Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

'Eiffel I'm In Love 2': Penantian Belasan Tahun yang Kurang Bermakna

Foto dari akun Instagram @sorayaintercinefilms

JAKARTA, Indonesia —Sudah 14 tahun berlalu sejak penikmat film Indonesia dibuai oleh kisah cinta remaja Adit dan Tita lewat film Eiffel I'm In Love yang pertama kali tayang November 2003 lalu.

Dan kini, ketika kedua tokoh itu beranjak dewasa, Soraya Intercine Films memutuskan untuk menghadirkan kembali kisah kasih romantis tersebut ke layar lebar lewat sekuelnya bertajuk Eiffel I'm In Love 2. Demi mengusung nuansa keromantisan pula, film yang disutradarai Rizal Mantovani ini siap tayang tepat di Hari Kasih Sayang, 14 Februari 2018.

Nyaris seluruh original cast di film pertama kembali bergabung di sekuelnya ini. Ada dua tokoh utama yakni Samuel Rizal (Adit) dan Shandy Aulia (Tita) yang kembali dipertemukan. Begitu pula dengan Tommy Kurniawan (Alan), Saphira Indah (Uni), Helmy Yahya (Ayah Tita) hingga Hilda Arifin (Bunda Tita). Beberapa pemain baru di antaranya adalah Shakira Alatas (Nanda) dan Marthino Lio (Adam). Yang hilang hanya sosok almarhum aktor Didi Petet yang di film pertama berperan sebagai ayah Adit.

Ringkasan cerita

Dua belas tahun berlalu sejak Adit dan Tita mendeklarasikan cinta mereka. Kini, keduanya beranjak dewasa dan mampu bertahan berpacaran meski terpisah jarak. Adit menetap di Paris sementara Tita tinggal di Jakarta. Meski usia mereka telah dewasa namun pembawaan manja Tita dan sikap cuek Adit masih terus terasa. Akibatnya, cekcok dan pertengkaran jadi makanan sehari-hari keduanya. 

Belasan tahun berpacaran, Tita pun mulai diusik keinginan untuk menikah. Apalagi banyak teman dan orang terdekatnya yang selalu menanyakan kapan ia akan menikah. Tita pun gundah, mengingat Adit tinggal berjauhan dengannya. Di masa-masa gundah itulah hadir sosok seorang sahabat pria bernama Adam yang memang menaruh hati pada Tita.

Hingga satu hari, ayah Tita menyampaikan kabar bahwa mereka sekeluarga akan menetap sementara di Paris karena ia baru saja membeli restoran Indonesia di sana dan berniat mengelolanya sementara waktu. Tita pun bersemangat karena artinya ia bisa bertemu dengan Adit! Tita, kedua orang tuanya dan Alan, kakak lelakinya serta Uni, sahabatnya yang berubah jadi kakak ipar setelah menikahi Alan, berangkat ke Paris.

Default Image IDN

Tita yang sudah berharap Adit segera melamarnya di Paris pun kembali gundah. Percekcokan dan pertengkaran justru tak bisa dihindari meski keduanya sudah berdekatan. Ditambah lagi rasa cemburu Tita yang muncul saat Adit dekat dengan sahabat perempuannya di Paris. Adit pun "meledak" saat tahu Tita masih menjalin hubungan komunikasi dengan Adam di Indonesia.

Akankah Tita bertahan dan menanti Adit? Mampukah Adit mengesampingkan egonya dan melamar Tita? Apakah kisah cinta mereka akan berakhir di pelaminan?

Highlights

Sejak awal film dimulai, saya sangat tertarik dengan tone warna yang disuguhkan sepanjang film. Nuansa romantis sangat terasa dengan nuansa pastel nan lembut di nyaris semua bagian film. Sekilas mengingatkan saya dengan suguhan drama atau film khas Korea. Cocok dengan karakter Tita dan cerita cinta. 

Selain itu, lanskap kota Paris yang super romantis pun tergambarkan dengan baik di film ini. Dijamin, yang belum pernah ke Paris akan semakin menggebu untuk pergi ke sana. Sementara yang sudah pernah, akan menantikan saat kunjungan kedua kelak.

Sementara dari sisi cerita dan adegan, yang paling layak dinanti adalah adegan saat Tita dan Adit berdua berdialog di puncak Menara Eiffel. Dijamin penonton baper maksimal.

Default Image IDN

Yang menarik dan terasa pas justru adalah soundtrack yang disuguhkan Melly Goeslaw dan Anto Hoed. Beberapa lagu lama dari film pertama tetap dipakai dengan kemasan baru yang sukses membuat penonton bernostalgia ke masa muda. Lagu-lagu barunya seperti I Do dan Ujung Rindu pun sangat apik disuguhkan.

Kelemahan

Kisah Adit dan Tita seharusnya menyuguhkan kondisi di mana secara usia keduanya cukup matang dan dewasa. Tapi saya tidak melihat itu terwujud di adegan dan dialog keduanya. Gaya berbicara dan dialog Adit dan Tita persis sama seperti 12 tahun lalu saat keduanya berusia belasan tahun. Untuk karakter seusia mereka sekarang, saya rasa terlalu cheesy, garing dan dipaksakan untuk terlihat cute.

Selain itu, rasa-rasanya hanya dua pemeran utama: Shandy dan Samuel yang mampu menunjukkan chemistry yang apik. Selain mereka, semua kaku. Saking kakunya seperti terlihat membaca naskah saja seperti biasa. Tak ada rasa.

Default Image IDN

Banyak adegan dan dialog yang dipanjang-panjangkan dan tidak penting sama sekali. Kehadiran tokoh Nanda, sahabat Tita, misalnya, tidak berfaedah apapun pada cerita. Dialog-dialog yang tadinya mungkin dimaksudkan untuk membangun emosi, malah berliku-liku dan bertele-tele tak menentu. Mungkin itu yang membuat beberapa penonton bosan dan meninggalkan ruangan teater saat saya menonton film ini.

Rating

6/10

Rekomendasi

Sungguh pas untuk ditonton anak remaja dan pasangan yang dimabuk cinta, apalagi momennya tepat di Hari Kasih Sayang. Kalaupun ingin menonton film ini, tidak usah terlalu dihayati. Nikmati saja alurnya dan kekonyolannya. 

Tapi jika kamu tipe yang tidak suka menye-menye atau bertele-tele dengan kisah cinta manjah, ada baiknya cek film yang tayang di teater sebelah saja.

—Rappler.com

 

 

Share
Topics
Editorial Team
Yetta Tondang
EditorYetta Tondang
Follow Us