Ancam China, AS: Jangan Bikin Negara Asia Takut Beri Sanksi ke Rusia!

Jakarta, IDN Times - Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden telah memperingatkan China tentang konsekuensi dari langkah mendukung Rusia. AS menuding China telah membuat negara-negara Asia khawatir saat akan memberikan hukuman Negeri Beruang Merah, dilansir Bloomberg.
Tak banyak negara-negara Asia yang menjatuhkan sanksi kepada Rusia akibat "operasi militer" di Ukraina sejak 24 Februari 2022.
Asia Tenggara akan menjadi tuan rumah dua pertemuan akhir tahun ini, yaitu KTT G20 di Indonesia dan forum Kerjasama Ekonomi Asia-Pasifik, (APEC) di Thailand. Kedua forum ini biasanya akan membawa Biden, Presiden Rusia Vladimir Putin, dan pemimpin China Xi Jinping di bawah satu atap.
1. AS berpotensi tekan Indonesia yang akan menerima Rusia di KTT G20
Indonesia menjadi tuan rumah KTT G20 pada tahun ini dan berencana untuk menyambut Rusia. Sementara itu, terdapat kekhawatiran bahwa AS akan meningkatkan tekanan agar Indonesia meninggalkan kebijakan nonblok yang selama ini menjadi landasan politik luar negeri Indonesia.
Indonesia ingin menjaga agenda terbatas pada kebijakan ekonomi, kesehatan global dan perubahan iklim, menurut seorang yang mengetahui situasi tersebut, dilansir Alarabiya English.
Thailand juga khawatir bahwa mereka akan dipaksa untuk memihak jika AS dan sekutunya memboikot KTT APEC atas keterlibatan Rusia. Laporan ini mengutip Pusat Keamanan Angkatan Bersenjata Kerajaan Thailand yang merupakan sebuah unit intelijen militer negara itu.
2. China telah berinvestasi dalam jumlah besar di negara-negara Asia
Hampir semua negara menjadi mitra China dalam berinvestasi. Menurut CEIC Data, China telah berinvestasi di Indonesia sebesar 1155,2 juta dolar AS selama 2010 hingga 2021. China juga telah melakukan investasi sebesar 3920 juta dolar AS selama 2005 hingga 2021.
China juga telah berinvestasi dalam jumlah yang besar ke negara-negara Asia lainnya seperti Singapura, Arab Saudi, Uni Emirat Arab, Korea Selatan, Jepang, dan Kazakhstan. Di Rusia, China telah melakukan investasi sebesar 20.232 juga dolar AS selama 1994 hingga 2021.
Dengan banyaknya investasi China di beberapa negara Asia, Negeri Tirai Bambu itu diyakini mampu mempengaruhi politik luar negeri negara-negara lainnya. Teuku Faizasyah, juru bicara Kementerian Luar Negeri Indonesia, mengatakan dia tidak bisa melakukan konfirmasi terkait diskusi yang melibatkan Marsudi. Menurutnya, Indonesia belum mengalami tekanan seperti yang dikhawatirkan AS.
3. China menolak tekan Rusia untuk hentikan invasi di Ukraina
Sejak invasi Rusia di Ukraina, China memang memiliki hubungan yang lebih dekat dengan Rusia, khususnya dalam hal persenjataan dan ekonomi. Walau begitu, China telah berulang kali menyerukan pembicaraan damai di Ukraina. Apa yang belum dilakukan adalah menekan Rusia untuk menghentikan perang yang telah menelan ribuan nyawa.
Meskipun ada seruan dari para pemimpin dunia lain untuk memainkan peran yang lebih proaktif, China malah berusaha menjaga jarak, dilansir The New York Times. Banyak yang menilai bahwa China telah mendesak perdamaian tetapi tidak meningkatkan untuk menengahi atau mengatur pembicaraan dengan Rusia layaknya beberapa negara seperti Prancis, Turki dan Israel.
Para pejabat di Beijing mengatakan mereka ingin melihat pembantaian itu berhenti. Dalam panggilan konferensi video dengan Presiden Biden Jumat lalu (18/3/2022). Xi Jinping dikabarkan mendukung pendekatan kedua belah pihak, gencatan senjata yang diikuti oleh bantuan kemanusiaan, menurut pejabat China.
China diyakini tidak akan mengambil risiko dengan mengecam tindakan Rusia ataupun memberikan sanksi. Hal tersebut tak lepas dari kesamaan pandangan politik luar negeri dari kedua negara tersebut sekaligus kuatnya kerjasama yang telah dijalin selama ini.