Polisi Tangkap Terduga Teroris Jaringan JAD di Bandung

Jakarta, IDN Times - Detasemen Khusus (Densus) 88 Antiteror Polri kembali menangkap terduga teroris berinisial WP alias Sahid di Kabupaten Bandung. WP ditangkap pada Kamis (28/3) lalu di kontrakannya yang terletak di Desa Bojong Malaka, Kecamatan Balendah, Kabupaten Bandung, Jawa Barat.
Kepala Biro Penerangan Masyarakat (Karo Penmas) Divisi Humas Polri Brigjen Pol Dedi Prasetyo mengatakan, WP merupakan jaringan teroris Jemaah Ansharut Daulah (JAD). WP juga memiliki keterkaitan dengan terduga teroris di Sibolga maupun Lampung.
"Terakhir, tersangka yang ditangkap adalah merupakan masih dalam jaringan JAD, tapi selnya itu sel terpisah. Bukan sel Sibolga maupun Lampung, tapi semuanya memiliki keterkaitan. Ini adalah kelompok JAD wilayah Bandung," kata Dedi di Mabes Polri, Jakarta Selatan, Senin (1/4).
1. WP berencana merampok mobil pengisi ATM untuk mendapatkan dana

Dedi menjelaskan, WP bersama jaringannya berencana merampok mobil pengisian ATM di wilayah Jawa Timur untuk mendapatkan dana. Dana itu akan digunakan mereka untuk melakukan aksi teror.
"Akan melakukan aksi fa'i atau amaliyahnya di wilayah Jawa Timur. Targetnya sangat jelas, targetnya masih mengumpulkan dana dalam rangka untuk melakukan aksi yang cukup massif, yaitu mobil pengisian ATM. Itu yang jadi sasaran kelompok mereka," kata dia.
Dedi mengungkapkan, polisi masih mengejar lima hingga delapan orang terkait jaringan tersebut. Selain Jawa Timur, mereka juga berencana melakukan penyerangan di Jawa Barat.
"Mereka sudah merencanakan beberapa aksi. Setelah mereka mendapat uang dari aksi perampokan terhadap mobil yang membawa uang yang akan membawa ATM, mereka akan membeli peralatan dan kemudian mereka akan melakukan fa'i atau amaliyah di Jawa Barat kemudian Jawa Timur," ungkap dia.
2. Polisi menangkap terduga teroris JAD di Berau

Sebelumnya, Densus 88 Antiteror Polri menangkap seorang terduga teroris yang diduga terkait JAD Sibolga. Dedi mengatakan, terduga teroris atas nama M alias Abu Arkam ditangkap di Berau, Kalimantan Timur, pada Selasa (19/3).
"Pada 19 Maret berhasil diamankan kembali atas nama M alias Abu Arkam, ditangkap di Kaltim, Berau," ujar dia di Mabes Polri, Jakarta Selatan, Rabu (20/3).
Dedi menjelaskan, Abu Arkam turut berencana melakukan aksi teror. Aksi teror itu dipicu dari penangkapan terduga teroris sebelumnya di Sibolga, Sumatera Utara, yakni Husain alias Abu Hamzah (AH).
"Dia memiliki keinginan kuat untuk sesegera mungkin melakukan 'amaliyah' terpicu dengan kejadian di Sibolga," kata dia.
3. Penangkapan Abu Arkam berasal dari informasi tersangka teroris yang telah ditangkap

Dedi menuturkan penangkapan Abu Arkam dilakukan setelah pihaknya memeriksa tujuh tersangka teroris yang telah ditangkap sebelumnya. Ketujuhnya yakni RIN alias PS, Abu Hamzah, AK alias Ameng, ZP alias Ogek, R alias Syuhama, M, dan Y alias Khodijah.
Selain itu, kata Dedi, dalam jaringan itu Abu Arkam juga melakukan komunikasi dengan sejumlah pihak. "Orang ini berkomunikasi dengan beberapa sel antara lain P alias R," tutur Dedi.
4. Densus 88 lebih dulu menangkap terduga teroris di Lampung

Sebelumnya, Kapolri Jenderal Polisi Tito Karnavian mengatakan, sebelum penangkapan di Kota Sibolga, Densus 88 terlebih dahulu meringkus terduga teroris berinisial RIN alias PS. Pemuda 23 tahun ini diringkus dari Kelurahan Panengahan, Kedaton, Bandar Lampung, Sabtu (9/3).
"RIN alias PS ditangkap di dalam rumah, di situ tim mendapati sejumlah benda yang diduga alat untuk merakit bom. Barang bukti langsung diamankan tim penjinak bahan peledak," ujar Tito.
Bermodalkan informasi dari RIN alias PS, tim Densus 88 bergerak menuju Jalan Cendrawasih, Kota Sibolga, dan meringkus teman RIN. Namun, sewaktu penangkapan, terduga pelaku sudah memasang bom di rumahnya.
Satu di antaranya meledak dan mengenai personel, sehingga harus mendapatkan perawatan medis. Setelah ditangkap, pelaku mengakui ada dua lagi temannya yang berada di Sibolga. Polisi kemudian bergerak cepat dan tim akhirnya meringkus keduanya.
Abu Hamzah sendiri ditangkap pada Selasa (12/3). Istrinya, Solimah yang diduga memiliki paham yang lebih radikal, meledakkan diri dengan bom rakitan saat bersama anaknya di rumahnya. Solimah sempat dibujuk menyerahkan diri ke pihak kepolisian, tetapi ia memilih melakukan bom bunuh diri.