Georgia Sukses Cegah Pengiriman Bom dari Ukraina ke Rusia

Jakarta, IDN Times - Badan Keamanan Negara Georgia (SSSG), pada Senin (5/2/2023), sukses mengadang pengiriman alat peledak dari Odessa, Ukraina ke Rusia. Bom tersebut diduga akan digunakan oleh pelaku untuk melancarkan aksi terorisme di dalam teritori Federasi Rusia.
Selama ini, Georgia kerap digunakan sebagai jalur penyelundupan barang ilegal dari Barat ke Rusia, termasuk bom. Pada Oktober 2022, truk yang mengangkut bom diduga melalui Georgia untuk meledakkan Jembatan Kerch yang menghubungkan Krimea dengan daratan utama Rusia.
1. Bom seberat 14 kg disembunyikan di dalam baterai mobil listrik
Kepala Departemen Anti-Teroris SSSG, Bacha Mgeladze, mengatakan penyitaan enam alat peledak ini adalah hasil pencarian dan investigasi dari petugas di lapangan. Bahkan, alat peledak tersebut diketahui memiliki berat mencapai 14 kg.
Ia menambahkan, keenam alat peledak disembunyikan di dalam baterai mobil listrik. Alat peledak tersebut diketahui mengandung C-4, zat plastik yang mudah meledak dan kerap digunakan untuk unit militer dalam menghancurkan bangunan.
Dilansir Civil, aparat keamanan setempat juga menemukan detonator dan timer yang berfungsi untuk mengatur kapan bom tersebut akan meledak secara otomatis di dalam kontainer tersebut.
"Berdasarkan pengujian awal, keenam alat peledak tersebut didesain oleh ahli dan berpotensi mengakibatkan kerusakan besar dengan radius yang cukup jauh. Aktivasi alat ini di tempat ramai akan berpotensi merusak infrastruktur dan banyaknya korban tewas," ungkapnya.
2. Kandidat Parlemen Odessa dituding sebagai otak aksi terorisme
SSSG menambahkan, orang yang bertugas pengiriman alat peledak ini merupakan sekelompok warga negara Ukraina, Georgia, dan Armenia. Sampai saat ini, aparat sudah berhasil mengidentifikasi 3 warga Ukraina dan 2 warga Armenia.
Dilaporkan OC Media, Mgeladze menguding salah seorang kandidat parlemen lokal Odessa pada 2020, Andrei Sharashidze sebagai otak di balik rencana penyelundupan bom dan aksi terorisme di Rusia.
Pihaknya mengungkapkan bahwa sekelompok orang tersebut membawa alat peledak tersebut pada 19 Januari dari Odessa, Ukraina. Mereka membawa bom tersebut melalui Rumania, Bulgaria, dan Turki, hingga masuk ke Georgia.
Otoritas Georgia mengklaim alat peledak tersebut hendak diselundupan dari Georgia ke Voronezh, Rusia dan tiga di antaranya ditemukan di pintu perbatasan Dariali. Sedangkan sisanya ditemukan ketika hendak keluar dari ibu kota Tbilisi.
3. Rusia batasi masuknya politikus dan jurnalis Abkhazia
Pada hari yang sama, petugas FSB Rusia memperketat penjagaan perbatasan Rusia-Abkhazia di Psou. Bahkan, sejumlah politikus, tokoh, dan jurnalis asal Abkhazia harus menunggu lama untuk dapat masuk ke Rusia.
Orang penting asal Abkhazia itu diinterogasi untuk masuk ke Rusia terkait pandangannya terkait situasi terkini di Abkhazia, terutama soal transfer properti di Bichvinta kepada Rusia. Mereka pun diwawancara sejumlah pertanyaan kemungkinan pandangan anti-Rusia.
Pembatasan masuknya warga Abkhazia ini setelah penahanan jurnalis Abkhazia, Inal Khashig yang kerap melontarkan kritik kepada pemerintah setempat.
Sementara itu, media lokal juga melaporkan bahwa warga Abkhazia yang memiliki paspor Rusia saja yang diperbolehkan melitas. Sedangkan warga yang hanya membawa kartu identitas dilarang masuk ke teritori Federasi Rusia.