per 15 November 2022.

"Kita tahun ini satu (kasus) melaporkan dari Aceh, jadi negara ke-16, dan setiap penemuan 1 kasus polio itu merupakan suatu kejadian luar biasa. Jadi masuk di KLB," kata Direktur Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, DR. dr. Maxi Rein Rondonuwu dalam konferensi pers virtual, Sabtu (19/11/2022).

8. Indonesia dinyatakan bebas polio sejak 2014

Imunisasi bayi di tengah pandemi COVID-19. (ANTARA FOTO/Fauzan)

Diketahui Indonesia sudah dinyatakan bebas polio sejak 2014 dan menerima sertifikat bebas polio oleh WHO. Penemuan kasus polio di Pidie, Aceh membuat Kemenkes menggelar kembali Imunisasi polio massal bertajuk Sub Pekan Imunisasi Nasional (Sub PIN).

Lebih lanjut, Maxi menyebutkan, selain di Kabupaten Pidie, sub PIN polio juga akan dilaksanakan di 21 kabupaten/kota di Provinsi Aceh. 

"Pelaksanaannya akan dilakukan secara bertahap, sejumlah 2 putaran dengan target sasaran sekitar 1.217.939 anak rentang usia 0 sampai 12 tahun," katanya.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Deti Mega Purnamasari
Dini Suciatiningrum
Deti Mega Purnamasari
EditorDeti Mega Purnamasari
Follow Us