Demo di Bangladesh Renggut 9 Nyawa, Kampus Ditutup Tanpa Batas Waktu

Jakarta, IDN Times - Polisi di Bangladesh menembakkan gas air mata dan peluru karet untuk membubarkan para mahasiswa yang memprotes sistem kuota pekerjaan pemerintah pada Rabu (17/7/2024).
Di hari yang sama, pihak berwenang juga mengumumkan penutupan semua universitas negeri dan swasta, tanpa batas waktu mulai Rabu. Pernyataan ini menyusul protes mahasiswa terhadap sistem kuota untuk pekerjaan pemerintah. Demonstrasi mengalami eskalasi hingga menyebabkan enam orang tewas dan puluhan lainnya terluka.
Perdana Menteri Sheikh Hasina mengatakan, pemerintah akan membentuk komite yudisial untuk meyelidiki kematian tersebut.
"Saya yakin para mahasiswa kami akan mendapatkan keadilan. Mereka tidak akan kecewa," kata Hasina dalam sebuah pidato kepada rakyatnya pada 17 Juli, seraya meyakinkan keluarga korban yang terbunuh akan dukungan penuhnya, dikutip dari Reuters.
1. Para pengunjuk rasa akan tetap melakukan protes hingga tuntutan terpenuhi
Kekerasan pada Rabu pecah setelah pasukan keamanan dikerahkan di luar Dhaka University, ketika para mahasiswa meneriakkan yel-yel 'Kami tidak akan membiarkan darah saudara-saudara kami terbuang sia-sia'.
Sementara itu, koordinator protes antikuota, Nahid Islam, mengatakan polisi menembakkan gas air mata dan peluru karet serta melemparkan granat suara ke arah para mahasiswa, ketika mereka berbaris membawa peti mati sebagai bentuk solidaritas terhadap pengunjuk rasa yang terbunuh.
2. Apa saja faktor yang memicu protes para mahasiswa di Bangladesh?
Negara Asia Selatan tersebut telah diguncang protes selama berminggu-minggu atas kuota pekerjaan sektor publik, yang mencakup kuota pekerjaan 30 persen untuk anggota keluarga pejuang dalam perang kemerdekaan Bangladesh dari Pakistan pada 1971.
Hal ini telah memicu kemarahan di kalangan mahasiswa yang menghadapi tingkat pengangguran kaum muda yang tinggi. Hampir 32 juta anak muda Bangladesh tidak bekerja atau bersekolah dari total populasi 170 juta jiwa.
Saat ini, 56 persen pekerjaan pemerintah di Bangladesh disediakan berdasarkan berbagai kuota. Ini termasuk 10 persen untuk peremmpuan, 10 persen untuk orang-orang dari distrik terbelakang, 5 persen untuk masyarakat adat, dan 1 persen untuk penyandang disabilitas, dilansir The Straits Times.
Demonstrasi pun meningkat setelah Hasina menolak tuntutan para pengunjuk rasa dan menyatakan bahwa masalah tersebut kini sedang dibawa ke pengadilan. Hasina juga melabeli para pengunjuk rasa yang menentang kuota sebagai 'razakar', yakni istilah yang digunakan untuk mereka yang diduga bekerja sama dengan tentara Pakistan selama perang kemerdekaan.
Protes berubah menjadi kekerasan pekan ini, ketika ribuan pengunjuk rasa antikuota di seluruh negeri bentrok dengan para anggota sayap mahasiswa partai Liga Awami yang berkuasa. Polisi melaporkan, 6 orang termasuk 3 mahasiswa tewas dalam bentrokan pada Selasa.
3. Unjuk rasa berlangsung di seluruh Bangladesh

Aksi unjuk rasa tersebut merupakan tantangan signifikan pertama bagi pemerintahan Hasina sejak ia mendapatkan masa jabatannya keempat berturut-turut pada Januari dalam sebuah pemilu yang diboikot oleh oposisi, Partai Nasionalis Bangladesh (BNP).
Menurut para ahli, kerusuhan tersebut terkait dengan stagnasi pertumbuhan lapangan kerja di sektor swasta, sehingga membuat pekerjaan di pemerintahan menjadi semakin sulit. Sementara itu, pekerjaan di sektor pemerintah menawarkan kenaikan upah secara teratur dan hak-hak istimewa lainnya.
Protes tidak hanya terjadi di Dhaka, ibu kota Bangladesh, tetapi juga di banyak tempat lain di seluruh negeri. Para mahasiswa memblokir jembatan dan menyebabkan kemacetan sepanjang 10 km.
Polisi menuturkan, mereka harus menembakkan gas air mata guna membubarkan para aktivis BNP yang melemparkan batu dalam sebuah protes di Dhaka.