Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Menag: Jangan Pertentangkan Seni dan Agama

Lembaga Pembinaan dan Pengembangan Pesparani Katolik Nasional (LP3KN) menggelar Musyawarah Nasional (Munas) di Auditorium Kementerian Agama RI, Jakarta Pusat (dok. Tim Humas LP3KN)
Intinya sih...
  • Munas LP3KN di Auditorium Kemenag RI dihadiri oleh dua uskup, Paskalis Bruno Syukur dan Valentinus Saeng.
  • Menteri Agama Nasaruddin Umar menekankan pentingnya menjadikan seni sebagai mitra agama, bukan lawannya.
  • Ketua Umum LP3KN Muliawan Margadana mengagumi visi besar Menga Nasaruddin yang mencetuskan gagasan Kurikulum Berbasis Cinta.

Jakarta, IDN Times – Lembaga Pembinaan dan Pengembangan Pesparani Katolik Nasional (LP3KN) menggelar Musyawarah Nasional (Munas) di Auditorium Kementerian Agama RI, Jakarta Pusat. Pembukaan Munas diawali dengan Perayaan Ekaristi yang dipimpin oleh Uskup Keuskupan Bogor, Paskalis Bruno Syukur dan Uskup Sintang, Valentinus Saeng.

Dalam homilinya, kedua uskup menekankan pentingnya menjadikan Pesparani sebagai pesta iman yang menyatukan umat Katolik dari seluruh Indonesia dalam semangat persaudaraan. Hal ini sejalan dengan pesan Paus Fransiskus dan juga semangat Paus Leo XIV yang baru saja terpilih, yang menyerukan pentingnya persaudaraan dan persatuan dalam keragaman.

1. Menag ingatkan soal pentingnya seni sebagai mitra agama

Menteri Agama Nasarauddin Umar (Dok. Kemenag)

Menteri Agama (Menag) RI, Nasaruddin Umar, dalam sambutannya menyampaikan dukungan penuh terhadap penyelenggaraan Munas III LP3KN. Ia menekankan pentingnya menjadikan seni sebagai mitra agama, bukan lawannya.

“Jangan pernah mempertentangkan seni dan agama. Seni mempunyai semangat yang sama dengan agama. Malam ini kita menyaksikan sesuatu yang sangat indah,” ujarnya. 

Ia menekankan, Pesparani bukan hanya sebuah ajang seni panggung, melainkan panggung peradaban Indonesia. Menurut Nasaruddin, tujuan dari kegiatan seperti Pesparani adalah untuk membangun kehidupan bersama dalam perbedaan tanpa saling mengusik. 

“Di sinilah letak kekuatan bangsa kita. Di Indonesia bukan hanya keindahan alam yang luar biasa, tetapi masyarakatnya juga memiliki hati yang indah,” lanjutnya.

Ia juga mengingatkan bahwa seni memiliki kekuatan untuk menyatukan. Maka dari itu, Pesparani harus terus dirawat dan dikembangkan sebagai ruang bersama bagi umat Katolik untuk menunjukkan kontribusi mereka terhadap kebudayaan dan persatuan nasional.

Salah satu momen menarik dalam acara pembukaan adalah penampilan tarian Nusantara yang dibawakan oleh anak-anak dari Yayasan Prima Unggul, Jakarta. Tarian yang menggambarkan kekayaan budaya dari berbagai daerah di Indonesia ini sukses memukau seluruh hadirin.

Penampilan tersebut juga menggugah Menteri Agama untuk maju ke atas panggung dan berfoto bersama para penari, sebagai bentuk apresiasi atas semangat dan kreativitas generasi muda Katolik dalam merawat budaya bangsa.

2. Dihadiri LP3KD dari 38 provinsi

Lembaga Pembinaan dan Pengembangan Pesparani Katolik Nasional (LP3KN) menggelar Musyawarah Nasional (Munas) di Auditorium Kementerian Agama RI, Jakarta Pusat (dok. Tim Humas LP3KN)

Ketua Panitia Munas III LP3KN, Reginal R Capah, dalam laporan pembukaannya menyampaikan, seluruh LP3KD dari 38 provinsi hadir secara penuh, termasuk perwakilan dari keuskupan-keuskupan seluruh Indonesia. Selain itu, turut hadir perwakilan dari KWI, Pejabat Bimas Katolik, serta para pengurus LP3KN pusat.

Reginal juga mengapresiasi dukungan kuat dari Kemenag yang sejak awal mendukung kegiatan Pesparani, baik di tingkat nasional maupun provinsi. 

“Munas ini menjadi momentum evaluasi dan perencanaan strategis agar Pesparani terus menjadi sarana pertumbuhan iman Katolik yang sekaligus memperkuat kebangsaan,” ujarnya.

3. LP3KN soroti gagasan Kurikulum Berbasis Cinta

Lembaga Pembinaan dan Pengembangan Pesparani Katolik Nasional (LP3KN) menggelar Musyawarah Nasional (Munas) di Auditorium Kementerian Agama RI, Jakarta Pusat (dok. Tim Humas LP3KN)

Ketua Umum LP3KN, Muliawan Margadana, dalam sambutannya menyampaikan rasa terima kasih dan penghargaan yang tinggi kepada Kementerian Agama RI atas dukungan penuh terhadap terselenggaranya Munas III ini. Ia juga mengagumi visi besar Menga Nasaruddin yang mencetuskan gagasan Kurikulum Berbasis Cinta.

“Kurikulum Berbasis Cinta mencerminkan semangat kebangsaan yang luar biasa. Ini selaras dengan semangat Pesparani yang memadukan iman dan cinta tanah air,” kata Muliawan. 

Ia menambahkan bahwa Pesparani adalah salah satu wajah Gereja Katolik Indonesia yang berakar pada budaya bangsa.

Sekretaris Jenderal KWI, Paskalis Bruno Syukur, yang juga memimpin misa pembukaan, turut memberikan sambutan dan ajakan kepada seluruh peserta agar terus membangun kehidupan bergereja dan berbangsa dengan semangat musik liturgi. 

“Musik liturgi bukan hanya sarana ekspresi iman, tetapi juga kekuatan untuk membangun jembatan antargenerasi dan antarbudaya,” tuturnya.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Dwi Agustiar
Yosafat Diva Bayu Wisesa
Dwi Agustiar
EditorDwi Agustiar
Follow Us