Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Kasus COVID-19 Melonjak Lagi, Ini Kata Pakar Soal Potensi WFH

Ilustrasi Ruang Kantor (IDN Times/Besse Fadhilah)

Jakarta, IDN Times - Menteri Kesehatan, Budi Gunadi Sadikin, memprediksi puncak kasus COVID-19 sub varian Omicron XBB akan terjadi pada akhir tahun dengan perkiraan jumlah kasus mencapai 20 ribu.

"Dugaan kami karena ini sudah mulai terjadi, mungkin dalam waktu 1,5 bulan, paling lambat puncak ini akan kita capai di bulan Desember atau awal Januari paling lambat," ujar Budi dalam rapat kerja dengan Komisi IX DPR RI, Selasa (8/11/2022).

Saat ini juga Jakarta tengah dalam transmisi COVID-19 level tiga berdasar pada indikator Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).

Menanggapi hal ini, Dewan Pakar Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia (IAKMI) Hermawan Saputra mengatakan pilihan untuk melaksanakan Work From Home (WFH) di tengah kondisi ini bisa saja dilakukan.

"Sifatnya dia (WFH) bisa opsional atau diberi ruang, tetapi kendali pengawasannya ketat," kata dia kepada IDN Times, Sabtu (12/11/2022).

1. Satgas COVID-19 tidak lagi populer

Ilustrasi mobilitas masyarakat selama PPKM (ANTARA FOTO/Indrianto Eko Suwarso)

Namun, semua ini melihat pada kebijakan Pemberlakuan Pembatasan Masyarakat (PPKM). Serta jika dilihat kini satuan tugas (Satgas) COVID-19 tidak lagi populer di tiap institusi, belum lagi masyarakat sudah mulai abai.

"Kita ingat dulukan kita punya satgas COVID-19 jadi melalui peraturan setiap perkantoran setiap ada aktivitas publik itu ada satgas COVID-19, jadi tidak hanya memberikan edukasi dan pengarahan perliaku, agar taat protokol kesehatan, tetapi dia juga memastikan adanya screening melalui PeduliLindungi, jaga jarak, akses cuci tangan dan sebagainya, itukan sudah gak ada semua tuh," ujarnya.

2. Perlu ada kebijakan antisipatif dan early warning system

Hermawan Saputra di IDN Media HQ (IDN Times/Muhammad Athif Aiman)

Kini penting untuk masyarakat dan pemerintah bisa kembali fokus menghadapi COVID-19, karena wabah ini bersifat laten yakni tersembunyi namun punya potensi untuk kembali muncul dengan potensi mutasi.

"Kita harus punya kebijakan yang sifatnya antisipatif dan early warning system, kejadian ini kan sejak Oktober memang sudah ada tanda-tanda, tetapi kurang antisipatif," ujarnya.

3. COVID-19 belum berakhir, status pandemik belum dicabut

Tenaga kesehatan memakai Alat Pelindung Diri (APD) mengambil tes swab dari pekerja pabrik tepung, di tengah penyebaran penyakit virus korona (COVID-19) di desa Moriya pinggiran kota Ahmedabad, India, Senin (14/9/2020) (ANTARA FOTO/REUTERS/Amit Dave)

Kesadaran dari seluruh pihak pada COVID-19 dan peningkatannya jadi penting, karena di satu sisi juga tidak bijak jika memang kondisi yang ada justru menekan sisi sosial dan ekonomi yang ada.

"Publik awareness harus dipupuk kembali, dikampanyekan, disampaikan oleh Pemerintah oleh istana negara supaya masyarakat juga tetap sadar bahwa COVID-19 belum berakhir, pandemik belum dicabut statusnya," kata dia. 

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Lia Hutasoit
Dwi Agustiar
Lia Hutasoit
EditorLia Hutasoit
Follow Us