Dubes Ukraina: Kami Harus Bunuh Orang Rusia Sebanyak Mungkin

Jakarta, IDN Times - Duta Besar Ukraina di Kazakhstan, Pyotr Vrublevsky, pada Selasa (23/8/2022) dipanggil oleh Kementerian Luar Negeri Kazakhstan. Hal ini menanggapi komentar tak pantasnya di media sosial, yang menyulut kontroversi di negara Asia Tengah tersebut.
Pada awal Agustus, Rusia juga ikut mengecam Presiden Ukraina, Volodymyr Zelenskyy, yang berniat menghukum seluruh warga Rusia. Pemimpin berusia 44 tahun itu mendesak agar semua negara Uni Eropa memblokir akses masuk bagi warga Rusia.
1. Kazakhstan tolak ujaran kebencian terhadap etnis tertentu
Wakil Menteri Luar Negeri Kazakhstan, Ermukhanbet Konuspaev, telah mengajukan protes terkait ungkapan tak pantas dan rasisme dari Vrublevsky.
"Kazakhstan menegaskan posisinya bahwa pernyataan semacam ini tidak pantas dan tidak dapat diucapkan oleh seorang duta besar di negara asing. Aksi tersebut seharusnya tidak merusak persahabatan antarnegara," tutur Konuspaev, dilansir RFE/RL.
"Di negara kami yang masih memegang persatuan dan kedamaian sebagai prinsip utamanya, mengungkapkan pernyataan seperti itu tidak pantas dan tidak bisa diterima. Tidak peduli siapa yang mengungkapkannya," tutur penasehat Kepresidenan Kazakhstan, dikutip dari RT.
"Diplomasi harus dijalankan secara ideal berdasar pada kedamaian dan kooperasi, bukan kebencian dan permusuhan. Sejumlah kata yang mengundang permusuhan sangat asing bagi kami. Sedangkan propaganda kebencian pada etnis tertentu tidak bisa diterima dalam bentuk apapun," tambahnya.
2. Vrublevsky sebut negaranya akan membunuh orang Rusia sebanyak mungkin
Pemanggilan Vrublevsky ini berdasarkan ungkapannya yang mengarah pada kebencian terkait perang Rusia-Ukraina. Pernyataan itu disampaikan ketika ia diwawancara oleh blogger lokal di Kazakhstan pada Senin (22/8/2022).
"Apa yang bisa saya katakan adalah kami berusaha membunuh sebanyak mungkin orang Rusia. Semakin banyak orang Rusia yang kita bunuh sekarang, maka semakin sedikit anak-anak kami yang harus membunuh mereka. Itu saja," tuturnya.
Komentar Vrublevsky sudah mendapat kecaman dari sejumlah kalangan di negara Asia Tengah tersebut. Bahkan, Asosiasi Rusia, Slavik dan Cossack di Kazakhstan sudah mendesak pemerintah agar memberikan persona non-grata kepadanya.
3. Rusia tegaskan bahwa Ukraina adalah rezim teroris
Juru bicara Kementerian Luar Negeri Rusia, Maria Zakharova, menuliskan kecamannya kepada Vrublevsky. Lewat akun Telegram-nya, ia menyebut dubes tersebut sebagai rezim teroris di Kiev.
"Hanya duta besar dari rezim teroris yang bisa mengucapkan hal semacam itu. Nazi Kiev telah membunuh orang dalam 8 tahun ini secara diam-diam dan menyalahkan Rusia untuk segalanya, tapi sekarang mereka mengucapkan secara terbuka rencana ethnic cleansing-nya," tulis Zakharova, dilansir RT.
Di sisi lain, Kedubes Ukraina di Kazakhstan tidak mengucapkan komentar apapun terkait situasi ini. Sedangkan, Vrublevskiy juga belum mengucapkan sepatah kata pun terkait ucapannya.
Kazakhstan, yang dikenal sebagai sekutu terdekat Rusia, tidak menyatakan kecamannya kepada Moskow terkait agresi militer di Ukraina. Namun, Kazakhstan menolak mengakui kemerdekaan Republik Rakyat Donetsk dan Luhansk.