Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Badan Amal MSF Kecam Narasi Israel soal Pembunuhan 7 Pekerja Bantuan

protes solidaritas terhadap Palestina (unsplash.com/Iason Raissis)

Jakarta, IDN Times - Badan amal yang bergerak di bidang medis, Doctors Without Borders (MSF), pada Kamis (4/4/2024) mengatakan bahwa bahwa pihaknya menolak narasi Israel yang menyebut serangan udara yang menewaskan tujuh pekerja bantuan di Gaza sebagai insiden yang disesalkan.

Christopher Lockyear, Sekretaris Jenderal MSF Internasional, mengatakan bahwa Israel telah banyak menyerang personel kemanusiaan sebelumnya.

“Kami tidak menerima narasi mengenai insiden yang disesalkan,” kata Lockyear di Jenewa, dikutip Reuters.

“Kami tidak menerimanya karena apa yang terjadi pada konvoi dan tempat penampungan World Central Kitchen dan MSF adalah bagian dari pola serangan yang disengaja terhadap lembaga kemanusiaan, pekerja kesehatan, jurnalis, personel PBB, sekolah dan rumah," sambung dia. 

1. MSF masih berada di Gaza usai pembunuhan 7 pekerja WCK

Tujuh pekerja dari World Central Kitchen (WCK), yang menyediakan bantuan makanan di zona krisis dan konflik, tewas karena serangan udara Israel menghantam mobil mereka di Gaza tengah pada Senin (1/4/2024) malam. Serangan itu terjadi tak lama setelah mereka mengawasi pembongkaran 100 ton makanan yang dikirimkan ke wilayah Palestina tersebut melalui laut.

Israel menyebut insiden mematikan itu sebagai kecelakaan, meskipun kendaraan memiliki logo WCK yang terpampang jelas dan organisasi tersebut telah berkoordinasi dengan militer Israel sebelum berangkat.

Tel Aviv sendiri secara konsisten membantah sengaja menargetkan warga sipil dalam perang melawan kelompok Palestina Hamas.

"Kami telah mengatakannya selama berminggu-minggu, pola serangan ini disengaja atau merupakan indikasi ketidakmampuan yang sembrono," ujar Lockyear.

Ia menambahkan bahwa MSF tetap berada di Gaza setelah pembunuhan tersebut, namun mereka terus menilai risiko yang dihadapi timnya setiap hari.

2. MSF desak Israel selidiki serangan terhadap organisasinya

Lockyear mengatakan, pembunuhan terhadap pekerja WCK menunjukkan bahwa langkah-langkah untuk meredakan konflik adalah sia-sia dalam perang yang berlangsung tanpa aturan.

“Membiarkan serangan terhadap pekerja kemanusiaan ini terjadi adalah sebuah pilihan politik. Pergerakan dan lokasi kami sudah dibagikan, dikoordinasikan, dan diidentifikasi. Ini soal impunitas, pengabaian total terhadap hukum perang. Dan sekarang ini harus soal akuntabilitas," katanya.

Ia menambahkan, MSF telah mendesak Israel untuk menyelidiki serangan mematikan terhadap konvoinya pada November dan insiden lainnya yang melibatkan organisasi tersebut, termasuk serangan Israel terhadap tempat penampungan MSF di Al-Mawasi pada Februari.

“Saya belum menerima penjelasan atas insiden apa pun," ungkapnya.

3. Open Arms akhiri pengiriman bantuan makanan ke Gaza

Dilansir Associated Press, badan amal Spanyol, Open Arms, mengatakan bahwa mereka telah mengakhiri misi pengiriman makanan melalui laut ke Gaza usai terbunuhnya tujuh pekerja WCK.

"Serangan hari Senin menandai titik balik yang menyakitkan dalam upaya kami untuk meringankan krisis kemanusiaan di Gaza," katanya dalam sebuah pernyataan pada Kamis.

Yayasan tersebut telah menyediakan salah satu kapalnya, Open Arms, untuk mengangkut bantuan makanan dalam dua perjalanan yang disponsori oleh WCK.

Open Arms membawa 200 ton bantuan makanan dalam pengiriman pertamanya melalui laut pada 15 Maret. Pihaknya kemudian mengambil bagian lagi dalam armada tiga kapal yang mencapai Gaza akhir pekan lalu dengan membawa 400 ton makanan.

Badan amal itu mengatakan, pengiriman kedua akan menghasilkan satu juta makanan. Namun, hampir 300 ton dikembalikan ke Siprus dengan kapal tersebut menyusul kematian enam pekerja asing WCK dan sopir mereka yang berasal dari Palestina.

"Gaza telah menjadi laboratorium distopia tempat darah manusia mengalir sementara teknologi perang diuji dan disempurnakan, diarahkan oleh algoritma yang semakin otomatis yang memungkinkan tanggung jawab manusia dilemahkan, dengan menggunakan teknologi dan meremehkan kejahatan," kata pendiri Open Arms, Oscar Camps, dalam pernyataannya.

“Apa lagi yang perlu dilakukan agar masyarakat global dapat bereaksi? Berapa banyak lagi umat manusia yang harus hilang dalam genosida ini?” 

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Fatimah
EditorFatimah
Follow Us