AstraZeneca akan Mulai Cari Untung Dari Vaksin COVID-19

Jakarta, IDN Times - Perusahaan farmasi AstraZeneca yang memproduksi vaksin COVID-19 pada hari Jumat (12/11/2021) mengatakan akan mulai memperoleh sedikit keuntungan dari vaksinnya yang dikembangkan bersama Universitas Oxford.
Keuntungan mulai diincar AstraZeneca dalam kontrak pesanan vaksin untuk tahun depan dan sedang melakukan pembicaraan dengan beberapa negara.
1. Dianggap melanggar janji publik

Melansir dari SKY News, AstraZeneca sebelumnya menyampaikan tidak akan mengambil untung dari vaksin virus corona selama virus masih menjadi pandemik. Namun, pada hari Jumat pimipinan perusahaan Pascal Soriot mengatakan perusahaan sudah akan mulai mengambil untung karena menilai virus sudah menjadi endemik, yang berarti infeksi merupakan bagian dari kehidupan sehari-hari.
Soriot mengatakan untung yang akan diambil perusahaanya tidak akan banyak, vaksin tidak akan pernah dijual dengan harga tinggi, karena ingin ingin vaksin tetap bisa dijangkau oleh semua negara. Soriot pada hari Jumat menekankan bahwa fokus utama perusahaan untuk vaksin COVID-19 tetap memenuhi komitmen nirlaba.
Pengumuman Soriot ini mendapat tanggapan dari Anna Marriott, manajer kebijakan kesehatan dari Oxfam, sebuah organisasi nirlaba dari Inggris, mengatakan keputusan itu melanggar janji publik untuk vaksin nirlaba bagi semua negara selama pandemik ini, yang berkomitmen untuk tidak pernah mengambil untung di negara berpenghasilan rendah dan menengah.
Marriot mengigatkan bahwa saat ini pandemik masih berlangsung dan 98 persen orang di negara-negara miskin belum sepenuhnya divaksinasi.
2. Hasil penjualan vaksin COVID-19 AstraZeneca
Melansir dari The Guardian, pengembang vaksin ini membebankan biaya suntikan sekitar 5 dolar AS (Rp70 ribu) per dosis. Hasil penjualan vaksin AstraZeneca selama sembilan bulan pertama tahun ini mencapai lebih dari 2,2 miliar dolar AS (Rp31,2 triliun). Hasil penjualan vaksin pada kuartal ketiga tahun ini mencapai sebesar 1,1 miliar dolar AS (Rp15,6 triliun).
Perusahaan farmasi lainnya telah memperoleh keuntungan yang luar biasa dalam penjualan vaksin COVID-19 di kuartal ketiga tahun ini, dengan Moderna mencapai 4,8 miliar dolar AS (Rp68,1 triliun) dan Pfizer memproleh 13 miliar dolar AS (Rp184,4 triliun). Pfizer pada awal bulan ini memperkirakan pendapatan perusahaan dari vaksin pada tahun ini bisa mencapai 36 miliar dolar AS (Rp510,8 triliun).
Nicholas Hyett, seorang analis ekuitas dari Hargreaves Lansdown, memperkirakan AstraZeneca tidak akan memperoleh banyak keuntungan dari vaksin COVID-19 karena vaksin dikenal akan kesederhanaan dan biayanya yang lebih rendah. Dia memperkirakan kenaikan harga hanya akan mendorong pembeli beralih ke pemasok lain.
AstraZeneca pada akhir September telah memasok lebih dari 145 juta dosis ke negara-negara berpenghasilan rendah, melalui prigram berbagi vaksin COVAX yang didukung PBB.
3. Penjualan obat AstraZeneca

Melansir dari Reuters, pada tahun ini ada kinerja yang bagus dalam penjualan produk andalan AstraZeneca seperti obat untuk penyakit ginjal Farxiga dan obat asma Symbicort yang mapan. Namun, penjualan obat kanker paru-paru hanya membukukan pertumbuhan rendah dari perkiraan karena pemotongan harga di China.
AstraZeneca pada tahun ini juga memperoleh keuntungan dari penjualan dari pembuat obat spesialis penyakit langka yang dibuat Alexion, yang diakusisi AstraZeneca pada tahun lalu dengan biaya 39 miliiar dolar AS (Rp553,4 triliun). Akusisi Alexion memberikan keuntungan biaya penghapusan 1,2 miliar dolar AS (Rp17 triliun) untuk obat penyakit ginjal.
Peningkatan laba dari vaksin pada kuartal keempat diharpakan AstraZeneca dapat menutupi biaya untuk pengembangan obatnya yang dibuat untuk mencegah dan mengobati COVID-19.