Dianggap Mengganggu, Israel Akan Batasi Volume Suara Adzan

Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu menyatakan akan mendukung Rancangan Undang-undang tentang pembatasan adzan di negaranya. Dalam rancangan itu disebutkan bahwa umat muslim dilarang menyerukan adzan dengan suara keras. Netanyahu berkilah bahwa kebijakan tersebut diterapkan justru atas pertimbangan toleransi antar umat beragama. Apalagi, beberapa negara di Eropa juga telah menerapkan hal serupa.
Adzan diklaim menimbulkan kebisingan.

Netanyahu mengklaim bahwa kebisingan yang ditimbulkan adzan telah membuat semua pemeluk agama di Israel terganggu. "Muslim, Yahudi, dan Kristen semua menderita karena ini," kata Netanyahu seperti dikutip dari The Israel Times. Bahkan, dia mengaku telah mendapatkan keluhan dari banyak orang tentang kerasnya suara yang ditimbulkan adzan.
Didukung sayap kanan.
Rencana Netanyahu mendapatkan dukungan dari sayap kanan atau kalangan konservatif. Para pendukung menyatakan bahwa tak seharusnya adzan digaungkan dengan suara keras. Apalagi mayoritas penduduk Israel adalah orang Yahudi. Wacana ini juga sebenarnya sudah lama bergulir, namun selalu kandas di parlemen karena minim pendukung.
Kebencian terhadap Islam.

Sebaliknya, anggota parlemen keturunan Arab, Aymen Odeh menuding RUU tersebut sebagai sebuah kebencian terhadap Islam. Dia juga menyebut pemerintah Israel ingin membuat kesan bahwa Masjid merupakan sumber dari segala masalah.
Jumlah muslim di Israel hanya seperlima.

Wajar jika Israel bisa semena-mena membuat pembatasan terhadap adzan, jumlah muslim di sana hanya 20 persen dari keseuruhan penduduk. Kebanyakan dari mereka adalah warga keturunan Arab.