Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Google Digugat karena Ubah Nama Teluk Meksiko di Amerika Serikat

Setelah dilantik sebagai kepala pemerintahan, Claudia Sheinbaum menghadiri Teater Kota Meksiko untuk memperkenalkan kabinetnya dan memaparkan program pemerintahannya. (EneasMx, CC BY-SA 4.0, via Wikimedia Commons)
Intinya sih...
  • Presiden Meksiko gugat Google karena mengubah nama Teluk Meksiko menjadi "Gulf of America" di Google Maps AS.
  • Google menyebut perubahan nama sebagai praktik lama dan tidak memberikan tanggapan atas permintaan wawancara.
  • Mayoritas anggota Partai Republik di DPR AS menyetujui RUU meresmikan perubahan nama Teluk Meksiko menjadi Teluk Amerika, tetapi RUU ini kecil kemungkinan lolos di Senat.

Jakarta, IDN Times – Presiden Meksiko Claudia Sheinbaum mengatakan telah mengajukan gugatan terhadap Google pada Jumat (9/5/2025), karena mengubah nama Teluk Meksiko menjadi “Gulf of America” bagi pengguna Google Maps di Amerika Serikat (AS). Sheinbaum tidak menyebutkan di mana dan kapan gugatan tersebut diajukan. Ia menyatakan Google mengabaikan permintaan berulang untuk tidak menggunakan nama tersebut.

Sheinbaum sebelumnya telah mengirim surat ke Google pada Januari agar membatalkan perubahan nama itu. Pada Februari, ia menyampaikan bahwa gugatan hukum akan dipertimbangkan jika Google tidak mencabut keputusan tersebut.

“Gugatannya sudah diajukan,” kata Sheinbaum dalam konferensi pers pagi, dikutip dari The Guardian, Sabtu (10/5/2025).

1. Google berdalih mengikuti sumber resmi pemerintah

Ilustrasi Google Maps (pexels.com/Brett Jordan)

Google menyebut perubahan nama tersebut sebagai bagian dari “praktik lama” yang mengikuti pembaruan dari sumber pemerintah resmi. Nama Teluk Meksiko tidak akan berubah di aplikasi untuk pengguna di Meksiko. Sementara itu, pengguna di luar negeri akan melihat label “Gulf of Mexico (Gulf of America)”.

Perusahaan teknologi itu merupakan bagian dari konglomerat Alphabet. Google tidak memberikan tanggapan atas permintaan wawancara dari BBC.

Presiden AS Donald Trump menandatangani perintah eksekutif untuk mengganti nama tersebut pada hari pertamanya menjabat. Ia mengklaim bahwa perubahan itu hal yang wajar.

“kami yang paling banyak bekerja di sana, dan itu milik kami,” katanya.

2. Meksiko nilai Trump tak punya kuasa atas seluruh teluk

Peta batimetri Teluk Meksiko yang diperoleh dari data ETOPO 2022, diunduh melalui Grid Extract dengan menggunakan dataset “ETOPO_2022 Hillshare (Batu dasar; 15 arcseconds)” untuk wilayah yang dibatasi oleh koordinat 15,5°N 78,0°W hingga 32,5°N 101,0°W. (NOAA National Centers for Environmental Information, Public domain, via Wikimedia Commons)

Pemerintah Sheinbaum menyatakan bahwa perintah eksekutif Trump hanya berlaku di wilayah landas kontinen milik AS. Ia menekankan bahwa wilayah lainnya tetap berada di luar yurisdiksi AS.

“Yang kami inginkan hanyalah agar dekrit yang dikeluarkan oleh pemerintah AS dipatuhi,” kata Sheinbaum, dikutip dari Economic Times, Sabtu (10/5/2025).

“Pemerintah AS hanya menyebut bagian dari landas kontinen AS sebagai Teluk Amerika, bukan seluruh teluk, karena mereka tidak memiliki kewenangan untuk menamai seluruh teluk,” lanjutnya dalam kutipan yang sama.

Sheinbaum bahkan menyindir balik dengan menyarankan agar AS disebut “América Mexicana”. Ia mengacu pada peta sebelum tahun 1848, ketika sepertiga wilayah Meksiko diambil oleh AS.

3. DPR AS sahkan rancangan undang-undang pengganti nama

ilustrasi rancangan undang-undang (IDN Times/Aditya Pratama)

Pada Kamis, mayoritas anggota Partai Republik di DPR AS menyetujui rancangan undang-undang (RUU) yang meresmikan perubahan nama Teluk Meksiko menjadi Teluk Amerika. RUU ini didukung oleh legislator Georgia, Marjorie Taylor Greene, dan lolos dengan suara hampir sepenuhnya sesuai garis partai.

Satu-satunya Republikan yang menolak adalah Don Bacon dari Nebraska yang dianggap rentan. Namun, RUU ini dinilai kecil kemungkinan lolos di Senat karena minim dukungan Demokrat. Jika pun disahkan, negara lain tidak wajib mengikuti penggunaan nama baru tersebut.

Di sisi lain, ketegangan regional meningkat setelah Trump menyebut akan mengganti nama Teluk Persia menjadi Teluk Arab. Iran pun bereaksi keras terhadap rencana itu.

Dilansir dari BBC, Menteri Luar Negeri Iran Abbas Araqchi menyatakan bahwa ia berharap rumor tersebut hanyalah kampanye disinformasi dan memperingatkan bahwa langkah tersebut akan memicu kemarahan seluruh rakyat Iran.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Bagus Samudro
EditorBagus Samudro
Follow Us