Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Balas Trump, China Naikkan Tarif Impor AS hingga 84 Persen

ilustrasi perang dagang antara China dan Amerika Serikat. (pexels.com/Photo By: Kaboompics.com)

Jakarta, IDN Times China resmi menaikkan tarif impor terhadap barang asal Amerika Serikat (AS) hingga 84 persen mulai Rabu (9/4/2025). Kebijakan ini dirilis tak lama setelah Presiden AS Donald Trump menerapkan tarif baru yang mengerek beban pajak atas produk China hingga total 104 persen.

Langkah tersebut diumumkan oleh Komisi Tarif Dewan Negara China, menyebut kebijakan AS sebagai pelanggaran serius terhadap hak sah China dan ancaman terhadap sistem perdagangan global berbasis aturan. Beijing tak akan tinggal diam jika ditekan secara sepihak oleh Washington.

1. China larang ekspor teknologi dan ajukan gugatan WTO

Ilustrasi Ekspor (IDN Times/Aditya Pratama)

Sebagai bagian dari serangan balik, China melarang perusahaan domestiknya mengekspor produk dual-use ke 12 perusahaan AS. Barang-barang ini berpotensi digunakan untuk kepentingan sipil maupun militer dan dinilai strategis oleh China. Beijing juga memasukkan enam perusahaan baru ke daftar hitam entitas tidak tepercaya.

Larangan ini membuat perusahaan AS tersebut tak bisa menjalin kerja sama baru maupun berinvestasi di wilayah China. China juga telah mengajukan gugatan resmi ke Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) atas tarif yang diberlakukan AS. 

“Eskalasi tarif oleh AS terhadap China adalah kesalahan demi kesalahan, sangat melanggar hak dan kepentingan China, serta merusak sistem perdagangan multilateral berbasis aturan,” demikian pernyataan Komisi Tarif Dewan Negara China, dikutip dari CNN International, Rabu (9/4/2025).

2. Trump naikkan tarif secara agresif, pasar global panik

Pada 19 Maret 2016, Donald Trump mengadakan rapat umum di Fountain Park, Fountain Hills, Arizona. (Gage Skidmore, CC BY-SA 3.0, via Wikimedia Commons)

Trump menaikkan tarif terhadap produk China hingga total 104 persen dalam dua tahap pada Rabu pagi. Kenaikan itu terdiri atas tambahan 50 poin persentase setelah sebelumnya menaikkan 34 persen. Tarif awal sebesar 20 persen telah diberlakukan lebih dulu sejak awal bulan.

Trump menyebut kebijakan ini sebagai tindakan “resiprokal” untuk mengimbangi praktik dagang China. Namun, keputusan ini langsung menimbulkan gejolak di pasar keuangan global. Bursa saham dunia terguncang dan nilai kapitalisasi pasar mengalami koreksi tajam.

“Ini sudah makin gila sampai sulit dipercaya bahwa hal ini benar-benar terjadi antara dua ekonomi terbesar yang menyumbang hampir 50 triliun dolar AS dari PDB global,” kata Peter Boockvar, Chief Investment Officer dari Bleakley Financial Group.

Boockvar menyebut perang tarif bisa menyeret dunia ke arah resesi baru. Ia menilai kebijakan agresif kedua pihak telah melewati batas rasional ekonomi global.

3. China buka pintu negosiasi tapi siap perang panjang

ilustrasi negosiasi (IDN Times/Aditya Pratama)

Meski sikapnya keras, China masih membuka pintu dialog dengan syarat keadilan dan rasa saling hormat. AS diminta untuk bersikap saling menghormati dan menguntungkan jika benar-benar ingin mencari solusi damai. 

China juga merilis white paper yang menjelaskan kerusakan hubungan dagang akibat kebijakan proteksionis AS. Dokumen itu menyebut tindakan Washington telah menghancurkan kepercayaan dalam kerja sama ekonomi bilateral.

Dalam sesi tanya jawab tertulis, pejabat Kementerian Perdagangan menyatakan bahwa China tak akan membiarkan kepentingan rakyatnya dilanggar.

“Jika AS bersikeras untuk terus meningkatkan pembatasan dagang, China memiliki tekad kuat dan alat yang cukup untuk mengambil tindakan balasan secara tegas, dan akan melaksanakannya sampai akhir,” kata kata juru bicara Kementerian Luar Negeri China.

Meski bernada siap tempur, China mengakui sektor ekspor bisa terkena dampak jangka pendek. Untuk mengurangi tekanan itu, pemerintah telah menyiapkan kebijakan stimulus konsumsi domestik sejak bulan lalu.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Rama
EditorRama
Follow Us