Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

AS Tuding Rusia Beri Bantuan Teknologi untuk Korut dan Iran

bendera Rusia (pexels.com/Сергей Велов)
Intinya sih...
  • Rusia diduga memberikan bantuan teknologi kepada Korea Utara dan Iran sebagai imbalan atas transfer senjata mereka ke Moskow.
  • Amerika Serikat curiga bahwa Korea Utara mencari bantuan dari Rusia, termasuk pesawat tempur, rudal, kendaraan lapis baja dan peralatan produksi rudal balistik.
  • Washington, Seoul, dan negara lainnya menyuarakan keprihatinan atas dampak keamanan dari kerja sama militer antara Rusia dan Korea Utara terhadap stabilitas di Semenanjung Korea.

Jakarta, IDN Times - Seorang pejabat departemen pertahanan Amerika Serikat (AS) mengatakan bahwa Rusia kemungkinan besar telah memberikan bantuan teknologi kepada Korea Utara dan Iran. Batuan itu dinilai sebagai imbalan atas transfer senjata mereka ke Moskow.

Tindakan ini dianggap sebagai langkah nyata untuk meningkatkan ancaman keamanan terhadap AS dan negara-negara lainnya.

“Ini tidak berhenti di Iran,” kata Wakil Asisten Menteri Pertahanan Bidang Luar Angkasa dan Pertahanan Rudal, John Hill, saat menghadiri sesi subkomite Senat pada Selasa (21/5/2024), dikutip Yonhap.

“Hal ini juga melibatkan Korea Utara seperti yang telah kita lihat ketika Iran dan Korea Utara menyediakan rudal kepada Rusia untuk mendukung operasi Rusia di Ukraina, dan kemudian Rusia kemungkinan akan memberikan bantuan teknologi kepada mereka untuk memperluas ancaman yang mereka berikan kepada kita dan untuk yang lainnya."

Namun, Hill tidak merincikan bantuan teknologi apa saja yang mungkin diberikan Moskow kepada Pyongyang.

1. AS awasi keterlibatan Rusia dengan Korut dan Iran

Washington selama ini telah curiga bahwa Korea Utara mencari bantuan dari Moskow, termasuk pesawat tempur, rudal, kendaraan lapis baja dan peralatan produksi rudal balistik, sebagai imbalan atas penyediaan rudal balistik, amunisi dan senjata lainnya.

Hill menekankan bahwa AS telah mengawasi keterlibatan Rusia dengan Pyongyang dan Teheran.

“Kami tentu mengawasi apa yang mereka lakukan. Kemampuan untuk terus memutus hubungan dengan Rusia, Iran, dan Korea Utara pada dasarnya adalah hal yang paling penting, namun mereka akan terus menekan kita," katanya.

2. AS khawatir dengan upaya Pyongyang untuk melanjutkan program luar angkasanya

Washington, Seoul dan negara-negara lainnya telah menyuarakan keprihatinan mereka atas dampak keamanan yang ditimbulkan dari kerja sama militer antara Rusia dan Korea Utara. Mereka yakin hal itu dapat mempengaruhi stabilitas di Semenanjung Korea dan sekitarnya.

Dalam sebuah pernyataan tertulis, Hill menyoroti upaya Pyongyang untuk terus melanjutkan program luar angkasanya, dan menyebut rezim itu sebagai ancaman yang berkelanjutan.

“DPRK terus menjalankan program luar angkasanya, melakukan beberapa upaya peluncuran satelit pengintaian selama setahun terakhir yang melanggar beberapa resolusi Dewan Keamanan PBB terkait penggunaan teknologi rudal balistik oleh DPRK,” tulisnya.

DPRK merupakan singkatan dari nama resmi Korea Utara, yaitu Republik Rakyat Demokratik Korea.

“DPRK juga mempertahankan kemampuan ruang angkasa non-kinetik yang telah ditunjukkan sebelumnya, termasuk sistem untuk mengganggu komunikasi dan sinyal GPS."

3. Perpecahan di DK PBB disebut jadi penyebab meningkatnya peluncuran rudal Korut

Sementara itu, juru bicara Departemen Luar Negeri AS, Matthew Miller, pada Senin (20/5/2024) menyebut perpecahan di Dewan Keamanan PBB sebagai alasan peningkatan peluncuran rudal balistik Korea Utara. Ia juga menyerukan China dan Rusia untuk mendorong Pyongyang menahan diri dari tindakan provokatif.

“Kami prihatin bahwa Dewan Keamanan PBB tidak berbicara dengan satu suara sejak tahun 2017 mengenai pelanggaran berulang-ulang yang dilakukan DPRK terhadap resolusi Dewan Keamanan PBB,” katanya.

“Karena belum ada persatuan, DPRK meningkatkan peluncuran rudal balistiknya… dan kami mendesak Beijing dan Moskow untuk mendorong DPRK menahan diri dari perilaku tersebut dan kembali ke meja perundingan,” tambahnya.

Miller juga menegaskan bahwa peningkatan kerja sama Korea Utara dan Rusia harus menjadi perhatian besar bagi siapa pun yang ingin menjaga perdamaian dan keamanan di Semenanjung Korea.

“Kami pikir hal ini juga harus menjadi perhatian China, dan China harus menggunakan pengaruhnya untuk mendorong kembali peningkatan kerja sama antara kedua rezim."

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Anata Siregar
EditorAnata Siregar
Follow Us