Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

5 Fakta IDF Luncurkan Operasi Iron Wall di Tepi Barat

ilustrasi (Unsplash.com/Mohammed Ibrahim)
Intinya sih...
  • Israel mengerahkan tentaranya untuk operasi militer Iron Wall di Tepi Barat utara, Palestina setelah gencatan senjata di Gaza.
  • Operasi dimulai di kota Jenin dan telah menewaskan 12 warga Palestina serta melukai 40 orang lainnya.
  • Pihak berwenang Palestina mengkhawatirkan kehancuran yang disebabkan oleh pasukan IDF di Gaza akan terulang di Tepi Barat.

Jakarta, IDN Times - Setelah gencatan senjata di Gaza mulai berlaku, Israel mengerahkan tentaranya (IDF) untuk melancarkan operasi militer Iron Wall di Tepi Barat utara, Palestina. Operasi tersebut mulai dilakukan pada Selasa (21/1/2025).

IDF disebut telah memaksa para pengungsi meninggalkan kamp mereka. Pengumuman evakuasi paksa dilakukan dengan pengeras suara yang dipasang di pesawat nirawak, truk militer dan selebaran.

Sampai sejauh ini, operasi militer yang dilancarkan IDF di Tepi Barat telah menewaskan 12 warga Palestina dan melukai 40 orang lainnya. Berikut ini adalah lima fakta operasi militer Iron Wall tersebut.

1. IDF fokus di dan sekitar kota Jenin dalam operasi militer awal

Operasi militer Israel dimulai di dan sekitar kota Jenin, Tepi Barat utara. IDF secara rutin dilaporkan telah terlibat bentrokan dengan militan bersenjata dalam beberapa tahun terakhir di wilayah tersebut.

Dilansir Associated Press, hari pertama operasi tersebut, Kenterian Kesehatan Palestina mengatakan sembilan warganya tewas, termasuk seorang remaja berusia 16 tahun.

IDF mengatakan pihaknya melancarkan serangan udara dan membongkar bom pinggir jalan serta menyerang 10 militan.

Israel Katz, Menteri Pertahanan Israel, menggambarkan operasi di Jenin sebagai bagian dari perjuangan yang lebih besar melawan Iran dan sekutu militannya di seluruh wilayah.

"Kami akan menyerang lengan gurita itu sampai patah," katanya.

2. Pekerja kemanusiaan khawatir kehancuran di Gaza akan terulang di Tepi Barat

ilustrasi (Pexels.com/Tomer Dahari)

Israel mengklaim terjadi peningkatan ancaman dari Tepi Barat. Awal bulan ini, orang-orang bersenjata menembaki pengendara dan menewaskan tiga warga Israel. Dua di antaranya perempuan berusia 70-an tahun.

Dilansir CNN, operasi Iron Wall itu yang kini menyasar kamp pengungsi, disebut bertujuan untuk menargetkan dan memberantas terorisme. Katz mengatakan bahwa operasi untuk memastikan terorisme tidak muncul kembali.

"Operasi yang kuat untuk melenyapkan teroris dan infrastruktur teror di kamp, ​​memastikan bahwa terorisme tidak kembali ke kamp setelah operasi berakhir, pelajaran pertama dari metode penggerebekan berulang di Gaza," ujarnya.

Pihak berwenang Palestina mengatakan bahwa rumah sakit utama telah dikepung dan seluruh lingkungan terputus dari penduduk. Para pekerja bantuan mengkhawatirkan kehancuran yang disebabkan oleh ulah pasukan IDF di Gaza, akan terulang di Tepi Barat.

3. Sekitar 2 ribu orang telah meninggalkan kamp di Jenin

Sejak pertempuran di Gaza meletus, IDF dan para pemukim Israel secara total telah membunuh sedikitnya 851 warga Palestina di Tepi Barat dan Yerusalem Timur yang diduduki. 173 di antara korban itu adalah anak-anak.

