AS Berencana Tarik Ribuan Pasukannya dari Korea Selatan

- AS berencana menarik 4.500 pasukan dari Korsel ke pangkalan militer di Indo Pasifik, fokusnya terhadap ancaman China.
- Kementerian Pertahanan Korsel belum mendiskusikan penarikan tersebut, AS bantah laporan WSJ terkait hal tersebut.
- Spekulasi menyatakan penarikan ini dikaitkan dengan fokus pemerintahan Trump pada ancaman China, namun ditentang oleh beberapa pejabat pertahanan AS dan Korsel.
Jakarta, IDN Times – Amerika Serikat (AS) berencana untuk menarik 4.500 pasukannya dari Korea Selatan (Korsel). Ide ini muncul di tengah meningkatnya ketegangan di Semenanjung Korea.
Dalam laporan Wall Street Journal pada Kamis (22/5/2025), pasukan ini akan dipindahkan ke pangkalan militer AS yang lain di Indo Pasifik, khususnya Guam. Namun hingga kini, tindakan itu belum diputuskan sama sekali.
“Gagasan tersebut sedang dipersiapkan untuk dipertimbangkan oleh presiden AS sebagai bagian dari tinjauan kebijakan informal tentang cara menangani Pyongyang,” kata pejabat pertahanan AS, dikutip dari Kantor Berita Korsel Yonhap.
1. Belum ada kesepakatan dua negara

Kementerian Pertahanan Korsel pada Jumat mengonfirmasi bahwa kedua negara belum mendiskusikan penarikan tersebut. Sebagai informasi, saat ini ada 28.500 pasukan AS di Korsel (USFK).
”Korsel akan terus bekerja sama dengan AS untuk mempertahankan postur pertahanan gabungan yang kuat guna menangkal ancaman Korut,” kata kementerian, dilansir dari Channel News Asia.
Juru Bicara Utama Departemen Pertahanan AS, Sean Parnell, juga telah membantah laporan WSJ terkait hal tersebut. Ia mengatakan bahwa Washington siap bekerja sama dengan pemerintahan berikutnya di Seoul untuk memperkuat aliansi mereka.
2. Korsel dibiarkan memikul beban pertahanan sendiri

Ada spekulasi yang menyatakan bahwa penarikan ini dikaitkan dengan kemungkinan pemerintahan Donald Trump yang lebih fokus pada ancaman China di kawasan. Sementara, Korsel dibiarkan menghadapi beban pertahanannya sendiri.
Wakil Menteri Pertahanan, Elbridge Colby, sebelumnya telah menganjurkan perombakan USFK agar lebih fokus pada penanganan ancaman China. Bagi Colby, urusan Korsel bukanlah urusan utama bagi AS.
"AS harus fokus pada China dan pertahanan Korsel dari China dari waktu ke waktu,” katanya.
Selain itu, ada juga dugaan lainnya bahwa pengurangan pasukan ini merupakan kebijakan efisiensi yang diterapkan Trump sejak menjabat kembali sebagai presiden AS.
3. Gagasan yang ditolak mentah-mentah oleh militer AS

Dalam sidang Senat bulan lalu, Komandan Komando Indo-Pasifik AS, Laksamana Samuel Paparo Jr., dan Komandan USFK Jenderal Xavier Brunson menyampaikan pandangan negatif tentang gagasan penarikan pasukan di Korsel.
Paparo memperingatkan bahwa penarikan atau pengurangan pasukan AS dari Korsel akan meningkatkan kemungkinan invasi Korut. Sementara Brunson menekankan bahwa pengurangan pasukan akan menjadi masalah besar.
“Dengan hilangnya kekuatan di Semenanjung Korea, ada kemungkinan lebih tinggi bahwa dia (Korut) akan menyerang,” kata Paparo.
Brunson menilai bahwa kehadiran USFK tak hanya untuk mencegah Korut, tetapi juga Rusia dan China yang masih dalam satu wilayah. Baginya, pasukan di Korsel telah memainkan peran penting di wilayah itu selama lebih dari 75 tahun.