Pemerintah Harap Tak Ada Stunting di Maluku Utara
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Jakarta, IDN Times - Maluku Utara memiliki angka stunting yang masih sangat tinggi. Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Muhadjir Effendy mengatakan, dengan keanekaragaman hayati mulai dari kekayaan pertambangan, rempah-rempah, hingga sumber daya laut, seharusnya tidak ada stunting di daerah tersebut.
"Karena itu saya heran kenapa di sini angka stunting-nya tinggi," ujarnya saat berdialog bersama Wali Kota Ternate Tauhid Soleman, tenaga kesehatan, dan pendamping stunting, di Kelurahan Afe-Taduma, Kecamatan Pulau Ternate, Maluku Utara, Sabtu (11/6/2022).
1. Perlu intervensi banyak pihak guna tingkatkan gizi penduduk
Guna meningkatkan keadaan gizi penduduk, Maluku Utara dinilainya memerlukan intervensi banyak pihak. Intervensi yang sudah dilakukan salah satunya oleh Politeknik Kesehatan (Poltekkes) Ternate dengan membuat inovasi olahan makanan yang disukai ibu dan anak. Olahan makanan itu terbuat dari daun kelor, ikan tuna, dan ikan layang.
"Saya kira itu sudah sangat bagus, Poltekkes sudah mencoba mengembangkan berbagai jenis makanan yang gizinya sudah disubstitusikan ke macam-macam makanan sehingga bisa dikonsumsi ibu hamil dan bayi di bawah 2 tahun," kata Muhadjir.
Dia mengatakan, pemerintah pusat juga akan mengintervensi untuk menurunkan stunting di Maluku Utara. Di antaranya dengan memberikan bantuan alat kesehatan USG dan alat pengukuran badan digital di puskesmas serta pengadaan air bersih.
"Karena itu saya mohon nanti ditingkatkan. Targetnya Pak Presiden (penurunan stunting) 14 persen. Nanti saya ke sini lagi harus di bawah 20 persen," kata dia.
Baca Juga: Banyak Anak Dalam Satu Keluarga Jadi Penyumbang Stunting Tinggi
Baca Juga: Kasus Stunting Meningkat, Aulia Targetkan Nol Persen Tahun 2022
2. Pemanfaatan sumber daya alam masih rendah
Berdasarkan hasil Studi Status Gizi Indonesia (SSGI) 2021, angka prevalensi balita stunting di Maluku Utara sebesar 27,5 persen. Angka prevalensi stunting tertinggi terdapat di Pulau Taliabu sebesar 32,5 persen, sedangkan yang terendah ada di Kota Ternate sebesar 24 persen.
Editor’s picks
Muhadjir mengatakan, penyebab tingginya stunting di Maluku adalah pemanfaatan sumber daya alam yang ada masih rendah. Menurutnya, kekayaan sumber daya alam yang ada di Maluku Utara seharusnya dimanfaatkan untuk memenuhi gizi ibu dan bayi.
Baca Juga: Nutrisi Seimbang Kunci Cegah Stunting
Baca Juga: Cara Pemkab Bantul Turunkan Stunting dan Angka Kematian Ibu
3. Banyak anak hanya diberi makanan papeda
Muhadjir juga mendapatkan laporan, masih banyak orangtua yang tidak memiliki kesadaran untuk memberikan makanan bergizi kepada anak-anaknya. Contohnya, anak-anak hanya diberi makanan berupa papeda atau olahan sagu karena mereka menyukainya. Padahal dengan hanya mengonsumsi papeda, asupan protein lain tidak terpenuhi.
"Jadi kalau sedang hamil, ibu-ibu bisa makan ikan yang banyak agar pertumbuhan janinnya baik. Di sini banyak ikan laut yang sangat sehat, tanaman subur banyak sekali, seharusnya bisa dimanfaatkan dengan baik untuk meningkatkan gizi ibu dan anak," kata dia.
4. Muhadjir lakukan pengecekan bansos dan berikan kuliah umum
Di sela kunjungannya ke Maluku Utara, Muhadjir juga mendatangi dua rumah keluarga dengan risiko stunting dan mengecek status penerimaan bantuan sosial dari pemerintah. Hasilnya, mereka diketahui masih belum menerima skema bantuan sosial program keluarga harapan (PKH).
Dia pun meminta pihak Dinas Sosial setempat untuk memasukkan para keluarga rentan stunting ke dalam PKH sebagai upaya penanganan stunting. Selain itu, Muhadjir juga memberikan kuliah umum di Universitas Muhammadiyah Maluku Utara (UMMU) dan meminta kampus UMMU berperan aktif dalam percepatan penanganan stunting di Maluku Utara.
Baca Juga: Wagub Nunik: Lampung Peringkat 5 Provinsi Stunting Terendah Indonesia
Baca Juga: Harganas 2022, Edy Targetkan Prevalensi Stunting Turun 3,9 Persen