100 Hari Konflik Gaza, China Minta Negara Palestina Segera Dibentuk

Jakarta, IDN Times - Menteri Luar Negeri China Wang Yi menyerukan segera pembentukan negara Palestina dan gencatan senjata di Jalur Gaza di mana perang antara Israel dan Hamas telah memasuki hari ke-100.
“Penting untuk mendesaj pembentukan negara Palestina yang merdeka dan berdaulat penuh berdasarkan perjanjian 1967 dengan Yerusalem Timur sebagai ibu kotanya,” kata Wang Yi, ketika bertemu dengan Menlu Mesir Sameh Shoukry di Kairo, dikutip dari Channel News Asia, Senin (15/1/2024).
Wang dan Shoukry juga sepakat bahwa perang di Jalur Gaza harus segera diakhiri, terutama tindakan kekerasan, pembunuhan dan penyerangan Israel ke warga sipil di Gaza.
1. Bahas soal KTT yang bahas Gaza
Wang Yi dan Shoukry juga menyerukan agar diadakan pertemuan puncak atau KTT perdamaian guna menemukan solusi yang adil dan komprehensif bagi perjuangan bangsa Palestina serta mengakhiri pendudukan Israel.
Hal yang sama juga pernah diserukan Presiden China Xi Jinping dalam upaya menghentikan agresi Israel ke Gaza.
2. Korban tewas di Gaza hampir 24 ribu orang

Sejak serangan Israel di Jalur Gaza pada 7 Oktober 2023 lalu, korban tewas di Gaza kini mencapai 23.843 orang dan 60.317 orang terluka.
Selain itu, hampir seluruh infrastruktur di Gaza juga hancur dan para warga Palestina kekurangan bahan pokok makanan sehari-hari serta hanya mengandalkan bantuan internasional.
3. Israel akan terus habisi Hamas

Serangan Israel menghantam Gaza selatan pada 14 Januari 2024, yang bertepatan dengan 100 hari perangnya melawan Hamas. Konflik di Gaza telah menyebabkan puluhan ribu warga meninggal, jutaan orang mengungsi, dan kini nasib anak-anak serta perempuan semakin mengkhawatirkan.
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu bersumpah tidak akan ada satupun pihak yang bisa memaksa negaranya untuk berhenti menghancurkan Hamas. Komunitas internasional terus mendesak Israel untuk mengakhiri perang yang ancamannya mulai terasa hingga kawasan Timur Tengah.
“Tidak ada seorang pun yang akan menghentikan kami, tidak di Den Haag, tidak juga Poros Kejahatan (merujuk kepada Lebanon, Suriah, Irak, dan Yaman), dan tidak ada pihak lain,” katanya pada 13 Januari.