Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

6 Orang Tewas akibat Serangan Israel di Suriah Selatan 

warga Suriah yang merayakan jatuhnya rezim Bashar al-Assad (unsplash.com/Shvan Harki)
Intinya sih...
  • Serangan Israel di Suriah Selatan menewaskan 6 orang dan melukai beberapa lainnya, memicu kecaman dari Kementerian Luar Negeri Suriah dan Hamas.
  • Kepala kebijakan luar negeri Uni Eropa memperingatkan bahwa serangan Israel berisiko memicu eskalasi lebih lanjut, sementara Yordania juga mengutuk serangan tersebut sebagai eskalasi berbahaya di Timur Tengah.
  • Israel melancarkan ratusan serangan udara terhadap situs militer di Suriah setelah lengsernya mantan presiden Bashar al-Assad, sementara pemerintahan baru Suriah menyatakan tidak berniat berperang dengan Tel Aviv.

Jakarta, IDN Times - Sedikitnya enam orang tewas dan beberapa lainnya terluka akibat serangan Israel di kota Koya, Suriah selatan, pada Selasa (25/3/2025). Militer Israel menyatakan bahwa mereka membalas serangan dari pejuang bersenjata yang melepaskan tembakan ke arah pasukan Israel.

Kementerian Luar Negeri Suriah mengecam agresi Israel yang terus berlanjut di wilayahnya, yang dapat memicu eskalasi berbahaya di Koya. Mereka menyerukan penyelidikan internasional atas serangan-serangan Israel di Suriah, dengan menyebutnya sebagai pelanggaran terang-terangan terhadap kedaulatan negara tersebut.

"Kementerian mendesak warga Suriah untuk berpegang teguh pada tanah mereka dan menolak segala upaya (Israel) yang bertujuan untuk melakukan pengungsian atau memaksakan kenyataan baru dengan kekerasan," tambah kementerian, dikutip dari Anadolu.

1. Hamas dan UE kecam serangan Israel tersebut

Kelompok Palestina Hamas turut mengecam keras serangan Israel di Koya.

"Agresi fasis ini merupakan eskalasi serius dari pelanggaran Zionis terhadap Republik Arab Suriah dan saudar-saudaranya, dan merupakan kejahatan perang baru," demikian pernyataan kelompok tersebut di Telegram pada Selasa.

Dilansir Al Jazeera, kepala kebijakan luar negeri Uni Eropa (UE), Kaja Kallas, juga memperingatkan bahwa serangan Israel terhadap Suriah berisiko memicu eskalasi lebih lanjut. Dalam konferensi pers bersama Menteri Luar Negeri Israel Gideon Saar, Kallas mengatakan bahwa keduanya telah membahas tindakan Israel.

“Dan kami (Uni Eropa) merasa bahwa tindakan ini tidak perlu, karena saat ini Suriah tidak sedang menyerang Israel,” ujarnya.

Kementerian luar negeri Yordania juga mengecam serangan pada Selasa, menyebutnya sebagai eskalasi berbahaya yang berisiko memicu konflik lebih lanjut di Timur Tengah.

2. Israel lancarkan serangan ke Suriah sejak lengsernya Assad

Setelah lengsernya mantan presiden Bashar al-Assad pada Desember 2024, Israel melancarkan ratusan serangan udara terhadap situs-situs militer di Suriah dan mengirim pasukannya ke zona penyangga yang dipatroli PBB. Tindakan tersebut dilakukan dengan dalih menggagalkan segala ancaman terhadap Israel.

Sementara itu, pemerintahan baru Suriah yang dipimpin oleh Presiden Ahmad al-Sharaa menyatakan bahwa mereka tidak berniat berperang dengan Tel Aviv.

Militer Israel sebelumnya mengatakan telah menyerang kemampuan militer yang tersisa di pangkalan militer Suriah di Tadmur dan T4, merujuk pada pangkalan di Palmyra dan satu lagi yang berlokasi sekitar 50 kilometer di barat kota tersebut. Pada Jumat (21/3/2025), militer Israel kembali melancarkan serangan di lokasi tersebut.

3. Suriah minta komunitas internasional tekan Israel agar mundur dari wilayahnya

Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, telah menuntut demiliterisasi di Suriah selatan, yang berbatasan dengan Dataran Tinggi Golan yang dianeksasi Israel.

Pada Selasa, Utusan Khusus PBB untuk Suriah, Geir Pedersen, mengatakan kepada Dewan Keamanan bahwa ia khawatir dengan pernyataan Israel mengenai niatnya untuk tetap berada di Suriah serta tuntutan demiliterisasi penuh di wilayah selatan.

Dalam pertemuan puncak Arab di Kairo pada awal Maret, al-Sharaa meminta komunitas internasional untuk menekan Israel agar segera menarik pasukannya dari Suriah selatan. Ia menyebut kehadiran mereka sebagai ancaman langsung terhadap perdamaian di kawasan tersebut.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Ernia Karina
EditorErnia Karina
Follow Us