Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

AS, Jepang, dan Korsel Bentuk Tim untuk Awasi Korut

ilustrasi bendera Amerika Serikat (unsplash.com/benjaminlehman)
Intinya sih...
  • Amerika Serikat, Jepang, dan Korsel bentuk tim khusus untuk awasi sanksi terhadap Korut.
  • Pyongyang hancurkan jalan utama dan jalur kereta api yang hubungkan dengan Korsel.
  • Korut dituduh dukung Rusia di Ukraina, media negara ini laporkan 1,4 juta pemuda mendaftar militer.

Jakarta, IDN Times - Amerika Serikat (AS), Jepang, dan Korea Selatan (Korsel), pada Rabu (16/10/2024), resmi membentuk tim khusus multinasional untuk mengawasi sanksi kepada Korea Utara (Korut). Langkah ini setelah Rusia dan China menolak pembentukan tim di Dewan Keamanan PBB. 

Belakangan ini, hubungan Korsel-Korut semakin memanas usai Pyongyang menghancurkan dua jalan utama dan jalur kereta api yang menghubungkan kedua negara. Penghancuran ini membuat seluruh akses darat antara kedua negara tersebut terputus total. 

1. Berfungsi mengawasi agar sanksi kepada Korut tetap berjalan

Pembentukan ini disetujui oleh Wakil Menteri Luar Negeri (Wamenlu) AS, Kurt Campbell, bersama Wamenlu Korsel, Kim Hong-kyun, dan Wamenlu Jepang, Masataka Okano, ketika bertemu di Seoul.

"Terdapat sejumlah diskusi untuk mendirikan sistem pengawasan efektif yang mampu menggantian peran panel PBB. Kasus pelanggaran Korut terus terjadi dan kami tidak boleh menunda lebih lama lagi dan harus mengisi kekosongan ini," tutur Campbell, dikutip Reuters.

Ia menambahkan, pembentukan pengawas ini akan menjadi sebuah keputusan besar dalam mengadang aksi Korut yang sudah melanggar batas dan terus melakukan provokasi kepada negara tetangganya. 

Sementara, Kim mengungkapkan bahwa tim pengawas khusus ini dibuka oleh seluruh negara di dunia yang bersedia membantu dalam memastikan implementasi sanksi kepada Korut tetap berjalan. 

2. Khawatirkan dukungan militer Korut kepada Rusia

Bendera Korea Utara. (pixabay.com/padrinan)

Pada saat yang sama, Campbell meyakini bahwa Korut sudah memberikan dukungan material kepada Rusia untuk kepentingan perangnya di Ukraina. Ia mengklaim langkah ini akan memicu instabilitas di Eropa. 

"AS masih mengevaluasi laporan pengiriman tentara Korut ke Rusia. Kami mengkhawatirkan soal pengiriman ini. Kami setuju bahwa Washington akan terus memantau situasi di Ukraina dari dekat," ungkap Campbell, dikutip Associated Press

Pada Selasa (15/10/2024), Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy mengatakan, Korut sudah mengirimkan personel militer untuk membantu Rusia. Bahkan, terdapat laporan dari media Ukraina mengenai tewasnya enam tentara Korut di Donetsk pada awal bulan ini.  

3. Korut klaim 1,4 juta pemuda mendaftar dalam militer

Media milik pemerintah Korut (KCNA) melaporkan, sebanyak 1,4 juta pemuda di negaranya sudah mendaftarkan diri dalam militer pada pekan ini. Kabar pendaftaran militer besar-besaran ini terjadi di tengah ketegangan kedua negara dalam beberapa pekan terakhir. 

KCNA juga menyalahkan Korsel yang telah menyulut provokasi berupa inkursi drone di perbatasan dan berujung pada ketegangan kedua negara dan mengklaim kedua negara itu berada di ambang peperangan. 

"Jika sebuah perang pecah, maka Republik Korea (Korsel) akan terhapus dari peta dunia. Seperti yang selama ini mereka inginkan adalah sebuah perang, sehingga kami bersedia mengakhiri eksistensinya," tulisnya. 

Sebelumnya, Korut sudah menyampaikan klaim yang sama soal pendaftaran pemuda dalam militer secara besar-besaran. Namun, pernyataan tersebut sulit untuk diverifikasi kebenarannya secara independen.  

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Brahm
EditorBrahm
Follow Us