Surono: Jangan Kriminalisasi Gunung Anak Krakatau

Jakarta, IDN Times - Tsunami Selat Sunda yang mengakibatkan kawasan Banten dan Lampung terpapar dampak bencana, disebut-sebut terjadi akibat adanya erupsi Gunung Anak Krakatau.
Gunung Anak Krakatau mengalami erupsi pada Sabtu (22/12) sore dan menyemburkan debu setinggi 1.500 meter di atas puncak, atau sekitar 1.838 meter di atas permukaan air laut. Setelah itu, rangkaian erupsi terus terjadi hingga sekarang ini.
1. Surono sebut tsunami terjadi karena longsoran letusan Gunung Anak Krakatau

Ahli Gunung Berapi Indonesia Surono menjelaskan bahwa tsunami yang menerjang wilayah Banten hingga Lampung bukan karena letusan Gunung Anak Krakatau melainkan longsoran dari erupsi tersebut.
“Letusan setinggi apapun anak krakatau juga kecil menimbulkan tsunami.
Begitu banyak yang mengatakan ini letusan (menimbulkan tsunami), saya bilang bukan, ini karena longsoran,” ujar Surono dalam diskusi tentang mitigasi bencana di kawasan Rawamangun, Jakarta Timur, Kamis (3/1).
2. Jangan kriminalisasi Gunung Anak Krakatau

Oleh sebab itu ia mengimbau kepada para pihak terkait agar tidak mengkriminalisasikan Gunung Anak Krakatau karena menurutnya gunung berapi tersebut dalam keadaan baik.
“Anak Krakatau baik-baik saja, jadi yakinlah longsoran itu sudah semakin pendek. Tolong jangan kriminalisasi anak krakatau karena baik-baik saja,” terangnya.
3. Gunung Anak Krakatau tidak berbahaya

Seperti diketahui, mantan Kepala Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) ini, saat masih aktif menjabat dulu sudah memperhatikan aktivitas gunung tersebut sehingga dinilainya aktivitas yang terjadi saat ini tidak perlu terlalu dikhawatirkan.
“Dia (Gunung Anak Krakatau) seperti anak muda supaya tinggi dan semok, kalau tidak meletus bagaimana tumbuh dia,” Surono mengibaratkan.
4. Jangan sampai alat pemantau Gunung Anak Krakatau rusak

Pria yang kerap disapa Mbah Rono ini juga meminta kepada pemerintah agar terus memasang alat pendeteksi erupsi di Gunung Anak Krakatau agar setiap aktivitasnya dapat dipantau karena daerah sekitar Banten merupakan objek vital negara seperti kawasan industri dan tempat wisata.
“Untuk anak krakatau jangan pernah alat pendeteksi mati, walaupun sering mati karena letusan. Kenapa? Karena wilayah vital dan stalrategis tidak boleh lengah,” katanya.