Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Menteri PPPA: Penting Hormati Hak Anak dan Perempuan di Pesantren

Menteri PPPA, Arifah Fauzi saat memberikan kuliah umum dengan tema "Pemberdayaan Santri Perempuan Menuju Indonesia Emas 2045" di Pondok Pesantren (Ponpes) Darul Ghuroba Langitan (dok. Humas KemenPPPA)
Intinya sih...
  • Menteri PPPA dorong pesantren bebas dari kekerasan, jadi tempat penuh kasih sayang, dan aman bagi tumbuh kembang penghuninya.
  • Arifah mendorong keterlibatan aktif santri perempuan untuk membangun pesantren yang ramah anak dan bebas kekerasan.
  • Pesantren punya peran penting dalam membangun peradaban inklusif, ilmiah, spiritual, dan mengintegrasikan nilai-nilai kesetaraan gender dalam pendidikan.

Jakarta, IDN Times - Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA), Arifah Fauzi mendorong agar lingkungan pesantren bebas dari segala bentuk kekerasan. Dia berharap pesantren jadi tempat yang penuh kasih sayang, serta aman bagi tumbuh kembang penghuninya.

Arifah mengatakan, pendidikan berbasis penghormatan terhadap hak-hak anak akan melahirkan generasi yang kuat secara mental, moral, dan spiritual.

"Sebagai pusat peradaban, pesantren memegang tanggung jawab besar, tidak hanya dalam mengajarkan ilmu agama, tetapi juga dalam menanamkan nilai-nilai keadilan sosial, penghormatan terhadap hak asasi manusia, perlindungan anak, serta pemberdayaan perempuan dalam setiap aspek pendidikan,” kata dia dalam keterangan resminya, Senin (28/4/2025).

1. Santri perempuan jadi pelopor dan pelapor

Menteri PPPA, Arifah Fauzi saat memberikan kuliah umum dengan tema "Pemberdayaan Santri Perempuan Menuju Indonesia Emas 2045" di Pondok Pesantren (Ponpes) Darul Ghuroba Langitan (dok. Humas KemenPPPA)

Arifah mendorong keterlibatan aktif santri perempuan untuk membangun pesantren yang ramah anak dan bebas kekerasan. Santri perempuan tak boleh hanya jadi objek pembangunan, tapi berperan sebagai agen perubahan. Santri perempuan harus berkontribusi nyata mewujudkan lingkungan pendidikan yang inklusif.

Arifah mengungkapkan, santri perempuan bisa jadi pelopor yakni memimpin perubahan positif dan menjadi pelapor atau bersuara, jika ada berbagai macam ketidakadilan yang ada di depan mata mereka.

“Santri perempuan diharapkan dapat menjadi agen pelopor dan pelapor dalam pemenuhan hak anak dan kesetaraan gender. Sebagai pelopor, mereka diharapkan mampu memimpin perubahan positif di lingkungan sekitarnya, sementara sebagai pelapor, mereka dapat menyuarakan segala bentuk hambatan dan ketidakadilan yang mereka alami atau saksikan,” kata dia.

2. Bangun peradaban inklusif butuh kolaborasi semua pihak

Menteri PPPA Arifah Fauzi meninjau kondisi arus mudik dan fasilitas ramah anak serta perempuan di Stasiun Kereta Gambir, Jakarta Pusat, Kamis (27/3/2025). (IDN Times/Lia Hutasoit)

Arifah mengatakan pesantren punya peran penting dalam membangun peradaban yang inklusif, ilmiah, dan spiritual, serta mengintegrasikan nilai-nilai kesetaraan gender dalam pendidikan.

Arifah mengatakanembangun peradaban yang inklusif bukanlah tugas yang mudah, melainkan membutuhkan kolaborasi dari berbagai pihak.

3. Upaya cetak kader ulama perempuan

(Menteri PPPA Arifah Fauzi ditemui di gedung KemenPPPA, Jakarta Pusat, Senin (21/4/2025) (IDN Times/Lia Hutasoit)

Sebagai upaya melahirkan ulama perempuan, Kementerian PPPA bekerja sama dengan Badan Pengelola Masjid Istiqlal (BPMI) dan Perguruan Tinggi Ilmu Al Quran (PTIQ), mengadakan Program Pendidikan Kader Ulama Perempuan (PKUP).

Program ini setara dengan jenjang S2 dan mendapat dukungan penuh dari Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP), termasuk untuk program short course ke Mesir dan Amerika Serikat.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Lia Hutasoit
Rochmanudin Wijaya
Lia Hutasoit
EditorLia Hutasoit
Follow Us