3.104 Anak Indian Meninggal di Sekolah Asrama di AS

Jakarta, IDN Times - Sedikitnya 3.104 anak-anak penduduk asli Amerika meninggal di sekolah asrama di Amerika Serikat (AS) pada 1828-1970. Jumlah ini tiga kali lebih tinggi dibandingkan data resmi yang tercatat oleh pemerintah.
Laporan dari The Washington Post, yang diterbitkan pada Minggu (22/12/2024), mengungkapkan bahwa sebagian besar anak-anak tersebut mengalami kekerasan fisik, psikologis atau seksual.
Mereka dipisahkan dari keluarga mereka dan dipaksa tinggal di sekolah asrama untuk mengasimilasi budaya pemukim Eropa, termasuk berpindah agama ke Kristen.
1. Banyak jenazah tidak pernah dipulangkan ke keluarga mereka
Menurut laporan tersebut, lebih dari 800 siswa dikebumikan di atau dekat pemakaman di sekolah asrama tempat mereka belajar. Dalam banyak kasus, jenazah anak-anak itu bahkan tidak pernah dipulangkan ke keluarga atau suku mereka.
Dokumentasi yang buruk dan waktu yang telah berlalu lama membuat para peneliti kesulitan untuk menentukan secara pasti berapa banyak anak yang meninggal di sekolah-sekolah tersebut.
"Beberapa kuburan telah diberi tanda, sementara yang lainnya tersembunyi, terbengkalai, atau telah diaspal,” kata The Washinton Post, yang melakukan penyelidikan selama setahun dengan menganalisis ratusan ribu dokumen pemerintah.
2. Beberapa anak diduga meninggal akibat penganiayaan dan perlakuan buruk lainnya
Menurut harian itu, anak-anak penduduk asli tersebut meninggal akibat penyakit menular, kekurangan gizi, kecelakaan dan terkadang dalam kondisi yang mencurigakan
"Dan dalam beberapa kasus, dokumen menunjukkan indikasi pelecehan atau penganiayaan yang kemungkinan besar menyebabkan kematian anak-anak tersebut," tulis laporan itu.
Judi gaiashkibos, Direktur Komisi Penduduk Asli Amerika Nebraska, mengatakan bahwa sekolah asrama tersebut bukanlah sekolah, melainkan kamp penjara atau kamp kerja. Beberapa kerabatnya juga pernah dikirim ke tempat itu.
3. Presiden Biden meminta maaf atas kekejaman terhadap penduduk asli di masa lalu
Pada Oktober 2024, Presiden AS Joe Biden meminta maaf kepada penduduk asli Amerika atas kekejaman yang terjadi di masa lalu.
Pemerintahannya telah memberikan perhatian besar kepada komunitas penduduk asli Amerika, termasuk dengan memperluas otonomi suku, menetapkan monumen untuk melindungi situs leluhur, dan mengarahkan lembaga-lembaga untuk memprioritaskan masalah kekerasan berbasis gender di kalangan masyarakat tersebut.
Dilansir dari CNA, penduduk asli Amerika rata-rata lebih miskin dibandingkan dengan sebagian besar penduduk negara tersebut. Para advokat menganggap fakta ini sebagai akibat dari marginalisasi yang telah berlangsung selama berabad-abad.
Di Kanada, pihak berwenang juga mulai membuka mata terhadap sejarah kelam mereka. Lebih dari 4 ribu siswa diyakini meninggal atau hilang di sekolah asrama tempat mereka belajar. Sebuah komisi pemerintah mengecam sekolah-sekolah tersebut dengan menyebutnya sebagai bentuk genosida budaya.