Brasil Tetapkan Wilayah Adat Baru di Amazon Seluas 210 Ribu Hektare

Jakarta, IDN Times - Presiden Brasil Luiz Inácio Lula da Silva mengumumkan demarkasi untuk tanah adat hampir mencapai 210 ribu hektare. Keputusan itu menindaklanjuti janji kampanye Lula demi melindungi hutan hujan Amazon yang rawan dieksploitasi.
Pada Jumat (28/4/2023), Lula mengakui enam tanah leluhur, termasuk dua tanah terbesar yang berada di Amazon. Adapun total luas lahan yang diakui Lula yakni 161.500 hektare (620 mil persegi).
1. Masyarakat adat sambut baik demarkasi tanah adat
Melansir Associated Press, enam tanah itu tetap berada dibawah yurisdiksi pemerintahan federal. Demarkasi diharapkan bisa dimanfaatkan masyarakat adat sesuai budaya tradisional mereka.
Adanya demarkasi otomatis melarang kegiatan penambangan. Selain itu, kegiatan pertanian komersial serta penebangan juga membutuhkan izin khusus. Individu non-Pribumi pun dilarang terlibat dalam kegiatan ekonomi apapun di kawasan tanah adat.
Langkah tersebut disambut baik oleh gerakan pribumi meski tak sepenuhnya puas. Sebab, Lula pada Januari berjanji untuk membuat 14 wilayah baru dalam jangka pendek.
“Kami akan melegalkan tanah adat. Memang prosesnya agak lama, karena harus melalui banyak tangan,” kata Lula di perkemahan masyarakat Pribumi di Brasilia.
“Saya tidak ingin ada wilayah adat dibiarkan tanpa demarkasi selama pemerintahan saya. Itulah komitmen yang saya buat untuk Anda," sambung dia.
2. Demarkasi sempat dihentikan Eks Presiden Jair Bolsonaro

Lahan adat terbesar yang baru diumumkan itu berada di negara bagian Amazonas. Demarkasi membuat tanah adat di Uneiuxi, yang dihuni masyarakat Nadob, bertambah 37 persen menjadi 554 ribu hektare (2.100 mil persegi).
“Demarkasi akan membuat orang Nadöb merasa aman dan terlindungi di dalam wilayah kami. Di situlah kami tinggal, memancing, berburu, dan mengumpulkan buah-buahan. Kami ingin melanjutkan di sana, seperti nenek moyang kami,” kata kepala Eduardo Castelo.
Demarkasi adat dihentikan oleh eks Presiden Jair Bolsonaro sejak 2018. Hal itu untuk kepentingan sektor agribisnis, yang mana bertentangan terhadap demarkasi tanah adat.
3. Deforestasi meningkat akibat kegiatan tambang liar

Sebelumnya, beberapa riset menunjukan bahwa hutan yang dikontrol oleh penduduk asli menjadi hutan yang paling terawat di Amazon Brasil.
Namun berdasarkan penelitian terbaru yang diterbitkan di jurnal Nature, deforestasi tumbuh sebesar 195 persen antara 2019 dan 2021 jika dibandingkan empat tahun sebelumnya.
Menurut penelitian terbaru, kerusakan sebagian besar disebabkan oleh masyarakat non-pribumi, baik dari pelaku penyerobotan tanah serta penambang liar.
Hutan hujan Amazon memiliki luas dua kali lipat dari India. Hutan itu menjadi penyangga penting terhadap fenomena perubahan iklim karena mampu menyerap karbon dioksida dalam jumlah besar, dilansir The Hill.