Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Eks Presiden Taiwan Kunjungi China, Bahas Hubungan Sosial dan Budaya

iluatrasi bendera Taiwan.(pixabay.com/Chickenonline)

Jakarta, IDN Times- Mantan Presiden Taiwan, Ma Ying-jeou, melakukan perjalanan ke China pada Senin (1/4/2024). Kunjungan tersebut dijadwalkan akan berlangsung 11 hari. Ma diperkirakan mengadakan pertemuan kedua dengan Presiden Xi Jinping minggu depan.

Ma berkunjung ke China untuk membantu membangun hubungan sosial dan budaya. Dia berangkat bersama sekelompok pelajar untuk menekankan pentingnya interaksi berkelanjutan dalam pendidikan, bisnis, dan budaya.

“Ini adalah perjalanan damai dan juga persahabatan,” kata Ma di bandara Taiwan sebelum terbang ke kota Shenzhen di China selatan di provinsi Guangdong, dikutip dari Japan Times.

1. Ma Ying-jeou pernah bertemu dengan Xi Jinping di Singapura

Dilansir Associated Press, kunjungan Ma terjadi ketika ketegangan Beijing dan Taipei meningkat di Selat Taiwan. China mengancam akan menggunakan kekuatan militernya untuk melawan Taiwan, yang memiliki pemerintahan sendiri untuk mencapai unifikasi.

Menjelang akhir masa jabatan keduannya pada 2015, Ma mengadakan pertemuan dengan Xi di Singapura. Pertemuan tersebut adalah yang pertama antara pemimpin China dan Taiwan dalam lebih dari setengah abad.

Akan tetapi, pertemuan tersebut hanya mengahasilkan sedikit hasil nyata. Partai Nasionalis yang dipimpin Ma kalah dalam pemilihan presiden berikutnya atas Tsai Ing-wen dari Partai Progresif Demokrasi yang pro-kemerdekaan.

Sementara, MA memiliki harapan dapat menyampaikan pesan bahwa rakyat Taiwan mencintai perdamaian dan berharap menghindari perang. Selama di Guangdong, Ma akan mengunjungi pabrik kendaraan listrik China, BYD,Tencent, dan operator platform pesan WeChat China.

2. Politisi Taiwan sempat mengajukan dialog dengan China

Ma adalah anggota senior partai oposisi utama Taiwan, Kuomintang (KMT). Namun dia tidak memiliki posisi resmi di partai tersebut. Pada Januari, KMT kalah dalam pemilihan presiden untuk ketiga kalinya berturut-turut.

KMT telah menyarankan menjaga hubungan dengan China melalui dialog. Namun partai tersebut  menyangkal keras bahwa mereka pro-Beijing. Sementara, Tsai dan Partai Progresif Demokratik telah berulang kali menawarkan pembicaraan dengan China, tetapi ditolak.

Beijing memandang Tsai dan partainya sebagai kelompok separatis yang berbahaya. Tsai mengatakan, hanya rakyat Taiwan yang bisa menentukan masa depan mereka. Selama pemerintahan Tsai, dia sangat menolak klaim kedaulatan China.

3. China dan Taiwan sering melakukan operasi penyelamatan bersama

Dilansir Al Jazeera, pada bulan lalu, Taiwan dan China melakukan penyelamatan bersama untuk menemukan dua awak kapal yang hilang setelah sebuah kapal penangkap ikan terbalik di dekat kepulauan Kinmen, Taiwan.

Operasi gabungan tersebut mencangkup enam kapal penyelamat China. Kepala penjaga pantai Chou Mei-wu mengatakan kepada komite parlemen bahwa Taiwan mengirim empat kapal setelah pihak berwenang Beijing meminta bantuan.

Menurut Chou, permintaan bantuan dari pihak China adalah hal biasa. Sekitar 119 orang diselamatkan dalam upaya operasi gabungan tersebut dalam tiga tahun terakhir. 

“Perairan di sekitar wilayah Kinmen-Xiamen sempit dan kerja sama antara Taiwan dan China sangat penting,” katanya.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Vanny El Rahman
EditorVanny El Rahman
Follow Us