Dilansir The Guardian, gubernur Jenin, Kamal Abu al-Rub, mengatakan bahwa ratusan orang yang tinggal di kamp di Jenin, telah mulai meninggalkan tempat itu usai IDF memerintahkan mereka untuk mengungsi dari kamp.

Setidaknya, 2 ribu orang telah meninggalkan kamp setelah diperiksa pasukan IDF. Serangan terhadap wilayah itu terindikasi akan terus berlanjut untuk beberapa waktu.

Eks kepala Mossad yang kini jadi anggota kebijakan Komandan Keamanan Israel, Danny Yatom, mengatakan bahwa IDF perlu melakukan serangan pendahuluan.

"Kita tidak akan menunggu pasukan dari Jenin datang dan memasuki Tel Aviv, tetapi kita akan melakukan yang terbaik untuk mengumpulkan informasi yang dibutuhkan tentang pasukan ini, dan kita akan membunuh mereka," katanya.

4. Israel bantah memerintahkan evakuasi

ilustrasi (Unsplash.com/Mohammed Ibrahim)

Israel membantah bahwa pihaknya telah memerintahkan evakuasi. Mereka mengklaim demi menjaga keselamatan penduduk di area tersebut, IDF mengizinkan penduduk keluar dari area itu lewat rute yang aman dan terorganisir.

"Kemarin, kami tidak ingin pergi, kami berada di rumah. Hari ini, mereka mengirim pesawat nirawak ke lingkungan kami, memberi tahu kami untuk meninggalkan kamp dan mereka akan meledakkannya," kata Hussam Saadi, 16 tahun, warga setempat yang mengungsi, dikutip Deutsche Welle.

Ratusan orang telah meninggalkan rumah mereka dari kamp. Mereka menggendong anak, menyeret koper atau membawa kantong plastik yang berisi barang-barang seperti pakaian usai mendengar perintah untuk mengungsi.

"Ada puluhan penghuni kamp yang sudah mulai pergi. Tentara berada di depan rumah saya. Mereka bisa masuk kapan saja," kata warga Jenin, Salim Saadi.

5. Operasi militer Israel disebut cara bertahap mencaplok Tepi Barat

Kantor berita Palestina mengatakan bahwa IDF semakin memperketat cengkeraman di Tepi Barat yang diduduki. IDF mendirikan lebih banyak pos pemeriksaan di kota-kota besar, dari Jericho hingga Ramallah. Itu menyebabkan kemacetan lalu lintas dan mencegah pergerakan melintasi wilayah tersebut.

Dilansir Al Jazeera, IDF juga melakukan penangkapan terhadap 22 warga Palestina antara Rabu (22/1/2025) malam dan Kamis (23/1/2025) pagi.

Menurut Commission of Detainees and Ex-Detainees Affairs and the Palestinian Prisoner’s Society, penangkapan itu terjadi di provinsi Hebron, Nablus, Tulkarem, Ramallah dan Yerusalem. Penangkapan melibatkan penyalahgunaan dan penghancuran infrastruktur serta vandalisme dan penghancuran rumah warga.

Kementerian Luar Negeri Otoritas Palestina (PA) menuduh Israel menerapkan hukuman kolektif. Serangan terbaru disebut bagian dari rencana Israel untuk secara bertahap mencaplok Tepi Barat.

Direktur Norwegian Refugee Council (NRC) untuk Timur Tengah dan Afrika Utara, Angelita Caredda, mengatakan bahwa IDF menggunakan pola operasi yang menggemakan taktik di Gaza.

"Kami melihat pola-pola yang mengganggu dari penggunaan kekuatan yang tidak sah di Tepi Barat yang tidak perlu, tidak pandang bulu, dan tidak proporsional," ujarnya.

NRC juga menjelaskan bahwa eskalasi Tepi Barat bertepatan dengan upaya PA untuk menegaskan kendali Jenin dan menargetkan kelompok bersenjata Palestina yang membenci kekuasaannya.

Serangan pasukan yang berafiliasi dengan PA sejak Desember 2024, telah membuat tiga perempat penduduk Jenin mengungsi.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Anata Siregar
EditorAnata Siregar
Follow Us