Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Walhi Sentil Proyek Giant Sea Wall Jakarta: Sarat Kepentingan Investor

Ridwan Kamil saat menyambangi Kepulauan Seribu (dok. Tim RIDO)
Intinya sih...
  • Walhi mengkritisi program pembangunan giant sea wall di Jakarta
  • Program tanggul laut raksasa mengancam nelayan dan ekosistem mangrove di Teluk Jakarta

Jakarta, IDN Times - Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) mengkritisi wacana program pembangunan giant sea wall alias tanggul laut raksasa.

Juru Kampanye Walhi Jakarta, Muhammad Aminullah, menilai, pembangunan giant sea wall sarat kepentingan investasi multisektor.

"Sejak awal rencana pembangunan tanggul laut raksasa dalam skema Pembangunan Pesisir Terpadu Ibu Kota Nasional tidak semata-mata bertujuan untuk melindungi pesisir utara Jakarta, melainkan agenda penguasaan ruang yang sarat dengan kepentingan investasi multisektor," kata dia dalam keterangannya, Selasa (9/11/2024).

Ia mengatakan, kepentingan investor punya andil besar dalam pembangunan tanggul laut tersebut. Contohnya, Pulau C dan D yang dikuasai oleh PIK 1, pembangunan reservoir, hingga pembangunan tol Tangerang Bekasi.

Hal tersebut diperkuat dengan kunjungan kerja pertama Presiden Prabowo Subianto ke China yang membahas potensi kerja sama ekonomi biru, salah satunya investasi pembangunan tanggul laut raksasa di utara Jakarta.

1. Berpotensi menyingkirkan 24 ribu nelayan dan ekosistem mangrove di Jakarta

Hutan mangrove (freepik.com/mb-photoarts)

Aminullah mengatakan, program tanggul raksasa milik pasangan Ridwan Kamil dan Suswono (RIDO) itu mengesampingkan ruang bagi masyarakat Jakarta.

Sebab, kepentingan modal yang tinggi dan potensi penguasaan ruang oleh perusahaan dalam agenda pembangunan tanggul laut raksasa berpotensi menyingkirkan kurang lebih 24 ribu nelayan dan ekosistem mangrove di Teluk Jakarta.

"Sejak tahun 2015, para ahli telah bersikap bahwa dari tiga tahap pembangunan Pesisir Terpadu Ibu Kota Nasional, hanya tahap A yakni pembangunan tanggul pelindung pantai yang dianggap sebagai no regret policy karena penurunan muka tanah di Jakarta telah mencapai 4 meter di bawah permukaan air laut. Sementara reklamasi, pembangunan tahap B, dan tahap C dianggap tidak perlu bahkan hanya memperburuk kondisi kerusakan eksisting di Teluk Jakarta," tutur dia.

2. Ridwan Kamil pastikan giant sea wall tak bakal ganggu nelayan

Calon gubernur Jakarta nomor urut satu, Ridwan Kamil ketika berkunjung ke Vihara Dharma Bakti, Glodok. (Dokumentasi tim media RIDO)

Calon Gubernur DKI Jakarta 2024 Nomor Urut 1, Ridwan Kamil, memastikan program tanggul laut raksasa (giant sea wall) tidak akan mengganggu nelayan dan tidak akan membuat nelayan kehilangan mata pencaharian mereka. 

Ridwan Kamil menjelaskan, program giant sea wall saat ini belum dirancang. Namun, ia mengakui program ini akan sedikit menggeser lokasi nelayan dalam mencari ikan.

”Giant sea wall-nya kan belum digambar. Aspirasi itu nanti masuk dalam proses desainnya. Gak ada masalah, bedanya posisi untuk mencari ikan bergeser sedikit, yang tadinya di sini akan geser sedikit ke sana,” kata Ridwan Kamil di Jakarta, diikutip Minggu (13/10/2024).

3. Proyek giant sea wall dibangun tiga fase

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menyapa wartawan setibanya di kediaman Presiden Terpilih Prabowo Subianto, Kertanegara, Jakarta Selatan, Senin (14/10/2024). (ANTARA FOTO/Aprillio Akbar)

Pemerintah membangun giant sea wall di wilayah pesisir DKI Jakarta untuk mencegah banjir rob dan penurunan permukaan tanah. Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto, membeberkan proyek tersebut dibangun dalam tiga fase.

Airlangga memaparkan, pembangunan giant sea wall dibagi menjadi fase A, B, dan C. Pada fase A, dilakukan pembangunan tanggul pantai dan muara sungai kurang lebih sepanjang 120 kilometer (km). Fase B untuk pembangunan tanggul laut adaptif sisi barat sepanjang 20 km. Kemudian, fase C untuk pembangunan tanggul laut adaptif sisi timur sepanjang 12 km.

Adapun pembangunan fase A sudah dimulai dan ditargetkan selesai pada 2030, fase B mulai 2030, serta fe C mulai 2040. Namun targetnya pada 2040, tanggul laut tertutup dengan waduk untuk air baku.

"Fase A pembangunan tanggul pantai dan sungai, dan sistem pompa dan folder ini di wilayah Jakarta. Fase B itu konsep terbuka di wilayah barat dan pesisir Jakarta. Yang (fase) C di wilayah timur Jakarta,” tutur dia. 

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Deti Mega Purnamasari
Yosafat Diva Bayu Wisesa
Deti Mega Purnamasari
EditorDeti Mega Purnamasari
Follow Us