Filipina Hukum Seumur Hidup 17 Militan yang Culik 21 Orang

- 17 militan Abu Sayyaf dihukum seumur hidup karena menculik 21 orang dari resor Malaysia tahun 2000
- Para terdakwa dinyatakan bersalah atas 21 tuduhan penculikan dan penahanan ilegal, serta diwajibkan membayar ganti rugi kepada korban
- Penculik tidak dapat didakwa dengan tuduhan terorisme karena kejahatan dilakukan sebelum Filipina memiliki hukum untuk terorisme
Jakarta, IDN Times - Departemen Kehakiman Filipina, pada Senin (21/10/2024), mengatakan telah menjatuhi hukuman seumur hidup terhadap 17 militan dari kelompok Abu Sayyaf. Mereka dihukum karena menculik 21 orang dari sebuah resor di Malaysia tahun 2000 silam.
Mereka yang diculik merupakan warga negara Filipina, Finlandia, Prancis, Jerman, Lebanon, Malaysia, dan Afrika Selatan. Para sandera ditahan selama berbulan-bulan di hutan, mereka bebas setelah pembayaran tebusan.
1. Tidak didakwa atas terorisme

Ke-17 terdakwa dinyatakan bersalah pada 16 Oktober atas 21 tuduhan penculikan dan penahanan ilegal serius dengan tebusan. Semuanya dijatuhi hukuman penjara seumur hidup untuk setiap tuduhan.
"Keyakinan ini merupakan cerminan upaya tak tergoyahkan Departemen Kehakiman dalam menegakkan supremasi hukum tanpa rasa takut atau ragu," kata Departemen Kehakiman dalam sebuah pernyataan, dikutip dari CNA.
Selain hukuman penjara para penculik juga diperintahkan membayar kepada 21 korban sebesar 300 ribu peso (Rp81 juta) sebagai ganti rugi perdata, ganti rugi moral, dan ganti rugi teladan.
Para penculik tidak dapat didakwa dengan tuduhan terorisme karena kejahatan dilakukan pada tahun 2000, sebelum negara tersebut memiliki hukum untuk terorisme. Filipina dan Amerika Serikat telah menetapkan Abu Sayyaf sebagai organisasi teroris.
2. Abu Sayyaf telah melakukan berbagai kejahatan

Pada April 2000, militan Abu Sayyaf yang bersenjatakan senapan dan parang pergi ke Pulau Sipadan di Malaysia untuk menculik 21 orang. Sandera dibawa ke hutan di Filipina, ditawan dalam kondisi keras sebelum sebagian besar ditebus, dengan uang yang dilaporkan disediakan oleh pemimpin Libya saat itu, Moammar Gadhafi, dilansir Associated Press.
Saat penculikan, Abu Sayyaf mengizinkan dua wartawan Associated Press mewawancarai sandera. Sebagian besar sandera tampak ketakutan duduk di atas daun pisang di atas tanah dan dikelilingi pagar dari cabang-cabang pohon. Mereka menulis surat dan memohon kepada keluarga dan kedutaan untuk mengirim makanan, air, obat-obatan, dan mencari cara agar dibebaskan.
Abu Sayyaf merupakan cabang dari kerusuhan separatis Muslim yang telah berlangsung selama puluhan tahun di Filipina selatan, tempat asal minoritas Muslim di negara yang sebagian besar penduduknya beragama Katolik Roma.
Para militan telah melakukan pengeboman, penculikan untuk meminta tebusan, dan pemenggalan kepala selama masa kejayaan mereka yang dimulai pada akhir tahun 1990-an. Kini mereka telah melemah secara signifikan akibat kekalahan dalam pertempuran, penyerahan diri, dan pertikaian internal.
3. Pemimpin penculikan telah tewas

Dua dari mereka yang dihukum adalah pemimpin Abu Sayyaf, Hilarion Del Rosario Santos III dan Redendo Cain Dellosa, yang masuk dalam Daftar Sanksi Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa.
Keduanya ditandai dewan pada tahun 2008 karena terkait dengan Al-Qaeda dan Osama bin Laden, dan berpartisipasi dalam operasi kelompok Abu Sayyaf, Jemaah Islamiyah, dan Gerakan Rajah Solaiman.
Setelah para sandera dibebaskan, militer Filipina melancarkan serangan yang berlangsung beberapa tahun dan mengakibatkan terbunuhnya atau ditangkapnya sebagian besar pemimpin dan anggota Abu Sayyaf.
Ghalib Andang, militan yang memimpin penculikan tersebut, dibunuh oleh polisi selama upaya pelarian dari penjara dan pengepungan di pusat penahanan berkeamanan tinggi pada tahun 2005 di wilayah metropolitan Manila.