Pramono Akan Bagikan KJP dan KJMU

- Gubernur DKI Jakarta, Pramono Anung, mempercepat penyaluran Kartu Jakarta Pintar (KJP) bagi siswa dari keluarga kurang mampu sebelum 100 hari.
- Pemprov DKI akan meningkatkan jumlah penerima Kartu Jakarta Mahasiswa Unggul (KJMU) dari 15 ribu menjadi 20 ribu mahasiswa dengan syarat IPK memenuhi standar.
- Pramono bertanggungjawab menyelesaikan masalah ijazah yang ditahan sekolah tanpa memandang agama dengan jumlah belasan ribu ijazah yang belum diambil.
Jakarta, IDN Times – Gubernur DKI Jakarta, Pramono Anung, menegaskan komitmennya dalam mempercepat penyaluran Kartu Jakarta Pintar (KJP) bagi siswa dari keluarga kurang mampu.
"Saya ini anak seorang guru. Kalau tidak ada beasiswa atau bantuan seperti ini, pasti sulit untuk bisa sekolah. Dan ini yang saya janjikan, mudah-mudahan bisa saya penuhi sebelum 100 hari. Sebenarnya saya tidak membayangkan bisa selesai lebih cepat, yaitu terkait Kartu Jakarta Pintar (KJP)," ucap Pramono di Gereja Santa Perawan Maria Diangkat ke Surga, Jakarta Pusat, Rabu (19/3/2025).
1. Butuh keberanian mengambil keputusan

Ia juga menekankan bahwa salah satu tantangan utama dalam kebijakan pendidikan di Jakarta adalah keberanian dalam mengambil keputusan.
"Ketika saya bertanya di internal Balai Kota, kenapa ini dulu tidak pernah diputuskan? Jawabannya karena tidak ada yang berani memutuskan. Maka, saya putuskan dan saya bertanggung jawab penuh, besok kami akan mulai membagikan KJP," katanya.
2. Tingkatkan KJMU

Selain KJP, Pemprov DKI juga akan meningkatkan jumlah penerima Kartu Jakarta Mahasiswa Unggul (KJMU) dari 15 ribu menjadi 20 ribu mahasiswa.
"Ke depannya, jumlah ini akan kami tambah menjadi 20 ribu agar warga tidak mampu, tanpa melihat agama, tetap bisa menyelesaikan kuliah. Syaratnya hanya satu, IPK harus memenuhi standar. Jika memenuhi, pemerintah Jakarta yang akan menjamin hingga lulus," katanya.
3. Putihkan ijazah yang ditahan

Pramono juga akan segera bertanggungjawab menyelesaikan masalah ijazah yang di tahan sekolah dengan tidak memandang agama.
"Saya juga baru tahu bahwa di semua agama, masih ada ijazah yang ditahan oleh sekolah. Saya tidak tahu di Katolik, tetapi saya yakin ini terjadi di semua agama. Jumlahnya belasan ribu. Ada yang sudah 15 tahun, 10 tahun, atau 5 tahun tidak diambil. Saya yakin jika tidak diputihkan, ijazah-ijazah ini tidak akan diambil," katanya.