Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

China Marah Difitnah Menhan AS

Ilustrasi Bendera China (pixabay.com/thedigitalartist-202249)
Intinya sih...
  • China protes pernyataan Menteri Pertahanan AS di Singapura, menuduhnya fitnah dan mengabaikan seruan perdamaian regional.
  • Hegseth ajak negara Indo-Pasifik belanja senjata lebih banyak, peringatkan ancaman nyata dan potensial dari China.
  • China intensif latihan militer untuk kemungkinan aksi militer terhadap Taiwan, AS tidak akan mundur dari Indo-Pasifik.

Jakarta, IDN Times - China mengajukan protes kepada Amerika Serikat (AS) atas pernyataan Menteri Pertahanan Pete Hegseth di Shangri-La Dialogue Singapura. Beijing menuduhnya memberikan pernyataan "fitnah" dan menuduh AS sengaja mengabaikan seruan perdamaian dari negara-negara regional.

China juga menolak pernyataan Hegseth yang menyebut mereka sebagai ancaman di Indo-Pasifik. Menurut Beijing, pernyataan tersebut menyedihkan dan hanya bermaksud menabur perpecahan.

"Hegseth sengaja mengabaikan seruan perdamaian dan pembangunan oleh negara-negara di kawasan tersebut. Sebaliknya, ia menggembar-gemborkan mentalitas Perang Dingin untuk konfrontasi blok, menjelekkan China dengan tuduhan pencemaran nama baik, dan secara keliru menyebut China sebagai ancaman," kata Kementerian Luar Negeri China dalam sebuah pernyataan, Minggu (1/6/2025).

1. AS minta sekutu di Indo-Pasifik belanja senjata lebih banyak

Menteri Pertahanan AS Pete Hegseth. (U.S. Secretary of Defense, Public domain, via Wikimedia Commons)

Sementara itu, Hegseth mengajak negara sekutunya di kawasan Indo-Pasifik belanja senjata lebih banyak. Ia memperingatkan ancaman nyata dan berpontensi dari China.

"Amerika Serikat telah mengerahkan persenjataan ofensif di Laut China Selatan dan terus mengobarkan api serta menciptakan ketegangan di Asia-Pasifik, yang mengubah kawasan itu menjadi tong mesiu," tambah kementerian itu dalam pernyataan tersebut, dilansir dari Asia One.

Sebagai bagian dari hubungan pertahanan Washington yang telah lama terjalin dengan Filipina, militer AS tahun ini mengerahkan peluncur Typhon yang dapat menembakkan rudal untuk menyerang target di China dan Rusia dari Pulau Luzon.

China dan Filipina memperebutkan kedaulatan atas beberapa pulau dan atol di Laut China Selatan, dengan meningkatnya pertikaian maritim antara penjaga pantai mereka saat keduanya berlomba untuk berpatroli di perairan tersebut.

 

2. China peringatkan AS soal Taiwan

Ilustrasi bendera Taiwan. (unsplash.com/Winston Chen)

Kementerian itu juga memperingatkan Amerika Serikat tidak 'bermain api' dalam masalah Taiwan. Dalam pidatonya di forum utama Asia bagi para pemimpin pertahanan, pejabat militer, dan diplomat, Hegseth mengatakan setiap upaya China untuk menaklukkan Taiwan "akan mengakibatkan konsekuensi yang menghancurkan".

China telah berjanji untuk menyatukan kembali dengan pulau yang diperintah secara terpisah itu, dengan kekerasan jika perlu. Pemerintah Taiwan menolak klaim kedaulatan Beijing, dengan mengatakan hanya rakyat pulau itu yang dapat menentukan masa depan mereka.

3. AS tuding China siapkan operasi militer ke Taiwan

Menteri Pertahanan AS, Pete Hegseth. (U.S. Secretary of Defense, Public domain, via Wikimedia Commons)

Hegseth memaparkan bahwa Tentara Pembebasan Rakyat China (PLA) kini semakin intensif menggelar latihan militer. Kegiatan ini dianggap sebagai persiapan serius untuk kemungkinan aksi militer terhadap Taiwan.

Hegseth juga menyebut adanya arahan dari pemimpin China Xi Jinping agar pasukannya siap menginvasi Taiwan pada 2027. Meskipun AS menyatakan tidak mencari konflik dengan China, Hegseth mengingatkan bahwa negaranya tidak akan mundur dari Indo-Pasifik.

"Harus jelas bagi semua bahwa Beijing memang sedang bersiap untuk menggunakan kekuatan militer guna mengubah keseimbangan kekuatan di Indo-Pasifik. Tidak ada alasan untuk menyembunyikannya, ancaman yang ditimbulkan China itu nyata, dan bisa jadi sudah dekat," kata Hegseth.

Tindakan China terhadap negara-negara tetangga serta klaim dan aktivitasnya di Laut China Selatan juga menjadi perhatian. Hegseth menilai situasi ini patut menjadi perhatian negara-negara di kawasan Indo-Pasifik.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Ilyas Listianto Mujib
EditorIlyas Listianto Mujib
Follow Us